Makalah Interaksi Sosial

Friday, December 30, 2011

Makalah Sosiologi

Interaksi Sosial

û





Disusun Oleh
Zulfan Afdhilla
MAN MODEL BANDA ACEH




KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil Alamin, segalah puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini,sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas dari Remedial pelajaran Sosiologi tepat waktu. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan belas kasih ibu(dan Allah SWT) untuk memberikan nilai yang sesuai bagi nilai rapor nanti.
Saya sudah berusaha melaksanakan tugas ini sebaik dan secepat mungkin demi sebuah nilai bagi rapor semester gasal ini. Sebelum dan sesudahnya billahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum wr.wb
Aceh Besar, 30 Desember 2011
Penyusun

Zulfan Afdhilla
Kelas: x-9


 Hak Cipta dan Hak Milik©
Makalah ini seluruhnya merupakan hasil penyusunan dari berbagai rangkuman dari bermacam buku oleh Zulfan Afdhilla, baik dari buku, BSE, maupun Browsing. Pola dan bentuk penyampaian keseluruhannya adalah hasil dari pemikiran sendiri oleh Zulfan Afdhilla dan Bukan hasil Plagiatan hanya saja pencontohan. December 30-2011

 








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI ………………….……………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................4
B. Tujuan …………………………………………………………………………………..5
C. Metode dan Prosedur …………………...……………………………………………5
D. Sistematika Penulisan ………………….…………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN
A. Tindakan Sosial....................................................................................................7
B. Interaksi Sosial……………................................................................................. 8
C.Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial............................................................................14
D. Pengaruh Prasangka dan Stereotip Dalam Interaksi Sosial............................23
E. Keteraturan Sosial................................................................................................23
F. Hubungan Interaksi Sosial dengan Status Sosial..............................................23
G. Hubungan Interaksi Sosial dengan Tindakan Sosial.........................................25

BABA III PENUTUP
A.Kesimpulan..............................................................................................................26
B. Saran........................................................................................................................28
C. Daftar Pustaka.........................................................................................................28











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll). Contoh kerja sama antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom dalam program Jardiknas.
Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Tempat Ruang Dan Sistem Sosial serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang pengaruh interaksi sosial bagi masyarakat
C.Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku, BSE dan browsing di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah yaitu :
§  KATA PENGANTAR
§  DAFTAR ISI
§  BAB I PENDAHULUAN
§  BAB II PEMBAHASAN
§  BABA III PENUTUP




















BAB II Pembahasan




INTERAKSI SOSIAL
Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat lepas dari orang lain. Untuk memenuhi keperluannya seseorang harus berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut kemungkinan terjadi pertentangan. Meskipun demikian, interaksi sosial sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Dilakukannya interaksi sosial memungkinkan terjadinya pengembangan pola keteraturan serta dinamika dalam kehidupan sosial. Agar Anda lebih paham dan mengerti tentang interaksi sosial, pelajarilah bab ini dengan baik.

Manusia adalah makhluk yang unik, selain sebagai makhluk individu manusia juga termasuk makhluk sosial. Tingkah laku manusia sebagai makhluk individu berbeda dengan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial. Tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka perlu bantuan orang lain, perlu bekerja sama dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, terdapat ciri respirokal(timbal balik), hubungan tersebut bisa saling menguntungkan bahkan bisa merugikan, bergantung dari konteks hubungan tersebut.
Setiap harinya, kita tentu melakukan hubungan dan kerja sama dengan orang lain, secara individu maupun secara kelembagaan. Manusia tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sosialnya di mana mereka harus bergaul dengan sesamanya salah satunya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terwujud dalam tindakan. Dalam tindakan sosial akan terjadi hubungan timbal balik antarpihak-pihak yang terlibat dalam prosesnya. Di dalam ilmu sosiologi, ini yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.
Sejak kapan manusia melakukan interaksi sosial? Tentu saja sejak manusia hadir di muka bumi ini telah ada interaksi sosial antar manusia walaupun dalam skop yang lebih kecil. Ini dapat kita lihat dari adanya naluri manusia untuk selalu hidup bersama orang lain dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya. Pengaruh dan hubungan timbal balik terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok individu dan kelompok individu dengan kelompok individu. Interaksi sosial terdiri dari stimulan, respon, aksi, dan reaksi. Interaksi merupakan materi yang paling dasar dalam mempelajari sosiologi. Sebagai makhluk sosial, manusia harus tahu untuk apa dia berhubungan dengan orang lain? Mengapa harus terjadi keteraturan sosial? Dan mengapa harus terjadi perubahan pada pola kehidupanini?

Untuk menjawabnya marilah kita pelajari mengenai tindakan sosial, interaksi sosial, keteraturan sosial, dan dinamika sosial.

A.  Tindakan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berhubungan dengan orang lain. Oleh karena berhubungan dengan orang lain, maka tingkah laku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Pengaruh itu bisa berasal dari keluarga, teman, dan masyarakat di lingkungan kita. Oleh karena itu tingkah laku atau tindakan manusia tersebut disebut tindakan sosial.
Tindakan sosial adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan subjekif dirinya. Misalnya: sejak kecil manusia sudah melakukan tindakan sosial, antara lain membagi makanan dengan temannya, dan memberi sesuatu kepada pengemis. Tindakan sosial manusia diperoleh melalui proses belajar dan proses pengalaman dari orang lain.
Jika tindakan sosial itu dianggap baik, maka manusia akan melakukan tindakan yang sama. Jika tindakan sosial itu baik dan bermanfaat bagi orang lain, makin lama tindakan sosial tersebut dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota kelompok sosial.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai makna, tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang lain atau tindakan individu yang dapat memengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat. Hal itu perlu diperhatikan mengingat tindakan sosial menjadi perwujudan dari perhubungan atau interaksi sosial. Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe. Keempat tipe tindakan itudiuraikan seperti berikut.

1. Bersifat Rasional (Instrumental)
Tindakan sosial yang bersifat rasional adalah tindakan sosial yang dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar (masuk akal). Artinya tindakan sosial itu sudah
dipertimbangkan masak-masak tujuan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Contohnya: Ari memutuskan bekerja daripada memilih melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Alasannya karena Ari ingin segera dapat membantu orang tua dan membiayai sekolah adik-adiknya. Setelah mengambil keputusan bekerja, maka Ari membuat lamaran kerja ke semua perusahaan yang membuka lowongan kerja sesuai kualifikasi pendidikan yang dimilikinya.

2. Berorientasi Nilai
Tindakan sosial yang berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan manfaat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.Tindakan ini menyangkut
kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat. Bagi tindakan sosial ini yang penting adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
Contohnya: tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus makan dan minum dengan tangan kanan. Tindakan tersebut kita lakukan karena pandangan masyarakat yang menekankan kalau makan dan minum dengan tangan kanan lebih sopan daripada dengan tangan kiri.

3. Tradisional
Tindakan sosial tradisional adalah tindakan sosial yang menggunakan pertimbangan kondisi kebisaaan yang telah baku dan ada di masyarakat. Oleh karena itu, tindakan ini cenderung dilakukan tanpa suatu rencana terlebih dahulu, baik tujuan maupun caranya,
karena pada dasarnya mengulang dari yang sudah dilakukan.
Contohnya: upacara-upacara adat yang berlaku diseluruh wilayah Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukanmengikuti kebiasaan yang telah turun-temurun.

4. Afektif
Tindakan sosial afektif adalah tindakan sosial yang sebagian besar tindakannya dikuasai oleh perasaan (afektif) ataupun emosi, tanpa melakukan pertimbangan yang
matang. Perasaan marah, cinta, sedih, gembira muncul begitu saja sebagai reaksi spontan terhadap situasi tertentu. Oleh sebab itu tindakan sosial itu bisa digolongkan menjadi tindakanyang irasional.
Contohnya: seorang wanita menangis begitu mendengar cerita sedih. Tindakan tersebut merupakan ungkapan-ungkapan langsung tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu alasan
tujuannya.

B.  Interaksi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam bergaul, berbicara, bersalaman, bahkan bertentangan sekalipun kita memerlukan orang lain. Dalam bergaul dengan orang lain selalu ada timbal balik atau melibatkan dua belah
pihak. Interaksi sosial merupakan ciri khas kehidupan bermasyarakat/sosial. Artinya kehidupan bermasyarakat/sosial akan kelihatan nyata dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.Contoh: keramaian di pasar, buruh pabrik berdemontrasi,dan pelajar belajar di kelas.
Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukantindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain.Interaksi sosial tidak hanya berupa tindakan yang berupa kerja sama tetapi juga dapat berupa persaingan dan pertikaian. Adapun Pendapat para ahli tentang interaksi sosial.
Beberapa pengertian interaksi social menurut para ahli:
  ASTRID. S. SUSANTO
    Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. 
  BONNER
    Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. 
   KIMBALL YOUNG & RAYMOND W. MACK
    Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya. 
   SOERJONO SOEKANTO
    Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok 
  GILLIN
    Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok
   MARYATI & SURYAWATI
   INteraksi sosial adalah kontak aau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. 
   MURDIYATMOKO & HANDAYANI
Interaksi sosial adalh hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.

1.   Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a.    Adanya kontak sosial (sosial contact)
Kontak berasal dari kata Con atau Cun yang berarti bersama-sama, dan Tango yang artinya menyentuh. Jadi, secara harfiah kontak berarti saling menyentuh.
Dalam sosiologi kontak tidak hanya bersentuhan fisik saja, kadang-kadang bisa terjadi tanpa fisik, misalnya berbicara melalui telepon, menulis surat, dan internet. Kontak hanya dapat berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau kondisi masing-masing. Untuk itu kontak memerlukan kerja sama dengan orang lain. Di era globalisasi kontak dapat berlangsung dengan mudah dan cepat, karena adanya kemajuan teknologi yang makin canggih. Misalnya dengan adanya internet, HP,telepon, telegram, dan email.
Kontak sosial dapat dibedakan sebagai berikut:
1)    Berdasarkan bentuk (wujud)
Berdasarkan bentuknya kontak dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a)    Kontak antara individu dengan individu
Contoh: Kontak antara guru dengan guru, orang
tua dengan anaknya, siswa dengan siswa
lain, penjual dengan pembeli.
b)    Kontak antara individu dengan kelompok
Contoh: Guru dengan murid-muridnya di kelas,penceramah dengan peserta seminar.
c)    Kontak antara kelompok dengan kelompok
Contoh: Pertandingan sepak bola antara dua tim
kesebelasan, pertandingan bola voli antara
dua tim bola voli.

2)    Berdasarkan cara
Berdasarkan caranya kontak dibedakan menjadi dua,yaitu berikut ini.
a)    Kontak langsung (primer)
Kontak langsung yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung, contoh: berbicara, berjabat tangan, tersenyum, dan bahasa isyarat.
b)    Kontak tidak langsung (sekunder)
Kontak tidak langsung (sekunder) yaitu hubungan timbal balik yang yang memerlukan perantara (media).
Perantara/media yang digunakan dalam kontak sekunder bisa berupa benda misalnya, telepon, TV, radio, HP, surat, dan telegram atau bisa juga menggunakan manusia, misalnya seorang pemuda meminang seorang gadis melalui orang lain.

3)    Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya kontak sosial ada dua macam, yaitu berikut ini.
a)    Kontak positif
yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu kerja sama, misalnya kontak antara pedagang dengan pembeli.
b)    Kontak negatif
 yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu pertentangan, misalnya kontak senjata antara dua negara yang sedang berperang.

b.    Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide atau gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.
1)    Komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu berikut ini.
a)    Komunikasi lisan (verbal)
Yaitu komunikasi dengan menggunakan kata-kata (verbal) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Contoh: berbicara langsung dan melalui telepon.
b)    Komunikasi nonverbal (isyarat)
Yaitu komunikasi dengan menggunakan gerak-gerik badan, bahasa isyarat, atau menunjukkan sikap tertentu.
Contoh: menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan melambaikan tangan.

2)    Syarat-syarat komunikasi Komunikasi dapat berlangsung apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a)    Ada pengirim (sender)
Yaitu pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
b)    Penerima atau komunikasi (receiver)
Yaitu pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
c)    Pesan (message)
Adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh setiap pihak kepada pihak lain.
d)    Umpan balik (feed back)
dalah tanggapan dari penerima pesan atau isi pesan yang disampaikannya.

Suatu kontak bisa terjadi tanpa komunikasi, jika terjadi kontak tanpa komunikasi maka tidak akan terjadi interaksi sosial. Misalnya, orang Jawa bertemu dengan orang Batak, orang Jawa menyapa dengan bahasa Jawa, padahal orang Batak tidak mengerti bahasa Jawa, maka komunikasi tidak akan terjadi. Komunikasi dapat berdampak positif jika masing-masing dapat menafsirkan apa yang dimaksud. Komunikasi juga bisa berdampak tidak baik apabila salah satu pihak tidak dapat menafsirkan maksud pihak lain.

2.    Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Dari uraian tersebut di atas, dapat disampaikan bahwa interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.    Pelakunya lebih dari satu orang.
b.    Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
c.    Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
d.    Ada dimensi waktu (masa lampau, maka kini, dan masa datang) yang akan  menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

3.    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial sebagai bentuk hubungan manusia yang menimbulkan aksi dan reaksi  dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu. Menurut Soerjono Soekanto, faktor    yang memengaruhi interaksi sosial ada enam macam, sebagai berikut.

a.   Imitasi
Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum. Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum.
Contoh: banyak anak SMA mengikuti mode rambut artis dicat dan panjang bagi laki-laki.
Syarat terjadinya proses imitasi ialah sebagai berikut.
1)    Sesuatu yang ditiru harus mendapatkan perhatian orang lain. Misalnya, model potongan rambut seorang artis yang menarik perhatian banyak orang, maka akan ditiru oleh banyak orang pula.
2)    Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang ditiru. Misalnya, sekelompok orang yang mengagumi RATU. Karena kekaguman tersebut mereka akan meniru segala atribut yang dipakai RATU.
3)    Taraf pengertian yang cukup mengenai hal-hal yang ditiru. Misalnya, sekelompok anak muda akan meniru lagu-lagu tertentu yang popular apabila dia memahami lagu-lagu tersebut.

Model yang ditiru dapat bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, proses imitasi  dapat mengarah ke hal-hal positif atau negatif. Apabila imitasi mengarah ke hal-hal yang baik, maka dampaknya pun positif. Kondisi masyarakat akan semakin stabil dan harmonis sehingga tercipta keselarasan dan keteraturan sosial. Namun, apabila proses imitasi mengarah ke hal-hal yang negatif, maka dampaknya akan buruk. Imitasi negatif dapat menyebabkan berbagai penyimpangan sehingga melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karena itu, agar proses imitasi tidak mengarah negatif diperlukan kondisi sosial yang baik. Kondisi yang baik berupa berkembangnya sistem, norma, dan nilai yang mampu menunjang sendi-sendi kehidupan masyarakat.



b.  Sugesti
  Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Cepat atau lambat proses sugesti tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik seseorang.
  Sugesti dapat berupa berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak, atau media elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal.
Contoh: iklan sampo yang diperagakan oleh seorang yang seolah-olah rambutnya rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat/tidak rontok dan tebal.
Sugesti dapat terjadi antara:
1)     Seseorang terhadap orang lain. Contoh, nasihat yang diberikan seorang ayah kepada anaknya agar belajar lebih giat.
2)     Seseorang terhadap sekelompok orang. Contoh, wali kelas memberikan nasihat kepada semua siswa satu kelas.
3)     Sekelompok orang terhadap kelompok lainnya. Contoh, sekelompok penjual yang mengiklankan produknya kepada masyarakat, serta.
4)     Sekelompok orang terhadap individu. Contoh, seorang pemain bulutangkis tunggal mendapat tepuk tangan dan dukungan dari penonton.
                
  Wujud sugesti dapat berupa sikap, tindakan, dan perkataan. Suatu gambar poster atau kalimat iklan di spanduk juga dapat memberikan sugesti kepada orang. Bahkan, benda-benda tertentu yang merupakan simbol suatu makna tertentu dapat memberikan sugesti kepada seseorang. Orang yang percaya kepada seseorang yang ia anggap memiliki ‘kelebihan’ pada umumnya mudah tersugesti dengan apapun yang diperintahkan orang tersebut, misalnya seseorang percaya bahwa jimat yang diberikan dukun mengandung kekuatan. Sebenarnya, kekuatan itu berasal dari rasa optimis yang dibangkitkan oleh keyakinan akibat sugesti. Orang yang memiliki optimisme kuat dan berani, pada umumnya banyak memperoleh  keberhasilan atas apa yang ia  lakukan. Di sinilah sebenarnya kunci rahasia jimat yang dapat membuat orang menjadi pemberani. Sugesti semacam ini sama dengan keyakinan yang memengaruhi kita sewaktu memilih dokter yang kita anggap paling manjur.
Sugesti dapat terjadi karena beberapa alasan berikut ini.
1)    Hambatan Berpikir.Seseorang yang sedang mengalami kelelahan pikiran atau sedang menanggung beban emosional tertentu akan mudah sekali tersugesti (dipengaruhi).
2)    Terpecahnya Pikiran Seseorang. Seseorang yang kurang konsentrasi akan mudah mengalami sugesti.
3)    Otoritas. Seseorang yang mempunyai kekuasaan akan mudah memberikan sugesti (pengaruh) kepada orang lain. Misalnya, seorang pemimpin yang kharismatik, anjurannya pasti dipatuhi rakyatnya.
4)    Mayoritas. Orang cenderung akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang banyak (arus umum).
5)    Percaya terhadap Sugesti dari Orang Lain Seseorang akan melakukan apapun yang dikatakan atau dianjurkan kepadanya dari orang lain yang dianggap baik dan benar. Misalnya, seorang pasien datang ke dokter untuk periksa. Apabila dalam diri pasien telah tertanam rasa percaya kepada dokter tersebut, maka dia akan menuruti segala anjurannya.

C.     Identifikasi
  Identifikasi adalah kencenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan individu lain yang ditiru. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi disebut idola (dari kata idol yang berarti sosok yang dipuja). Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses sugesti dan proses imitasi yang telah kuat. Contoh: seorang siswa yang mengagumi gurunya, sering mengidentifikasi dirinya seperti guru yang dikaguminya.

D.     Simpati
  Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Perasaan simpati dapat disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang, atau lembaga formal pada waktu khusus misalnya peringatan ulang tahun kemerdekaan RI , kenaikan kelas, atau kenaikan jabatan. Agar simpati dapat berlangsung, diperlukan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pemikiran atau isi hatinya, sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati merupakan dasar-dasar persahabatan.
Contoh: perasaan simpati seorang perjaka terhadap gadis yang akhirnya menimbulkan perasaan cinta kasih di antara keduanya.

E.     Motivasi
  Motivasi adalah dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, individu kepada individu. Motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.
Contoh: penghargaan kepada siswa yang berprestasi merupakan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat.

F.    Empati
  Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Contoh: kalau kita melihat orang lain mendapat musibah, kita seolah-olah ikut menderita.

4.    Tingkat Hubungan dalam Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjadi di masyarakat memiliki tingkat hubungan berbeda-beda. Tingkat hubungan itu ditunjukkan dengan intensitas hubungan yang berlangsung di antara pihak-pihak yang berinteraksi. Ada dua tingkat hubungan dalam interaksi sosial, yaitu tingkat dangkal dan tingkat dalam.
A.   Tingkat Hubungan Dangkal
Tingkat hubungan dangkal hanya berlangsung sesaat, tidak berkesinambungan, dan tidak menimbulkan jalinan. Contohnya, hubungan antara penjual dan pembeli di  pasar.
B.   Tingkat Hubungan Dalam
Interaksi sosial jenis ini berlangsung   terus-menerus tanpa batas, Berkesinambungan, dan ada jalinan. Misalnya, interaksi antara seorang anak dengan orang tuanya, atau antara dua remaja yang saling jatuh cinta.

C.  Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial secara garis besar dapat kita bedakan menjadi dua yaitu interaksi sosial yang bersifat assosiatif dan interaksi sosial yang bersifat dissosiatif. Untuk lebih jelasnya akan kita uraikan satu persatu.

a.  Interaksi sosial yang bersifat assosiatif
Interaksi sosial asosiatif dapat berupa kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi, dekulturasi, dominasi, paternalisme, diskriminasi, integrasi, dan pluralisme.

1)  Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia mulai berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan kerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dari dalam kehidupan keluarga lalu meningkat kelompok sosial yang lebih luas. Kerja sama akan berkembang apabila menghadapi situasi tertentu antara lain:
a)    tantangan alam yang ganas;
b)    pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal;
c)    upacara keagamaan yang sakral;
d)    musuh yang datang dari luar.

Kerja sama bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa juga destruktif (merusak). Contoh kerja sama konstruktif yaitu guru dan siswa memulihkan nama baik sekolah akibat dinodai sejumlah siswa yang melakukan tindakan kriminalitas. Adapun contoh kerja sama yang bersifat destruktif adalah tawuran antar pelajar. Selain itu kerja sama juga bisa bersifat agresif apabila suatu kelompok mengalami kekecewaan yang berkepanjangan akibat rintangan-rintangan dari luar kelompok.
Bentuk-bentuk kerja sama meliputi antara lain:

a)    bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam arti yang lebih luas, bargaining adalah nilai tawar. Bargaining dilakukan agar proses kerjasama dapat memberi keuntungan secara adil bagi kedua belah pihak, misalnya proses jual beli di pasar.

b)    cooperation yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

c)    coalition yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

d)     joint venture yaitu kerja sama dalam usaha proyek-proyek tertentu.Di pedesaan kerja sama merupakan tradisi turuntemurun, yang disebut dengan istilah gotong royong. Misalnya untuk masyarakat Jawa gotong royong disebut gugur gunung, di Sunda disebut sambatsinambat, di Batak disebut raron, di Manado disebut mapulus, dan di Bali disebut arud kelod ketog semprong.

e)    Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

2)  Akomodasi
Akomodasi adalah keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada dimasyarakat. Akomodasi sering terjadi dalam situasi konflik sosial (pertentangan). Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga pihak lawan tidak kehilangankepribadiannya.
v Akomodasi dilakukan bertujuan untuk:
a)    mengurangi pertentangan akibat perbedaan paham,
b)    mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu,
c)    mewujudkan kerja sama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah akibat psikologis serta cultural dan mengusahakan peleburan kelompok-kelompok sosial yg terpisah.

v  Bentuk-bentuk akomodasi antara lain berikut ini.
a)  Koersi (coercion)
Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dipaksakan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak menduduki posisi kuat  Sedangkan pihak lain dalam posisi lemah. Misalnya, antara majikan dan  Luruh atau antara atasan dengan bawahan. Dalam sejarah, kita mengenal kerja sama antara rakyat Indonesia dengan Belanda dalam bentuk tanam paksa atau kultur stelsel. Dalam peristiwa semacam ini, orang bekerjasama tidak didasari oleh keinginan sendiri, tetapi karena takut ancaman pihak yang kuat.Contoh: sistem pemerintahan komunis.

b)  Kompromi (compromise)
Kompromi adalah akomodasi yang terjadi karena masing-masing pihak mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu Menyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Kompromi sering terjadi dalam dunia politik dan perdagangan. Apabila dua partai politik yang memiliki kekuatan sama berebut suatu kedudukan, pada umumnya diselesaikan dengan cara kompromi.Contoh: gencatan senjata dua pihak yang berperang.

c)  Arbitrasi (arbitration)
Arbitrase adalah cara mengatasi konflik dengan meminta bantuan pihak ketiga sebagai penengah. Penentuan pihak ketiga harus disepakati oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga bersifat mengikat. Kerja sama seperti ini pernah terjadi ketika Indonesia dan Malaysia memperebutkan Kepulauan Spratley. Kedua negara merasa memiliki hak atas kedaulatan pada kepulauan itu sehingga setiap diadakan pembicaraan selalu mengalami jalan buntu. Akhirnya, kedua pihak membawanya ke Lembaga Arbitrase Internasional di Belanda. Keputusan lembaga ini menetapkan kepulauan itu sebagai wilayah Malaysia. Karena keputusan lembaga itu bersifat mengikat, maka Indonesia tidak bisa berbuat banyak kecuali menerimanya walaupun dengan berat hati. Contoh kejadian sehari-hari mengenai kerja sama seperti ini dapat kita lihat saat dua orang adik kakak berebut mainan. Untuk mendamaikannya, ibu kedua anak itu turun tangan. Sang ibu memutuskan memberikan mainan kepada salah satu anak sambil membujuk anak yang satunya agar tidak menuntut.
Contoh: penyelesaian antara dua negara yang sedang perang oleh PBB sebagai pihak ketiga.

d)  Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai pendirian masing-masing. Kerja sama dalam bentuk seperti ini, sangat penting bagi negara kita yang terdiri atas berbagai macam agama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu dapat bertoleransi dengan teman-teman kita yang berbeda agama.Mediasi yaitu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga tidak mempunyai wewenang memutuskan masalah, hanya sebatas sebagai penasihat.

e)  Konversi (conversion)
Konversi adalah penyelesaian konflik dengan mengalahnya salah satu pihak dan menerima pendirian pihak lain. Dalam interaksi antarpribadi, hal ini sering terjadi. Misalnya, seorang kakak berebut mainan dengan adiknya. Pada umumnya, sang kakak mengalah terhadap adiknya sehingga konflik segera selesai. Dalam urusan yang lebih luas di masyarakat, hal semacam ini sulit terjadi karena akan menimbulkan konsekuensi merugikan bagi pihak yang mengalah. Namun, bukan berarti tidak ada. Dalam sengketa keluarga yang disidangkan di pengadilan, konversi ditempuh agar konflik tidak semakin sengit.

f)   Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang bertentangan lewat perundingan untuk memperoleh kesepakatan. Berbagai konflik sosial yang terjadi di Tanah Air kita melibatkan kelompok-kelompok di masyarakat. Misalnya, kerusuhan di Ambon, Aceh,Poso, dan Papua diselesaikan dengan mempertemukan kedua kelompok yang bertikai dalam suatu meja perundingan. Kebanyakan cara ini berhasil.

g)  Ajudikasi
Ajudikasi adalah penyelesaian konflik melalui pengadilan. Pengadilan adalah lembaga hukum yang berfungsi menjalankan pengadilan terhadap berbagai perkara pidana maupun perdata. Salah satunya adalah konflik yang terjadi di masyarakat. Pada umumnya, cara seperti ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian konflik. Sedapat mungkin mereka yang terlibat akan berusaha menanganinya dengan jalan kekeluargaan, atau meminta tolong pihak ketiga sebagai mediator. Apabila caracara seperti itu gagal, terpaksa perkara dilimpahkan ke pengadilan.

h)  Stalemate
Stalemate berarti jalan buntu. Maksudnya, pihak-pihak yang bersengketa memiliki kekuatan yang seimbang, sehingga berhenti pada posisi tertentu. Hal seperti ini terjadi, karena kedua belah pihak tidak mempunyai harapan untuk maju maupun mundur. Dalam keadaan seperti itu sengketa berhenti, namun sebenarnya bukan akhir dari konflik. Konflik masih tetap ada dan bersifat laten. Pihak-pihak yang bersengketa secara diam-diam masih memendam persoalan. Sengketa akan segera muncul ke permukaan lagIi apabila kondisi ‘keseimbangan kekuatan’ tiba-tiba berubah.

i)    Segregasi
Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan. Di masyarakat kita, akhir-akhir ini sering terjadi luapan ketidakpuasan dalam bentuk demonstrasi di jalanan. Pihak yang setuju maupun yang tidak setuju terhadap suatu persoalan sering mengerahkan massa demonstran. Apabila dua kelompok massa yang saling bermusuhan bertemu, maka akan terjadi bentrok fisik. Untuk menghindari bentrok fisik, pada umumnya aparat keamanan memisahkan jalur kedua kelompok massa agar tidak bertemu. Pemisahan atau segregasi dapat pula dilakukan oleh para koordinator lapangan yang memimpin demonstrasi.

j)    Ceasefire
Gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam jangka waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan untuk mencari upaya penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang bertikai. Misalnya, dalam konflik Aceh. Pemimpin TNI dan GAM sering mengambil sikap gencatan senjata (menghentikan serangan) untuk memberi kesempatan wakil-wakil mereka berunding mencari penyelesaian.

k)  Dispasement
Displasemen adalah usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek lain. Ketika di Jakarta marak terjadi perkelahian antarpelajar, pemerintah DKI membuat gelanggang tinju antarpelajar. Dengan memberikan sarana penyaluran energi fisik ke dalam bentuk olah raga tinju, diharapkan pelajar yang gemar bertarung dapat mengalihkan sasarannya pada hal-hal positif. Selain tinju, berbagai bentuk olah raga dan seni lainnya dapat mengalihkan konflik antarpelajar.

3)  Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, lambat laun tidak ada  perbedaan antara individu dengan kelompok untuk mengurangi perbedaan tersebut. Usaha-usaha asimilasi meliputi mempererat kesatuan tindakan, sikap, perasaan dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi antara lain lahir:
a)    kelompok-kelompok manusia dengan berbeda kebudayaan;
b)    individu-individu sebagai warga kelompok yang saling mengenal;
c)    kebudayaan baru dari kelompok yang saling menyesuaikan diri.

Asimilasi akan terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a)    terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda;
b)    terjadi pergaulan antara individu atau kelompok secara intensif dalam ukuran waktu yang lama;
c)    kebudayaan masing-masing kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang mendorong dan mempermudah proses asimilasi adalah sebagai berikut:
1)    toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan;
2)    kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi;
3)    sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya;
4)    sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
5)    perkawinan campuran dari kelompok yang berbeda kebudayaan(amalgasi);
6)    persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi, antara lain:
1)     kelompok terisolasi atau terasing;
2)     kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi;
3)     prasangka negatif terhadap pengaruh budaya baru;
4)     perasaan primordial bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari pada kebudayaan lain;
5)     perbedaan yang sangat mencolok seperti ciri-ciri ras, teknologi, dan ekonomi;
6)     golongan minoritas mengalami gangguan oleh penguasaan;
7)     perasaan grup yang kuat.

3)  Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli. Akulturasi merupakan perpaduan dua unsur kebudayaan dalam kurun waktu yang lama. Dalam akulturasi unsur-unsur kebudayaan asing tersebut  melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tersebut. Contohnya perpaduan musik Melayu dengan musik Spanyol menjadi/lahir musik keroncong.
Akulturasi terjadi apabila suatu masyarakat berhadapan dengan pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing. Unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat-laun melebur ke dalam kebudayaan asli. Misalnya, ketika di Jawa kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu dan kemudian Islam. Ketika Hindu masuk, terjadilah akulturasi budaya Hindu di Jawa sehingga timbul kebudayaan Hindu Jawa. Demikian pula, ketika Islam masuk terjadilah akulturasi budaya Islam sehingga timbul kebudayaan Islam Jawa. Secara fisik, hasil akulturasi itu dapat dilihat dari bentuk bangunan. Berbagai candi Hindu dan bangunanbangunan masjid ala Timur Tengah, bahkan antara Hindu dan Islam pun mengalami akulturasi, contohnya menara masjid Kudus (Jawa Tengah) berbentuk meru dan beratap tumpang.

                 Unsur-unsur yang mudah diterima dalam alkulturasi, antara lain:
a)      kebudayaan material;
b)      teknologi baru yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebudayaan pertanian (alat-alat, pupuk, dan benih);
c)      kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat (kesenian, olahraga);
d)      kebudayaan yang pengaruhnya kecil, misalnya model pakaian.

                 Unsur-unsur kebudayaan yang sukar di terima antara lain:
a)      kebudayaan yang mendasari pola pikir masyarakat,misalnya unsur keagamaan;
b)      kebudayaan yang mendasari proses sosialisasi yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, misalnya makanan pokok, sopan-santun, dan mata pencaharian.

Individu/orang yang mudah menerima budaya asing,yaitu:
a)      golongan muda yang belum memiliki identitas dan kepribadian yang mantap;
b)      golongan masyarakat yang hidupnya belum memiliki status yang penting;
c)      kelompok masyarakat yang hidupnya tertekan, misalnya pengangguran dan penduduk terpencil.

4)  Dekulturasi
Dekulturasi adalah hilangnya kebudayaan suatu kelompok akibat interaksi antarkelompok sosial. Kelompok pendatang dari desa kemudian menetap di kota, pada umumnya mengalami dekulturasi. Pada umumnya kaum pendatang menganggap suasana kehidupan kota lebih baik daripada di desa. Semakin lama mereka tinggal di kota, semakin larut dalam cara-cara hidup di kota. Apalagi setelah mereka menetap, kebudayaan yang mereka bawa dari desa lama- kelamaan ditinggalkan dan mereka hidup mengikuti caracara di tempat tinggalnya yang baru.

5)  Dominasi
Dominasi adalah interaksi sosial dalam bentuk suatu kelompok menguasai kelompok lain. Misalnya, kelompok orang kulit putih yang menguasai orang kulit hitam di Afrika Selatan pada masa politikapartheid. Di Indonesia, pada zaman penjajahan Belanda pun terjadi dominasi orang kulit putih (khususnya Belanda) terhadap bangsa pribumi. Jumlah mereka jauh lebih kecil, namun bangsa pribumi justru menjadi warga negara kelas tiga, satu tingkat di bawah golongan Cina. Hingga sekarang perekonomian Indonesia masih didominasi oleh warga keturunan Cina. Dalam lingkungan Anda, dominasi dapat pula terjadi. Amatilah golongangolongan masyarakat yang ada di daerah Anda. Golongan orang kaya pada umumnya mendominasi kehidupan masyarakat umum, walaupun jumlah mereka sedikit.

6)    Paternalisme
Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendatang terhadap kelompok pribumi. Pada masa penjajahan di Indonesia, baik Belanda maupun Jepang menguasai penduduk setempat sebagai bangsa yang terjajah. Pada saat ini paternalisme masih terjadi. Misalnya, di Ambon dan Kalimantan. Di Ambon, kaum pendatang dari Sulawesi menguasai perekonomian di sana.Demikian juga, suku Dayak di Kalimantan sebagai penduduk asli merasa dikuasai oleh pendatang dari Madura. Keduanya berakibat pecahnya konflik antara penduduk asli yang tidak puas dengan kaum pendatang.

7)    Diskriminasi
Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap orang-orang atau golongan tertentu. Dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia, interaksi antara ras kulit putih dan kulit hitam diberbagai negara sering diwarnai diskriminasi terhadap kulit hitam. Berbagai usaha untuk meminimalisasi perlakuan diskriminasi telah ditempuh. Namun, kenyataannya diskriminasi masih selalu ada. Secara sengaja atau tidak, kadang-kadang peraturan yang dibuat menimbulkan diskriminasi. Misalnya, ketika Anda mendaftar ke SMA dan dihadapkan pada persaingan peringkat jumlah nilai. Maksud ketentuan itu sangat bagus, yaitu memacu siswa supaya belajar tekun sehingga mencapai nilai baik untuk dapat diterima di sekolah favorit. Namun di sisi lain, dengan tidak mampunya siswa memasuki sekolah yang diinginkan, berarti telah terjadi diskriminasi. Di perguruan tinggi, peraturan yang sering dikeluhkan bersifat diskriminatif adalah mengenai biaya. Pada umumnya, perguruan tinggi favorit mematok biaya mahal, dengan alasan pendidikan yang bermutu memang membutuhkan biaya mahal. Akibatnya, orang miskin mengalami diskriminasi karena tidak bisa memasuki perguruan tinggi bermutu.

8)    Integrasi dan Pluralisme
Integrasi dan pluralisme adalah dua pola interaksi sosial antarkelompok masyarakat yang memiliki banyak persamaan. Integrasi sosial mengakui  perbedaan ras di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari ras (suku bangsa) berbeda dan dapat hidup bersama secara rukun dan damai. Walaupun mereka menyadari perbedaan itu, namun dalam hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat tidak ada perbedaan. Mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam hal memperoleh pendidikan, pekerjaan, dan kedudukan sosial. Pluralisme adalah hubungan antarkelompok sosial yang mengakui persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat. Hubungan seperti ini lebih menghargai kemajemukan kelompok daripada pola
integrasi.

b.  Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif
            Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif mengarah kepada bentuk  pertentangan atau konflik yang berwujud persaingan, kontravensi, pertikaian, dan permusuhan. Interaksi sosial bersifat dissosiatif disebut pula proses oposisi. Konflik atau pertentangan adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Berikut ini akan kita bahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat dissosiatif, sebagai berikut.

1)    Persaingan (competition)
            Persaingan adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, beberapa orang memperebutkan kedudukan/jabatan gubernur kepala daerah. Adapun nantinya yang menduduki jabatan gubernur hanya satu orang. Persaingan yang dilakukan sesuai dengan norma dan tingkah laku sosial yang berlaku di masyarakat, kecil kemungkinan menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan seperti ini disebut persaingan secara sehat atau sportif. Adapun persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Hal ini bukan lagi termasuk persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan. Misalnya persaingan di bidang ekonomi dan politik.
            Persaingan juga dapat terjadi akibat perbedaan ras atau warna kulit, bentuk tubuh, dan jenis rambut. Indikasi adanya persaingan dalam bidang ini tercermin dalam sikap-sikap eksklusif dari mereka yang merasa dirinya lebih unggul, misalnya orang kulit putih biasanya menyombongkan diri sebagai ras yang unggul, padahal tidak ada alasan ilmiah yang mendukung hal tersebut. Selain itu, persaingan juga dapat terjadi antarindividu yang saling membanggakan kelebihan dan kedudukan masing-masing dalam masyarakat. Persaingan yang terjadi di antara individu maupun kelompok disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perbedaan pendapat, perselisihan paham, persamaan kepentingan pada suatu hal yang sama, perbedaan sistem nilai dan norma yang dianut, dan perbedaan kepentingan politik. Persaingan dapat menimbulkan berbagai akibat, baik positif maupun negatif. Akibat positifnya adalah timbulnya solidaritas kelompok sehingga rasa kesetiakawanan menjadi lebih tinggi, sedang akibat negatifnya adalah terjadinya kerusakan harta benda dan bahkan jiwa manusia. Persaingan juga mengakibatkan terjadinya negoisasi antara kedua belah pihak. apabila negoisasi menghasilkan status quo, maka pihak yang dominan merasa menang, sementara pihak yang lain merasa dirugikan.

a)      Hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya persaingan, antara lain:
§  perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang paling prinsip;
§  perselisihan paham yang mengusik harga diri seseorang;
§  persamaan kepentingan dalam hal yang sama;
§  perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat;
§  perbedaan kepentingan politik.
b)      Persaingan dapat berakibat, sebagai berikut:
§   tumbuhnya solidaritas antaranggota kelompok atau kelompok;
§   timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negatif;
§   kehilangan harta benda atau jiwa manusia jika terjadi benturan fisik;
§   terjadi negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai di dalam keadaan tatus quo.
c)      Fungsi persaingan Persaingan memiliki beberapa fungi antara lain:
§   dapat menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut untuk dapat dipenuhi tuntutannya, padahal tidak semua keinginan dapat dipenuhi secara serentak;
§   dapat menyalurkan kepentingan dan nilai-nilai dalam masyarakat, terutama nilai dan kepentingan yang dapat menimbulkan persaingan;
§   dapat menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan sesuai dengan kemampuannya.

2)    Kontravensi
     Kontravensi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan sikap ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian kalangan tertentu dengan kalangan lain di masyarakat. Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontravensi dibedakan menjadi lima bentuk sebagai berikut.

a)  Kontravensi umum
Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, kekerasan, dan mengancam.
b)  Kontravesi sederhana
Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki-maki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.
c)  Kontravensi ultensif
Misalnya penghasutan, penyebaran desas-desus,dan mengecewakan pihak lain.
d)  Kontravensi rahasia
berupa pengkhianatan, membuka rahasia pihak lain.
e)  Kontravensi taktis berupa intimidasi, mengganggu pihak lain, dan provokasi.

Terjadinya kontravensi sering melibatkan antargenerasi, antargender, dan antarkelompok. Kontravensi antargenerasi terjadi apabila terdapat perbedaan pendapat mengenai suatu hal antara generasi muda dengan generasi tua. Misalnya, dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pernah terjadi kontravensi antara golongan tua dan golongan muda mengenai proklamasi. Suatu persoalan juga sering ditanggapi secara berbeda oleh golongan orang yang berjenis kelamin berbeda. Misalnya, perbedaan pendapat mengenai cuti hamil selama tiga bulan bagi wanita pegawai. Golongan pria kadang-kadang merasa iri sehingga menentangnya, sementara itu kaum wanita sangat membutuhkannya. Dua kelompok masyarakat yang memiliki pandangan berbeda mengenai suatu hal juga dapat mengakibatkan timbulnya kontravensi. Misalnya, golongan mayoritas dan golongan minoritas yang tidak sependapat dalam masalah tertentu.

3)    Pertikaian
      Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Pertikaian merupakan proses sosial sebagai kelanjutan dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena makin tajamnya perbedaan antara kalangan yang berselisih paham. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.

4)    Permusuhan (konflik)
Permusuhan (konflik) adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatankegiatan tertentu. Permusuhan atau konflik diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Permusuhan atau konflik merupakan situasi yang wajar dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, bahkan antarnegara. Permusuhan atau konflik merupakan sikap yang tidak terpuji, karena bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Permusuhan berbeda dengan persaingan.
Walaupun konflik merupakan proses disosiatif yang tajam, akan tetapi konflik sebagai salah satu bentuk proses sosial mempunyai fungsi positif. Konflik dalam bentuk yang lunak dan terkendali biasa digunakan pada forum ilmiah yang membutuhkan perdebatan, seperti diskusi, rapat, dan lain-lain Sebuah konflik di dalam sebuah forum, diharapkan dapat mengungkap persoalan-persoalan atau memberikan solusi atas masalah yang dihadapi untuk kepentingan bersama.

a)    Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik, sebagai berikut.
§  adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan;
§  berprasangka buruk kepada pihak lain;
§  individu yang kurang bisa mengendalikan emosi;
§  adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, misalnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial;
§  persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.

b)    Macam-macam konflik (permusuhan)
§  Konflik individu.
Konflik yang terjadi antara individu satu dengan individu yang lain, yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan.
§  Konflik antara kelas sosial.
Konflik yang terjadi antara kelas sosial yang satu dengan yang kelas sosial yang lain.
Misalnya konflik antara pengusaha dengan buruh. Buruh menuntut  kenaikan upah dengan jam kerja sedikit, sedangkan pengusaha sebaliknya.
§   Konflik rasial
Konflik yang terjadi antara ras yang satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri fisik.
§   Konflik politik
Konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama dalam bidang politik atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan.
§   Konflik internasional
Konflik yang terjadi antarbangsa-bangsa di dunia yang disebabkan antara perbedaan kepentingan. Misalnya konflik antara Israel dengan Libanon.

Konflik merupakan proses dissosiatif yang tajam. Namun, konflik bisa membawa dampak positif bagi masyarakat. Misalnya konflik antarmasyarakat yang menginginkan perubahan dalam hidup bermasyarakat/bernegara.

D.Pengaruh Prasangka dan Stereotip dalam Interaksi Sosial
Dalam interaksi antarkelompok sering dipengaruhi oleh sikap-sikap khas, misalnya prasangka. Prasangka adalah sikap bermusuhan yang ditujukan terhadap kelompok tertentu. Sikap semacam itu muncul karena ada dugaan bahwa kelompok tersebut memiliki ciri-ciri yang tidak menyenangkan. Sikap berprasangka tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, atau buktibukti yang cukup. Misalnya, anggapan bahwa wanita lebih lemah, emosional, dan kurang rasional adalah suatu prasangka.
Salah satu bentuk prasangka adalah stereotip. Stereotip adalah pandangan (image) salah mengenai ciri-ciri khusus kelompok luar yang telah diterima secara luas oleh masyarakat. Stereotip bisa bersifat positif, tetapi juga bisa bersifat negatif. Misalnya, kita pada umumnya memiliki stereotip mengenai seorang pemuka agama adalah orang yang berilmu, berwibawa, bersikap baik, melindungi, dan menjadi teladan dalam mengamalkan agama. Kita juga memiliki stereotip mengenai seorang politikus sebagai orang yang tidak berprinsip, licik, suka berjanji tetapi tidak menepati, dan oportunistis. Setereotip positif maupun negatif cenderung menyesatkan, karena membuat kita tidak objektif dalam memandang kelompok lain. Begitu juga, kita selalu memandang penuh prasangka kepada seorang politikus berdasarkan stereotip seperti di atas, padahal setiap individu memiliki ciri dan sifat yang berbeda dan tidak bisa disamaratakan begitu saja berdasarkan stereotip.
Bentuk lain dari prasangka adalah antipati dan antagonisme. Antipati dan antagonisme berbeda dengan prasangka. Antipati dan antagonisme dapat diberantas atau dikurangi dengan pendidikan, sedangkan prasangka tidak dapat. 

E. Keteraturan Sosial
Keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubunganhubungan sosial yang berlangsung di antara anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan harmonis sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suasana masyarakat yang teratur menunjukkan bahwa setiap orang melakukan tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Keteraturan sosial akan mewujudkan suasana permukiman yang penduduknya aman, tenteram, rukun, saling menghargai, saling menghormati dan bergotong royong.

Unsur-unsur keteraturan sosial, antara lain berikut ini.
1.    Tertib sosial, bila terjadi keselaran antara tindakan anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.
2.    Order adalah suatu sistem norma dan nilai yang diakui dan dipatuhi oleh masyarakat.
3.    Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan sosial yang tetap dan berlangsung secara terus-menerus.
4.    Pola adalah bentuk umum suatu interaksi sosial.

F. Hubungan Interaksi Sosial dengan Status dan Peran Sosial
1.    Status Sosial
Status sosial adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat. Status sosial berhubungan erat dengan hak dan kewajiban. Status sosial memberi bentuk dan bola pada interaksi sosial. Dengan demikian berarti interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial. Pada dasarnya status sosial merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang dalam masyarakat. Setiap individu dalam  masyarakat mempunyai berbagai status sosial. Status sosial yang ada dalam masyarakat dibedakan menjadi enam. Keenam status itu dapat diuraikan sebagai berikut.
a.    Status yang digariskan (ascribed status), adalah status yang diperoleh secara alami atau otomatis, yang dibawa sejak manusia dilahirkan.
Contohnya: anak seorang bangsawan sejak lahir mendapat gelar bangsawan, jenis kelamin, dan kasta pada masyarakat Hindu.
b.    Status yang diusahakan (achieved status), adalah status yang diperoleh dengan melalui usaha atau perjuangan sendiri dengan disengaja. Semua individu berpeluang menduduki status ini asal memenuhi syarat-syarat tertentu.
Contohnya: gelar kesarjanaan.
c.    Status yang diberikan (assigned status) adalah status yang diberikan kepada  seseorang yang telah berjasa memperjuangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Contohnya: gelar pahlawan dan penerima kalpataru.
d.    Status simbol, Status simbol dapat dikenali dari kebiasaan hidup seharihari, seperti cara berpakaian, tempat tinggal, dan bentuk rumah. Misalnya seseorang yang tinggal di pinggiran kota atau di desa, ke mana-mana bersepeda, dan berpakaian  sederhana, menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya sederhana. Sebaliknya seseorang yang tinggal di kompleks perumahan mewah, berkendaraan mobil keluaran terbaru, berpakaian mewah, menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya mewah.
e.    Status aktif, adalah status yang pada saat tertentu aktif, pada lain waktu status tersebut tidak aktif. Hal tersebut dapat diketahui bahwa individu tersebut memiliki banyak status. Misalnya seseorang yang menjadi guru, menjadi ketua organisasi politik, menjadi ketua RT di kampung, dan menjadi wirausahawan. Pada saat-saat tertentu, status dia sebagai ketua organisasi politik aktif (misalnya memimpin rapat organisasi), statusnya sebagai wirausahawan akan aktif sesudah dia mengajar, demikian pula sebagai ketua RT pada saat-saat tertentu akan aktif (misalnya memimpin rapat RT).
f.     Status laten, adalah status yang diam pada saat status aktif bekerja. Misalnya seseorang pengacara yang merangkap jadi dosen. Pada saat ia menjadi dosen, maka status pengacaranya tidak aktif. Sebaliknya saat berstatus sebagai pengacara, maka status dosennya tidak aktif.

Dalam kehidupan masyarakat sering timbul pertentangan yang dialami seseorang sehubungan dengan status yang dimilikinya. Konflik status yang timbul dalam masyarakat,
antara lain berikut ini.
a.    Konflik status individual, yaitu konflik yang terdapat dalam diri pribadi seseorang (batin sendiri).
Contoh: seorang siswa SMA harus memilih antara keinginan bekerja atau mengikuti keinginan ibunya untuk kuliah.
b.    Konflik status antarkelompok, yaitu konflik yang terjadi karena satu kelompok  merugikan kelompok lain.
Contoh: peraturan yang dikeluarkan Pemda bertentangan dengan peraturan yang ada di pusat.
c.    Konflik status antarindividu, yaitu konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Contoh: seorang polisi harus menangkap pencuri, padahal pencuri tersebut anaknya sendiri.

2.    Peran Sosial (Role)
Peran sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Antara peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Pola peran dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.
a.    Peran ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu. Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan pandai.
b.    Peran yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang ibu tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak remaja.
c.    Peran yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan  penyataannya. Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.

Di dalam masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun dapat pula menimbulkan
konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam berperan. Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau lebih yang dimilikinya pada saat
bersamaan.
Contohnya seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada waktu yang bersamaan ia harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke
dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai guru.
§  Ketegangan
Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan melakukan peran karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang harus dijalankan dengan tujuan peran itusendiri.
Contohnya seorang pimpinan perusahaan menerapkan disiplin yang ketat kepada karyawannya yang sebagian besar adalah keluarga dekatnya.
§  Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan berbagai peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
§  Kesenjangan peran (role distance)
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus menjalani peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut.

G. Hubungan Tindakan Sosial dengan Interaksi Sosial
Setelah mempelajari materi tindakan sosial, kita tahu bahwa antara tindakan dan interaksi sosial mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Munculnya sikap saling membutuhkan karena manusia
hidup dalam sebuah masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat,manusia senantiasa melakukan aktivitas-aktivitas atau tindakantindakan sosial. Misalnya melakukan kerja bakti di kampung, membantu tetangga yang punya hajat, menolong tetangga yang
ditimpa musibah, dan sebagainya.
Dalam melakukan tindakan-tindakan sosial, manusia tidak bisa melepaskan peran dirinya sebagai makhluk individu dan sosial. Hal itu disebabkan manusia selalu melakukan hubungan sosial atau disebut interaksi sosial. Hubungan sosial dapat dilakukan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Dalam hal ini, Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas atau tindakan-tindakan sosial.


BAB III
Penutup
A.Kesimpulan
R  Arti Interaksi Sosial artinya melibatkan kedua belah pihak..
Faktor-faktor interaksi sosial antara lain
R  Imitasi : tindakan sosial meniru sikap,tindakan,tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan.
R  Sugesti : pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain.
R  Identifikasi : kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan oranglain.
R   Simpati : suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Syarat-syarat interaksi sosial antara lain
R  kontak :kata kontak berasal dari con atau cum yang artinya bersama-sama dan kata tango yang artinya menyentuh.jadi secara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Wujud kontak sosial dibedakan menjadi tiga antara lain
´  kontak antarindividu contoh kontak antara anak dan orang tuanya,kontak antara siswa dan siswa lainnya.
´  kontak antar kelompok contoh kontak antara dua perusahaan dalam hubungan bisnis.
´  Kontak antara individu dan suatu kelompok contoh kontak antara seorang calon anggota dan para anggota organisasiyang akan dimasukinya.
Kontak sosial langsung dan tidak langsung anatar lain kontak primer yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung.
R  kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketigasebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik.
R  Bentuk-bentuk Interaksi sosial (association processes)
´  kerja sama :suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok uintuk mencapai tujuan bersama.
Bentuk kerjasama antara lain kerja sama spontan yaitu kerjasama yang terjadi secara serta-merta. kerja sama langsung yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau pengusaha teerhadap rakyatnya.
Kerja sama kontrak yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
R  Akomodasi
proses penyesuaian diri dari orang-perorangan . Bentuk akomodasi antara lain
R  koersi : suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah .contoh sistem pemerintahan totalitarian.
kompromi : suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian.
R  Asimilasi
dasarnya merupakan perubahan yang dilakukan secara sukarela,yang umum pada dimulai dari penggunaan bahasa. Syarat asimilasi antara lain
terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
terjadi pergaulan antaindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama.
Faktor pendorong asimilasi antara lain
Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan.
kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.
Faktor penghalang asimilasi antara lain kelompok yang terisolasi atau tersaing (biasanya kelompok minoritas). kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi.
R  D.Akulturasi
proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asing.

2.Proses disosiatif (opposition processes)
A. persaingan (competition) : merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
Fungsi persaingan antara lain Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi,padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
B. Kontarvensi
Bentuk kontravensi menurut leopold vin wiese dan howard becker antara lain
kontravensi umum misalnya penolakan Kontarvensi sederhana.misalnya menyangkal pernyataan orang didepan umum.
C,pertikaian
perselisihan terbuka.
D.Konflik
persilisihan sederhana. Faktor penyebab konflik antara lain
perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
perbedaan kepentingan anatara individu dan kelompok diantaranya menyangkut bidang ekonomi,politik,dan sosial.
Macam konflik antara lain Konflik antara atau dalam peranan sosial,misalnya antar peran dalam keluarga dan profesi. Konflik antara kelompok-kelompok sosial Akibat konflik antara lain Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
Akibat konflik antara lain meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain. keretakan hubungan antara anggota kelompok,misalnya akibat konflik antarsuku.

B.Saran
Dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat, maka kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakan harus menyadari bahwa kita hidup tidak mungkin sendirian.
Untuk itu marilah kita menjadi warga masyarakat yang baik dengan berinteraksi antar individu dengan individu lain, antar individu dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok agar terjalin persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.



C.Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Catur, Etik Budiati(2000), Sosiologi Konstekstual, Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Google.co.id

No comments:

Powered by Blogger.