Radikalisme Sekte Khawarij

Friday, July 13, 2012
Radikalisme sekte Khowarij mencapai klimaksnya dalam bentuk tidak mau memberikan perlindungan terhadap orang Islam yang tidak seaqidah dengannya dan justru melindungi orang musyrik karena kesalahpahaman mereka terhadap firman Alloh T’ala:

“Dan jika ada salah seorang dari orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Alloh.” (QS. At Taubah 6).

Dan mungkin sebab itulah yang mendorong Washil bin Atha’ mengaku sebagai musyrik yang meminta perlindungan ketika ia tertangkap oleh mereka. Ketika mereka menanyakan identitas dirinya, ia menjawab: “Orang musyrik yang meminta perlindungan”. Kemudian mereka melepaskannya. Kalaulah Washil bin Atha’ mengaku sebagai orang Islam, bisa jadi mereka membunuhnya karena tidak sealiran dengan mereka sebagaimana mereka telah membunuh Abdulloh bin Khabab bin Art sebelum ini.

Orang Khowarij berlebih-lebihan dalam memahami Islam dan memutarbalikkan dalil hingga mereka berhujjah dengannya dalam manhajnya. Dan itu adalah hasil semangat yang berlebihan dan mereka tidak mampu memahami masalah-masalah dengan sebenarnya. Mereka mengira bahwa cara mereka itulah satu-satunya jalan menuju Syurga yang disediakan Alloh bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan lebih parah lagi bahwa mereka menganggap orang yang berbeda dengan mereka, hukumnya kafir dan keluar dari Islam.

Meski begitu mereka pun sholat, puasa dan beribadah hingga Rasululloh Saw sendiri menegaskan hal itu. Tapi beliau mengabarkan bahwa fanatisme akan menimpa mereka dan mengeluarkan mereka dari Islam. Dalam shahih Bukhari dan Muslim hadits dari Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Sa’id berkata: “Ketika kami tengah berada di dekat Rasululloh Saw yang sedang membagi ghanimah, tiba-tiba datanglah Dzul Khuwaishiroh (Orang dari Bani Tamim) dan berkata: “Wahai Rasululloh berbuat adillah!”

Rasululloh Saw menjawab: “Celaka kamu, siapa lagi yang adil kalau bukan saya? Engkau mengecewakan dan merugi, Kalau saya tidak adil, siapa lagi yang akan adil?”

Umar bin Khatab berkata: “Wahai Rasulullah, perkenankan aku memenggal lehernya!”

Rasulullah Saw menjawab: “Biarkan dia! Sesungguhnya ia mempunyai teman-teman di mana sholat salah seorang di antara kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sholat dan puasa mereka. Mereka membaca al-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari Islam dengan cepat bak anak panah melesat dari busurnya. Ciri-ciri mereka adalah orang laki-laki berkulit hitam, salah satu lengannya seperti payudara wanita. Mereka muncul ketika manusia terjadi berpecah belah.” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits di atas termasuk mukjizat Rasulullah Saw yang diberitakan oleh Rasulullah Saw bahwa hal tersebut nanti terjadi pada kaum muslimin. Hadits di atas juga memberi sinyalemen kepada kita bagaimana sikap mereka di kemudian hari bahwa mereka berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah hingga seorang muslim iri melihat aktifitas ibadah sholat dan puasa mereka.

Hadits di atas juga membeberkan kepada kita titik lemah yang menyebabkan sikap berlebih-lebihan mereka dan kemurtadan mereka. Rasulullah Saw bersabda: “Mereka membaca al-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokannya.”

Hal tersebut terjadi karena dua hal: Pertama,ketidakpahaman seperti yang diisyaratkan hadits bahwa al-Qur’an berhenti di tenggorokannya dan tidak berjalan menuju hatinya. Pemahaman dan kesadaran tidak mungkin terwujud kecuali jika al-Qur’an masuk ke dalam hati kemudian membuatnya bersinar, memberikan petunjuknya dan meninggalkan ilmu serta rahasia kepadanya, kebenaran menjadi jelas baginya, ia mengetahui petunjuk, mengikuti jalan kaum mukminin dan mengambil petunjuk Rasul yang terpercaya.

Kedua, radikalisme yang tidak berdasarkan kepada kesadaran. Hal ini membuat mereka tidak mengetahui watak agama ini yang telah dijelaskan Rasululloh Saw dengan sabdanya: “Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masuklah ke dalamnya dengan lembut.” (HR. Ahmad dalam musnad).

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, . . .” (QS. Al-Fath: 29)

Catatan penting yang harus diperhatikan dalam ayat di atas, Allah mendahulukan sifat saling berkasih sayang antar sesama mereka daripada ibadah, tahajjud, dan mencari ridha Allah. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat lain menerangkan, pondasi hubungan seorang muslim dengan saudara muslimnya yang lain adalah hubungan suci dan mulia yang tidak didapatkan dalam hubungan manusia yang lain. Allah Ta’ala juga berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al-Maidah: 54)

Ciri utama kaum yang dicintai oleh Allah dalam ayat di atas adalah, “yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela“.

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, “Inilah sifat orang-orang mukmin yang sempurna (imannya), satu dari mereka berlemah lembut kepada saudaranya dan pemimpinnya, bersikap keras terhadap musuhnya. Wallohu a’lam.



Oleh : Ilham dari berbagai sumber

No comments:

Powered by Blogger.