Ruqyah (Ruqyah Syar'iyyah)
“Dan kami turunkan dari al-qur’an sesuatu yang menjadi kesembuhan dan rahmat bagi orang – orang yang beriman”.
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa menangkis syetan-syetan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya”. (Kitab Kaifa Tu’aliju Maridhaka bir Ruqyatis Syar’iyyah: 41).
Imam Nawawi berkata: “Ruqyah dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan dengan do’a-do’a yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah sesuatu hal yang tidak terlarang. Bahkan itu adalah perbuatan yang disunnahkan. Telah dikabarkan para ulama bahwa mereka telah bersepakat (ijma’) bahwa ruqyah dibolehkan apabila bacaannya terdiri dari ayat-ayat Al-Qur’an atau do’a-do’a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.”(Shahih Muslim bisyarhi An-Nawawi : 14/341)
Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap kaum Muslimin semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat melakukan ruqyah tidak menyimpang dari kaidah syariat Islam.
Ruqyah menurut bahasa adalah bacaan, jampi-jampi atau mantra. Sedangkan menurut syariat islam, ruqyah adalah bacaan yang terdiri dari ayat al-Qur’an, asma’ul husna (nama-nama Allah Swt) dan do’a-doa yang dicontohkan Nabi saw berdasarkan hadits yang shahih untuk memohon pertolongan kepada Allah akan kesembuhan orang sakit yang dikenal dengan Ruqyah Syariyyah.
Ruqyah Syar'iyyah adalah bacaan yang dibacakan oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau menghilangkan ganguan jin atau sihir atau untuk perlindungan dan lain sebagainya dengan hanya menggunakan ayat-ayat Al-quran dan atau doa-doa yang bersumber dari hadist-hadist dari Rarulullah shallallahu’alaihi wassalam dan atau doa-doa yang bisa dipahami maknanya selama tidak mengandung kesyirikan.
Dalil keberadaan ruqyah dalam al-Qur’an adalah firman Allah dalam surah al-Isro’(17) ayat 82 :
Adapun dalil dari hadits Rosulullah saw banyak sekali, diantarany adalah : Aisyah r.anha bercerita, ketika rosulullah saw masuk ke rumahnya saat itu dia sedang mengobati atau meruqyah seorang wanita. Maka beliau bersabda :“Obatilah ia dengan al-Qur’an” (HR. Ibnu Hibban no. 1419)
Ruqyah secara umum terbagi menjadi 2 macam;
Dalam Islam ditemukan beberapa dalil yang membolehkan penggunaan ruqyah sebagai pengobatan penyakit. Seluruh ulama sepakat bahwa jenis ruqyah yang disebutkan dalam hadits (terapi Ruqyah Syar’iyyah) maka mengamalkannya adalah sunnah. Sedangkan ruqyah yang berbau syirik (Ruqyah Syikiyyah), seperti dengan menyebut nama seorang wali untuk menyembuhkan gangguan jin, atau dengan menggunakan hal-hal yang tak ada tuntunannya dalam syariat adalah terlarang dan haram hukumnya.
Namun realita yang terjadi di dalam kehidupan ummat islam, di samping metode ruqyah yang diajarkan Rasulullah saw dalam hadits-hadits beliau, ada juga metode ruqyah yang merupakan hasil kreasi sebagian orang yang dianggap ahli agama (kiai, atau ustadz). Inilah yang menjadi persoalan. Banyak ruqyah hasil kreasi itu terasa janggal, bahkan menyebutkan beberapa nama yang tak dimengerti. Satu contoh metode ruqyah yang dilakukan seorang kiyai yaitu dengan mengucapkan beberapa kalimat dengan hitungan tertentu dan disertai puasa tujuh hari, dan di malam harinya yang bersangkutan harus melaksanakan shalat hajat. Perbuatan semacam ini jelas tak ada petunjuknya di masa rasulullah saw, sehingga dapat digolongkan ke dalam bid’ah (terapi ruqyah yang tidak Islami), ruqyah seperti ini termasuk yang dilarang dalam syari’at islam. Dari mana ia bisa menentukan bacaan tersebut, serta jumlah dan syarat puasanya. Bukankah puasa merupakan ibadah yang hanya boleh ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya?.
Oleh karenanya, kaum muslimin yang menjaga tauhid jangan terpengaruh dengan cara-cara ruqyah bid’ah semacam ini, dan senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan rasulullah saw saja. Lagi pula bisa jadi kalaupun ruqyah itu membuahkan hasil dengan hilangnya penyakit atau perginya jin dari tubuh orang yang kesurupan, maka itu hanyalah permainan jin semata, agar banyak orang yang terjebak ke dalam bid’ah semacam ini.
“Dan kami turunkan dari al-qur’an sesuatu yang menjadi kesembuhan dan rahmat bagi orang – orang yang beriman”.
Adapun dalil dari hadits Rosulullah saw banyak sekali, diantarany adalah : Aisyah r.anha bercerita, ketika rosulullah saw masuk ke rumahnya saat itu dia sedang mengobati atau meruqyah seorang wanita. Maka beliau bersabda :“Obatilah ia dengan al-Qur’an” (HR. Ibnu Hibban no. 1419)
Ruqyah secara umum terbagi menjadi 2 macam;
- Ruqyah Syar’iyyah yang diperbolehkan oleh syar’iah islam yaitu terapi ruqyah yang seperti diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
- Ruqyah Syirkiyyah yang tidak diperbolehkan oleh sya’iah islam.Yaitu ruqyah dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami maknanya atau ruqyah yang mengandung unsur-unsur kesyirikan.
Dalam Islam ditemukan beberapa dalil yang membolehkan penggunaan ruqyah sebagai pengobatan penyakit. Seluruh ulama sepakat bahwa jenis ruqyah yang disebutkan dalam hadits (terapi Ruqyah Syar’iyyah) maka mengamalkannya adalah sunnah. Sedangkan ruqyah yang berbau syirik (Ruqyah Syikiyyah), seperti dengan menyebut nama seorang wali untuk menyembuhkan gangguan jin, atau dengan menggunakan hal-hal yang tak ada tuntunannya dalam syariat adalah terlarang dan haram hukumnya.
Namun realita yang terjadi di dalam kehidupan ummat islam, di samping metode ruqyah yang diajarkan Rasulullah saw dalam hadits-hadits beliau, ada juga metode ruqyah yang merupakan hasil kreasi sebagian orang yang dianggap ahli agama (kiai, atau ustadz). Inilah yang menjadi persoalan. Banyak ruqyah hasil kreasi itu terasa janggal, bahkan menyebutkan beberapa nama yang tak dimengerti. Satu contoh metode ruqyah yang dilakukan seorang kiyai yaitu dengan mengucapkan beberapa kalimat dengan hitungan tertentu dan disertai puasa tujuh hari, dan di malam harinya yang bersangkutan harus melaksanakan shalat hajat. Perbuatan semacam ini jelas tak ada petunjuknya di masa rasulullah saw, sehingga dapat digolongkan ke dalam bid’ah (terapi ruqyah yang tidak Islami), ruqyah seperti ini termasuk yang dilarang dalam syari’at islam. Dari mana ia bisa menentukan bacaan tersebut, serta jumlah dan syarat puasanya. Bukankah puasa merupakan ibadah yang hanya boleh ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya?.
Oleh karenanya, kaum muslimin yang menjaga tauhid jangan terpengaruh dengan cara-cara ruqyah bid’ah semacam ini, dan senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan rasulullah saw saja. Lagi pula bisa jadi kalaupun ruqyah itu membuahkan hasil dengan hilangnya penyakit atau perginya jin dari tubuh orang yang kesurupan, maka itu hanyalah permainan jin semata, agar banyak orang yang terjebak ke dalam bid’ah semacam ini.
Tetapi bila orang itu menggunakan cara-cara yang menyimpang, apalagi dengan melanggar syariat dan aqidah, tidak boleh dilakukan. Karena tujuan jin ketika mengganggu manusia tidak lain adalah untuk menyeret manusia kepada pelanggaran dan syirik kepada Allah.
Misalnya, bila orang itu bilang bahwa jin itu minta sesajen, minta kembang, atau dikorbankan hewan sembelihan sebagai tumbal, itulah syirik yang sejati. Atau apapun yang secara syariah bertentang dengan hukum-hukum Allah.
Pada dasarnya bila dibacakan ayat-ayat Ruqyah Syar’iyyah, jin itu sangat takut dan tidak berani menawar-nawar dengan minta ini itu. Karena pembacaan ayat-aayt Al-quran itu membuatnya kesakitan yang sangat, sehingga dalam proses Ruqyah, tidak ada permintaan dari jin kecuali harus pergi dan berhenti dari menganggu manusia.
Karena itu pastikan bahwa orang yang anda minta bantuannya adalah seorang muslim yang shaleh, mengerti ajaran syariah dengan benar, kuat aqidahnya, benar ibadahnya, lurus fikrahnnya dan yang penting diperhatikan, dia hendaknya punya pengalaman sebelumnya dalam menghadapi jin, agar mengenal tipu daya dan trik-trik yang digunakan jin untuk berpura-pura pergi padahal tidak dan sebagainya.
Ruqyah Syar’iyyah sendiri adalah salah satu cara dari banyak jalan untuk mengusir gangguan setan dan sihir. Abdul Khalik Al-Atthar dalam bukunya “menolak dan membentengi diri dari sihir” menyebutkan bahwa untuk bisa terbebas dari pengaruh jahat itu, bisa dilakukan beberapa cara. Baca: Tehnik Metode Ruqyah
Kriteria Ruqyah
A. Bacaan Ruqyah berupa ayat-ayat Alqur‘an dan Hadits dari Rasulullah saw.
B. Do‘a yang dibacakan jelas dan diketahui maknanya.
C. Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, tetapi dengan takdir Allah SWT.
D. Tidak isti‘anah dengan jin ( atau yang lainnya selain Allah).
E. Tidak menggunakan benda-benda yang menimbulkan syubhat dan syirik.
F. Cara pengobatan harus sesuai dengan nilai-nilai Syari‘ah.
G.Orang yang melakukan terapi harus memiliki kebersihan aqidah, akhlak yang terpuji dan istiqomah dalam ibadah.
B. Do‘a yang dibacakan jelas dan diketahui maknanya.
C. Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, tetapi dengan takdir Allah SWT.
D. Tidak isti‘anah dengan jin ( atau yang lainnya selain Allah).
E. Tidak menggunakan benda-benda yang menimbulkan syubhat dan syirik.
F. Cara pengobatan harus sesuai dengan nilai-nilai Syari‘ah.
G.Orang yang melakukan terapi harus memiliki kebersihan aqidah, akhlak yang terpuji dan istiqomah dalam ibadah.
Cara Meruqyah
Pertama, Berkeyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
Kedua, Ruqyah harus dilakukan dengan membaca ayat al-Qur’an, doa dari hadits atau dengan nama dan sifat Allah.
Ketiga, Menggunakan bahasa syari’at yaitu bahasa Arab, itulah yang utama. Jika tidak bisa, dan menggunakan bahasa selain Arab, maka kalimatnya harus jelas dan bisa dipahami maknanya, agar tidak terjerumus pada kalimat yang mengandung kufur atau syirik.
Keempat, Mengikhlaskan niat dan berkonsentrasi mohon pertolongan dan kekuatan Allah saat membaca ayat ruqyah dan do’a, agar Allah segera menyembuhkan si sakit.
Kelima, Meniup bagian dari tubuh pasien (kepala, muka atau bagian tubuh yang dirasa sakit) setiap selesai membaca ayat, surat atau do’a Rasulullah. ‘Aisyah radhiyallohu ‘anhapernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR. Muslim).
Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar as-Salthi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan surat al-Fatihah padanya selama tiga hari, setiap pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku semburkan kepadanya. Setelah itu orang tersebut sembuh, seolah-olah telah lepas dari sebuah ikatan”. (HR. Abu Dawud: 4/ 3901 dan al-Fathur Rabbani: 17/ 184).
Pada dasarnya semua ayat dan surat yang ada dalam Mushhaf al-Qur’an dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat, surat-surat serta do’a-do’a yang bersumber dari dalil yang shahih lebih utama dan efektif pengaruhnya.
Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar as-Salthi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan surat al-Fatihah padanya selama tiga hari, setiap pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku semburkan kepadanya. Setelah itu orang tersebut sembuh, seolah-olah telah lepas dari sebuah ikatan”. (HR. Abu Dawud: 4/ 3901 dan al-Fathur Rabbani: 17/ 184).
Pada dasarnya semua ayat dan surat yang ada dalam Mushhaf al-Qur’an dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat, surat-surat serta do’a-do’a yang bersumber dari dalil yang shahih lebih utama dan efektif pengaruhnya.
Keenam, Hendaknya si peruqyah tidak hanya membaca, tetapi memahami dan menghayati makna dari bacaannya.
Ketujuh, Sebaiknya peruqyah memperdengarkan bacaan ruqyahnya (tidak komat-kamit atau umak-umik), agar penderita mendengar bacaannya dan sekaligus bisa belajar. Bacaan yang terdengar juga bisa jadi media pembelajaran bagi keluarga dan orang yang hadir di sekitarnya. Karena saat Rasulullah meruqyah, bacaan beliau jelas terdengar sehingga para shahabat yang ada bisa menyampaikan hadits tersebut.
Kedelapan, Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik untuk ditiup adalah air ptih, air zam-zam, dan minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Makanlah minyak zaitun, dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah". (Lihat Kitab Shahihul Jami’: 2/ 4498).
Kesembilan, Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala didatangi atau mendatangi seseorang yang mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. (HR. Muslim).
Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku himpun dalam kitab Al Adzkar”.
Kesepuluh, Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak untukmu, tetapi kayu bakar habis.
Aku pun keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata: “Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib”. Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:
"Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak meninggalkan penyakit." Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamanya dari sisi Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali tangannya telah sembuh”. (Kitab al-Fathur Rabbani: 17/ 182, dan Kitab Mawariduzh Zham-an, no. 1415-1416).
Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam meruqyah orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka aku mendengar Beliau membentenginya (ta’awwudz) dengan surat al-Fatihah”. (Kitab al-Fathur Rabbani: 17/ 183).
Ketujuh, Sebaiknya peruqyah memperdengarkan bacaan ruqyahnya (tidak komat-kamit atau umak-umik), agar penderita mendengar bacaannya dan sekaligus bisa belajar. Bacaan yang terdengar juga bisa jadi media pembelajaran bagi keluarga dan orang yang hadir di sekitarnya. Karena saat Rasulullah meruqyah, bacaan beliau jelas terdengar sehingga para shahabat yang ada bisa menyampaikan hadits tersebut.
Kedelapan, Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik untuk ditiup adalah air ptih, air zam-zam, dan minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Makanlah minyak zaitun, dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah". (Lihat Kitab Shahihul Jami’: 2/ 4498).
Kesembilan, Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala didatangi atau mendatangi seseorang yang mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. (HR. Muslim).
Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku himpun dalam kitab Al Adzkar”.
Kesepuluh, Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak untukmu, tetapi kayu bakar habis.
Aku pun keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata: “Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib”. Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:
"Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak meninggalkan penyakit." Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamanya dari sisi Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali tangannya telah sembuh”. (Kitab al-Fathur Rabbani: 17/ 182, dan Kitab Mawariduzh Zham-an, no. 1415-1416).
Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam meruqyah orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka aku mendengar Beliau membentenginya (ta’awwudz) dengan surat al-Fatihah”. (Kitab al-Fathur Rabbani: 17/ 183).
Pengaruh Ruqyah Syar'iyyah Pada Fisiologi dan Psikologi Manusia
Dalam konfrensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, di Sant Louis, wilayah Missuori AS, Dr Ahmad Al-Qadhi pernah melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya (penelitian awal) dengan tema: pengaruh Al-quran pada manusia dalam prespektif fisiologi dan psikologi. Dia adalah seorang direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat, sekaligus sebagai konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida AS.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al-qur’an pada fungsi organ tubuh manusia, sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika memang ada. Tujuan kedua adalah efek relaksasi atau penurunan yang ditimbulkan oleh bacaan Al-qur’an pada ketegangan saraf refleksi beserta perubahan fisiologi.
Penelitian ini melibatkan beberapa responden non muslim sebanyak 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan, usia mereka berkisar 18 tahun sampai 40 tahun. Para responden tersebut tidak mengerti bahasa arab, apalagi untuk membaca ayat suci Al-quran. Penelitian ini menggunakan: mesin pengukur yang berbasis komputer, Model MEDAQ 2002 (Medical Data Quotien) yang dilengkapi dengan Software, Komputer jenis Apple 2A dan sistem ditektor elektronik . Alat super canggih ini ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat kedokteran Universitas Boston dan perusahaan Davicom di Boston Amerika Serikat.
Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasang empat jarum elektrikal pada masing anggota tubuh , kemudian dikoneksitaskan ke mesin pengukur yang berbasis komputer. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masing organ tubuh responden . Seperti diketahui: bahwa tubuh manusia diliputi medan elektronmagnetik, berupa bias cahaya yang tidak terlihat. Medan cahaya ini sekarang dapat dipotret secara elektrik dengan Kirlian photography.
Dalam penelitian dilakukan 210 kali eksperimen kepada lima responden. Para responden (dalam keadaan santai dan mata tertutup) diminta mendengarkan Al-quran sebanyak 85 kali eksperimen, bacaan teks berbahasa Arab sebanyak 85 kali eksperimen, dan pada 40 kali eksperimen berikutnya tidak mendengarkan bacaan apapun. Dalam mendengarkan bacaan Al-quran dan bacaan teks berbahasa arab responden dilantunkan dengan kesamaan instrumen dari aspek lafal, tatanan pengucapan dan melodi, sehingga responden tidak bisa membedakan keduanya, karena memang responden tidak bisa berbahasa arab.
Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan bacaan ayat suci Al-quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif, dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer.
Adapun pengaruh yang terjadi berupa: Adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan peningkatan suhu kulit dan penurunan frekwensi detak jantung.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al-qur’an pada fungsi organ tubuh manusia, sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika memang ada. Tujuan kedua adalah efek relaksasi atau penurunan yang ditimbulkan oleh bacaan Al-qur’an pada ketegangan saraf refleksi beserta perubahan fisiologi.
Penelitian ini melibatkan beberapa responden non muslim sebanyak 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan, usia mereka berkisar 18 tahun sampai 40 tahun. Para responden tersebut tidak mengerti bahasa arab, apalagi untuk membaca ayat suci Al-quran. Penelitian ini menggunakan: mesin pengukur yang berbasis komputer, Model MEDAQ 2002 (Medical Data Quotien) yang dilengkapi dengan Software, Komputer jenis Apple 2A dan sistem ditektor elektronik . Alat super canggih ini ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat kedokteran Universitas Boston dan perusahaan Davicom di Boston Amerika Serikat.
Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasang empat jarum elektrikal pada masing anggota tubuh , kemudian dikoneksitaskan ke mesin pengukur yang berbasis komputer. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masing organ tubuh responden . Seperti diketahui: bahwa tubuh manusia diliputi medan elektronmagnetik, berupa bias cahaya yang tidak terlihat. Medan cahaya ini sekarang dapat dipotret secara elektrik dengan Kirlian photography.
Dalam penelitian dilakukan 210 kali eksperimen kepada lima responden. Para responden (dalam keadaan santai dan mata tertutup) diminta mendengarkan Al-quran sebanyak 85 kali eksperimen, bacaan teks berbahasa Arab sebanyak 85 kali eksperimen, dan pada 40 kali eksperimen berikutnya tidak mendengarkan bacaan apapun. Dalam mendengarkan bacaan Al-quran dan bacaan teks berbahasa arab responden dilantunkan dengan kesamaan instrumen dari aspek lafal, tatanan pengucapan dan melodi, sehingga responden tidak bisa membedakan keduanya, karena memang responden tidak bisa berbahasa arab.
Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan bacaan ayat suci Al-quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif, dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer.
Adapun pengaruh yang terjadi berupa: Adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan daya tangkap kulit terhadap konduksi listrik, perubahan pada sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan peningkatan suhu kulit dan penurunan frekwensi detak jantung.
Ruqyah adalah salah satu amalan yang dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan salafus soleh untuk menjaga kesihatan fizikal dan jiwa. Terdapat banyak hadith-hadith sahih dan hasan yang meriwayatkan tentang ruqyah dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Rasulullah s.a.w pernah diruqyah oleh malaikat Jibril. Rasulullah sendiri pernah meruqyah sahabat-sahabat baginda seperti Saad bin Abi Waqqas dan Ummul Mukminin Hafsah binti Umar. Di kalangan tabiin seperti Malik bin Dinar, Imam Ahmad bin Hanbal dan juga muridnya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Ibnu Taimiyyah juga meruqyah. Tokoh-tokoh dari zaman sekarang adalah seperti Imam Hassan Al Banna, Syeikh Abdus Salam Bali, Syeikh bin Baz, Muhammad Asy Shayyim dan Muhammad Abduh Al Mughawi dan terdapat juga di Malaysia seperti Ustaz Haron Din, Ustaz Ahmad Kasimin, Ustaz Ismail Kamus dan lain-lain lagi.
Visual Grafik Frekuensi Alunan Ruqyah :
Keterangan : warna putih adalah frekuensi
binaural beat (gelombang otak)
Rumus Binaural Beat atau Gelombang Otak pada alunan Ruqyah yang dilantunkan oleh Syaikh Sa’ad Al Ghomidi dalam bentuk Formula S-Bagen adalah sebagai berikut :
218.10+23.80/1.69 = memiliki gelombang otak sebesar 23,81 Hz, dengan frekuensi pembawa 218.10 Hz dan amplitudo atau volume sebesar 1,69. Frekuensi 23,80 Hz adalah tingkatan “meditasi pada kondisi stres”
249.95+06.90/2.60 = memiliki gelombang otak sebesar 06,90 Hz, dengan frekuensi pembawa 249.95 Hz dan amplitudo atau volume sebesar 2,60. Frekuensi 06,90 Hz adalah berhubungan dengan tulang belakang, memiliki efek pada vitalitas, keseimbangan dan kesetimbangan.
410.60+04.00/2.38 = memiliki gelombang otak sebesar 04,00 Hz, dengan frekuensi pembawa 410.60 Hz dan amplitudo atau volume sebesar 2,38. Frekuensi 04,00 Hz berhubungan dengan ekstra sensor panca indera, pemecahan masalah, berhubungan dengan memori, mengatasi kelelahan yang kronis.
660.75+01.50/1.89 = memiliki gelombang otak sebesar 01,50 Hz, dengan frekuensi pembawa 660.75 Hz dan amplitudo atau volume sebesar 1,89. Frekuensi 01,50 Hz berhubungan penyembuhan kelelahan kronis dan mengurangi perasaan negatif.
740.75+00.30/1.90 = memiliki gelombang otak sebesar 00,30 Hz, dengan frekuensi pembawa 740.75 Hz dan amplitudo atau volume sebesar 1,90. Frekuensi 00,30 Hz berhubungan depresi.
Sedangkan ayat-ayat yang dilantunkan jika dianalisa secara terpisah dengan pemecahan ayat-ayat ruqyah yang berhubungan dengan sugesti kalimat yang diberikan, maka didapatkan rumus binaural beat sebagai berikut :
Al fatihah : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 39 detik
Al baqarah ayat 1-5 : 670.25+11.30/2.44 dalam kurun waktu 42 detik
Al baqarah ayat 102 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 17 detik
Al baqarah ayat 163-164 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 12 detik
Al baqarah ayat 255 : 806.15+7.30/1.61 dalam kurun waktu 38 detik
Al baqarah ayat 285-286 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 12 detik
Al Imraan Ayat 18-19 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 46 detik
Al Araaf Ayat 54-56 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 1 detik
Al ARaafAyat117-122 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 34 detik
Yunus Ayat 81-82 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 27 detik
Thaha Ayat 69 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 18 detik
Al Muminuun Ayat 115-118 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 42 detik
Ash Shaaffaat Ayat1-10 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 1 detik
Al Ahqaf Ayat29-32 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 28 detik
Ar Rahman Ayat33-36 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 47 detik
Al HasyrAyat 21-24 : 127.35+0.50/1.65 dalam kurun waktu 1 menit 34 detik
Al Jin ayat 1-9 : 391.50+0.40/1.47 dalam kurun waktu 1 menit 13 detik
Al Ikhlaash : 199.50+1.20/2.10 dalam kurun waktu 16 detik
Al Falaq : 199.50+1.20/2.10 dalam kurun waktu 27 detik
An Naas : 199.70+1.40/2.27 dalam kurun waktu 35 detik
Untuk analisa frekuensi gelombang otak yang terdapat dalam ayat-ayat diatas adalah :
11,30 Hz = berhubungan dengan tingkatan fokus dan relaksasi
00,50 Hz = berhubungan dengan relaksasi yang lebih tinggi, mengurangi sakit pada kepala, mengurangi sakit punggung, gangguan pada gondok dan reproduksi.
00,40 Hz = berhubungan dengan ekstra sensor panca indera, kondisi pemecahan masalah, berhubungan dengan memori, mengatasi kelelahan yang kronis.
01,20 Hz = berhubungan dengan sakit kepala
01,40 Hz = Tri-thalamic entrainment format. Melatih belahan otak kiri dan kanan agar dapat bekerjasama (sinkron) dengan baik yang terjadi diantara hypothalamus, pituitary dan pineal.
Sejarah Brainwave Entrainment
Riset selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa gelombang otak tidak hanya menunjukkan kondisi pikiran dan tubuh seseorang, tetapi dapat juga distimulasi untuk mengubah kondisi mental seseorang. Binaural beats pertama kali ditemukan pada tahun 1839 oleh ilmuwan Jerman yang bernama H.W. Dove.
Kemampuan manusia untuk “mendengar” binaural beats merupakan dampak dari evolusi adaptasi. Banyak spesies yang berevolusi, mampu untuk mendeteksi binaural beats karena struktur otak mereka. Pada manusia, binaural beats dapat dideteksi ketika frekuensi gelombang karier/pembawa berada dibawah 1000 Hz. Mengapa demikian: panjang gelombang dibawah 1000Hz lebih panjang daripada diameter tengkorak manusia. Oleh karena itu, panjang gelombang ini meliputi sekeliling tengkorak dan akibatnya dapat didengarkan oleh kedua telinga.
Pada saat gelombang suara melalui tengkorak, setiap telinga mendengar porsi yang berbeda dari gelombang tersebut. Perbedaan ini yang memungkinkan gelombang di bawah 1000 Hz dapat terdengar.
Cara Kerja Brainwave Entrainment
Entrainment merupakan salah satu teori fisika, dimana 2 putaran/siklus saling bersinkronisasi secara natural satu dengan lainnya dalam rangka menghasilkan kerja yang lebih efisien. Entrainment adalah istilah yang digunakan untuk melatih belahan otak kiri dan kanan agar dapat bekerjasama (sinkron) dengan baik. Otak dengan tingakt kerjasama yang tinggi, umumnya akan membuat orang melihat kehidupan dengan lebih obyektif, tanpa ketakutan dan kecemasan.
Entrainment juga terdapat dalam ilmu kimia, astronomi, kelistrikan dan banyak lagi tetapi dapat juga diterapkan dalam ilmu otak. Ketika otak diberikan stimulus, melalui telinga, mata atau indera lainnya, otak menghasilkan kejutan listrik sebagai responnya. Hal ini disebut dengan “Cortical Evoked Response”.
Respon elektrik ini bergerak ke seluruh bagian otak dan menjadi apa yang seseorang lihat dan dengar. Ketika otak mendapatkan stimulus yang berulang-ulang dan terus menerus, seperti nada ketukan atau kilauan cahaya, otak merespon dengan mensinkronisasi atau entraining siklus listriknya terhadap nada eksternal tersebut.
Saran : efek frekuensi Binaural Beat dapat didengarkan dengan baik dengan headphone apalagi yang bermerk “Shneelhetzer”. Jika menginginkan dengan format MP3 maka harus diconvert pada format 256 kbps atau diatasnya. Maka dari itu untuk mendengarkan alunan ruqyah MP3 sebaiknya diconvert pada format 256 kbps dan semoga khasiatnya dapat dirasakan.
Struktur grafik frekuensi diatas dianalisa dengan menggunakan software BAVSA – Binaural Beat Visual Analysis Tool. Copyright (c) 2002-2005 Jim Peters, released under the GNU General Public Licence version. FFTW code is Copyright (c) 1997-1999 Massachusetts Institute of Technology, released under the GNU GPL. The SDL library code is released under the GNU Lesser General Public Licence version 2.