Yahudi Bangsa yang Senang Membuat Ukuran Kebenaran Dengan Selera Sendiri
“(Yaitu) orang-orang yang berkata, “Allah sesungguhnya telah menjanjikan kepada kamu, agar kami tidak mempercayai seorang Rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kamu kurban yang dimakan api”, Katakanlah, “Telah datang kepadamu beberapa orang Rasul sebelumku dengan keterangan-keterangan dan dengan yang telah kamu katakan itu. Akan tetapi, mengapa kamu membunuh mereka, jika kamu orang-orang yang benar ?” (QS. Ali-Imran : 183)
Menurut riwayat Ibnu Jarir, bahwa pernah terjadi pada salah seorang di antara mereka yang memberikan sedekah. Jika sedekah itu diterima oleh Tuhan, lalu turunlah api kepadanya dari langit lalu sedekah itu dimakan oleh api.
Sebenarnya apa yang mereka katakan sebagai pernberitahuan Tuhan di dalam Taurat itu adalah dengung yang penuh dengan kebohongan belaka. Terjadinya sesuatu sedekah atau korban yang dimakan api sebagai bukti penerimaan Tuhan kepada pemberi korban atau sedekah adalah semata-mata suatu bentuk mukjizat, bukan sesuatu syarat untuk keimanan seseorang. Dongeng yang dibawakan oleh orang Yahudi di atas pada dasarnya dimaksudkan untuk menjadi alasan tidak beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasulullah tidak pernah mengemukakan bukti sesuai dengan permintaan mereka itu.
Syarat yang ditetapkan oleh orang Yahudi untuk menolak dan menerima kebenaran yang dibuat oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah suatu kebohongan yang diselimuti dengan kedok agama. Bahkan Al-Qur’an balik bertanya kepada bangsa Yahudi, mengapa mereka membunuh Nabi Zakariya, Yahya dan lain-lain, yang notabene telah membawa mukjizat sesuai dengan kehendak mereka dan dari bangsa mereka sendiri? Blla benar bahwa seseorang Rasul itu terbukti benar pengakuannya bila telah menunjukkan bukti sebagaimana mereka inginkan, tetapi mengapa mereka tetap ingin membunuhnya? Mengapa bangsa Yahudi begitu berani membuat ukuran kebenaran berdasarkan hawa nafsu sendiri? Mengapa pula mereka menolak kebenaran yang tidak sesuai dengan selera mereka?
Ayat ini menegaskan karakter bangsa Yahudi bahwa mereka tidak pernah mau mengakui kebenaran apapun, bila bertentangan dengan selera dan kehendak mereka. Sebaliknya bangsa Yahudi dengan keras kepala menyalahkan kebenaran, walaupun datangnya dari Allah sendiri. [islampos/sumber: 76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’an, Karya: Syaikh Mustafa Al-Maraghi]
No comments: