Biografi Guru Nanak Dev (Pendiri Sikhism)
Guru Nanak Dev (bahasa Punjabi: ਗੁਰੂ ਨਾਨਕ ਦੇਵ, Gurū Nānak Dēv) (lahir di Nankana Sahib, Punjab, (kini Pakistan) pada 20 Oktober 1469 – 22 September 1539, Kartarpur, Punjab, India), adalah pendiri Sikhisme, dan Guru Sikh pertama.
Guru Nanak (Nanik), penemu ajaran (agama) Sikh lahir pada tanggal 15 April 1469 di sebuah gubuk sederhana di Talwandi, di distrik Lahore (saat ini masuk wilayah Pakistan). Pada era tersebut India masih dalam cengkraman penjajah Muslim yang disebut kaum Pathans, di mana nuansa agama bagi masyarakat setempat khususnya bagi yang beragama Hindu sangatlah menyedihkan. Apalagi ritual-ritual lebih ditekankan oleh kaum brahmana daripada pendalaman hakiki spiritual. Pada masa-masa yang amat suram ini Guru Nanak dilahirkan di kawasan tersebut.
Terdapat dua sumber awal mengenai kehidupan Guru Nanak, Janamsākhīs' dan vārs Bhai Gurdas. Sri Guru Nanak Dev, atau Guru Nanak, adalah pendiri agama Sikh. Beliau dilahirkan dalam keluarga Hindu yang ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak kecil sudah menunjukkan pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah yang paling terkenal adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan benang suci janeu. Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa akan mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya sekali dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upcara khusus.
Hanya orang kasta Sudra – kasta terendah – yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya. Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Masa Kecil
Semenjak kecil Nanak telah membuat para guru, tetangga, orang tua dan teman-temannya takjub karena pengetahuan spiritualnya yang amat menakjubkan. Setiap hari setelah kembali dari sekolah, Nanak muda ini oleh ayahnya diminta untuk menggembalakan sapi-sapi mereka. Pada saat sapi-sapi memakan rumput, maka Nanak akan terlihat bermeditasi secara mendalam di bawah pepohonan yang rindang. Orang tuanya ingin mencegahnya agar tidak terlalu jauh masuk ke dalam dunia spiritual dengan memberikannya berbagai rintangan, namun ia senantiasa diselamatkan oleh “tangan-tangan yang ajaib”. Suatu saat ayahnya memberikan 20 rupees kepadanya dan meminta Nanak untuk membelanjakannya demi “tujuan yang baik dan bermanfaat”. Tanpa ragu-ragu ia pun membelikan santapan bagi para sadhus (kaum resi, suci), ia merasa amat berbahagia dapat memenuhi permintaan ayahnya tersebut.
Hal-hal ini membuat orang-orang di sekitarnya yakin, bahwa Nanak dilahirkan demi tujuan-tujuan yang mulia dan suci. Beberapa tahun kemudian ia mulai menyebarkan ajaran-ajaran kasih Ilahi kepada sesamanya. Ia pun ditentang dan diancam oleh pejabat-pejabat Negara, Kaisar, bahkan para mullah (kyai-kyai Islam); namun dalam setiap diskusi dan pertemuan Nanak akan tampil memukau dan menakjubkan bagi para penentang-penentangnya. Lama kelamaan sebagian besar pengkritik dan penentangnya yang muslim ini malahan menjadi pengikutnya. Ia pun memukau kaumnya sendiri (Hindu pada saat itu) dan mereka pun berbondong-bondong menjadi muridnya, karena ajaran-ajarannya menentang berbagai ritual-ritual usang dan sistim kasta. Dalam perjalanan-perjalanan selanjutnya Guru Nanak dan kedua murid-muridnya Bala (Hindu) dan Mardana (Muslim) berkelana ke seluruh India, ke Mecca dan Medina, Persia, Kabul (Afganistan) dan sebagainya, secara niskala dan meninggalkan bukti-bukti kehadirannya di sana yang sampai kini masih dapat ditemukan di lokasi-lokasi tersebut. Kemana pun Guru Nanak berkunjung, beliau senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran agung nan universal yang amat dikagumi oleh kaum Muslim dan Hindu. Tema-tema utama ajaran-ajaran beliau kami sarikan di bawah ini:
Ketuhanan
Tuhan itu satu adanya. Tuhan yang Kasih dan Kesatuan. Tuhan yang sama dan satu ini hadir dalam setiap pemujaan, tempat suci berbagai agama, bahkan di mana-mana tanpa batas.
Setiap manusia adalah sama di hadirat Tuhan YME. Mereka lahir dan mati secara sama. Adalah kewajiban setiap manusia apa pun latar belakangnya untuk berdharma bhakti bagi sesamanya.
Pada usianya yang keempat puluh beliau dinobatkan sebagai Sad Guru (Adi Guru) oleh para pengikut-pengikutnya. Para pengikutnya disebut Sikh. Beliau menulis ajaran-ajarannya dalam bentuk-bentuk puisi yang teramat indah dan penuh makna-makna spiritual dan psikologis, inspirasi-inspirasi suci beliau dapatkan dari hasil komunikasi beliau dengan Yang Maha Pencipta. Koleksi ajaran-ajarannya ini disebut Japji Sahib, dibukukan menjadi buku suci kaum Sikh yang disebut Guru Granth Sahib. Kitab suci ini adalah satu-satunya Guru Pedoman yang dipuja dan dihormati kaum Sikh. Kaum ini tidak memuja arca-arca dan tidak memerlukan ritual-ritual yang rumit. Kuil mereka disebut Guru Dwara, amat mirip dengan mesjid dan di tengah-tengahnya diletakkan kitab suci ini. Semua pengunjung akan bersujud di depan kitab suci, kemudian para wanita akan bersila di sebelah kiri, dan pria-prianya di sebelah kanan. Di tengah keduanya hadir karpet merah memanjang sebagai batas pemisah sekaligus untuk bersujud.
Kewafatannya
Banyak sekali yang seharusnya ditulis mengenai beliau dan kehidupannya sehari-hari namun karya kecil ini tidak sanggup memuatnya jadi kami sarikan yang utama-utama saja. Guru Nanak amat dicintai oleh kaum Hindu dan Muslim(Sufism). Beliau berpulang pada tahun 1539, kedua umat ini memperebutkan jenazah beliau, namun setelah selimut jenazah disingkap ternyata raga beliau telah raib, yang hadir hanyalah hamparan bunga-bunga. Konon kabarnya, bunga-bunga ini dibagi dua.
Kaum muslimin pengikut-pengikutnya menguburkannya secara tradisi Islam dan kaum Hindu mengkremasikannya secara Hindu. Seorang penyair Nannihal Singh Layal secara indah bersenandung tentang Sang Guru ini:
Guru Nanak (Nanik), penemu ajaran (agama) Sikh lahir pada tanggal 15 April 1469 di sebuah gubuk sederhana di Talwandi, di distrik Lahore (saat ini masuk wilayah Pakistan). Pada era tersebut India masih dalam cengkraman penjajah Muslim yang disebut kaum Pathans, di mana nuansa agama bagi masyarakat setempat khususnya bagi yang beragama Hindu sangatlah menyedihkan. Apalagi ritual-ritual lebih ditekankan oleh kaum brahmana daripada pendalaman hakiki spiritual. Pada masa-masa yang amat suram ini Guru Nanak dilahirkan di kawasan tersebut.
Terdapat dua sumber awal mengenai kehidupan Guru Nanak, Janamsākhīs' dan vārs Bhai Gurdas. Sri Guru Nanak Dev, atau Guru Nanak, adalah pendiri agama Sikh. Beliau dilahirkan dalam keluarga Hindu yang ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak kecil sudah menunjukkan pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah yang paling terkenal adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan benang suci janeu. Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa akan mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya sekali dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upcara khusus.
Hanya orang kasta Sudra – kasta terendah – yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya. Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Masa Kecil
Semenjak kecil Nanak telah membuat para guru, tetangga, orang tua dan teman-temannya takjub karena pengetahuan spiritualnya yang amat menakjubkan. Setiap hari setelah kembali dari sekolah, Nanak muda ini oleh ayahnya diminta untuk menggembalakan sapi-sapi mereka. Pada saat sapi-sapi memakan rumput, maka Nanak akan terlihat bermeditasi secara mendalam di bawah pepohonan yang rindang. Orang tuanya ingin mencegahnya agar tidak terlalu jauh masuk ke dalam dunia spiritual dengan memberikannya berbagai rintangan, namun ia senantiasa diselamatkan oleh “tangan-tangan yang ajaib”. Suatu saat ayahnya memberikan 20 rupees kepadanya dan meminta Nanak untuk membelanjakannya demi “tujuan yang baik dan bermanfaat”. Tanpa ragu-ragu ia pun membelikan santapan bagi para sadhus (kaum resi, suci), ia merasa amat berbahagia dapat memenuhi permintaan ayahnya tersebut.
Hal-hal ini membuat orang-orang di sekitarnya yakin, bahwa Nanak dilahirkan demi tujuan-tujuan yang mulia dan suci. Beberapa tahun kemudian ia mulai menyebarkan ajaran-ajaran kasih Ilahi kepada sesamanya. Ia pun ditentang dan diancam oleh pejabat-pejabat Negara, Kaisar, bahkan para mullah (kyai-kyai Islam); namun dalam setiap diskusi dan pertemuan Nanak akan tampil memukau dan menakjubkan bagi para penentang-penentangnya. Lama kelamaan sebagian besar pengkritik dan penentangnya yang muslim ini malahan menjadi pengikutnya. Ia pun memukau kaumnya sendiri (Hindu pada saat itu) dan mereka pun berbondong-bondong menjadi muridnya, karena ajaran-ajarannya menentang berbagai ritual-ritual usang dan sistim kasta. Dalam perjalanan-perjalanan selanjutnya Guru Nanak dan kedua murid-muridnya Bala (Hindu) dan Mardana (Muslim) berkelana ke seluruh India, ke Mecca dan Medina, Persia, Kabul (Afganistan) dan sebagainya, secara niskala dan meninggalkan bukti-bukti kehadirannya di sana yang sampai kini masih dapat ditemukan di lokasi-lokasi tersebut. Kemana pun Guru Nanak berkunjung, beliau senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran agung nan universal yang amat dikagumi oleh kaum Muslim dan Hindu. Tema-tema utama ajaran-ajaran beliau kami sarikan di bawah ini:
Ketuhanan
Tuhan itu satu adanya. Tuhan yang Kasih dan Kesatuan. Tuhan yang sama dan satu ini hadir dalam setiap pemujaan, tempat suci berbagai agama, bahkan di mana-mana tanpa batas.
Setiap manusia adalah sama di hadirat Tuhan YME. Mereka lahir dan mati secara sama. Adalah kewajiban setiap manusia apa pun latar belakangnya untuk berdharma bhakti bagi sesamanya.
Pada usianya yang keempat puluh beliau dinobatkan sebagai Sad Guru (Adi Guru) oleh para pengikut-pengikutnya. Para pengikutnya disebut Sikh. Beliau menulis ajaran-ajarannya dalam bentuk-bentuk puisi yang teramat indah dan penuh makna-makna spiritual dan psikologis, inspirasi-inspirasi suci beliau dapatkan dari hasil komunikasi beliau dengan Yang Maha Pencipta. Koleksi ajaran-ajarannya ini disebut Japji Sahib, dibukukan menjadi buku suci kaum Sikh yang disebut Guru Granth Sahib. Kitab suci ini adalah satu-satunya Guru Pedoman yang dipuja dan dihormati kaum Sikh. Kaum ini tidak memuja arca-arca dan tidak memerlukan ritual-ritual yang rumit. Kuil mereka disebut Guru Dwara, amat mirip dengan mesjid dan di tengah-tengahnya diletakkan kitab suci ini. Semua pengunjung akan bersujud di depan kitab suci, kemudian para wanita akan bersila di sebelah kiri, dan pria-prianya di sebelah kanan. Di tengah keduanya hadir karpet merah memanjang sebagai batas pemisah sekaligus untuk bersujud.
Kewafatannya
Banyak sekali yang seharusnya ditulis mengenai beliau dan kehidupannya sehari-hari namun karya kecil ini tidak sanggup memuatnya jadi kami sarikan yang utama-utama saja. Guru Nanak amat dicintai oleh kaum Hindu dan Muslim(Sufism). Beliau berpulang pada tahun 1539, kedua umat ini memperebutkan jenazah beliau, namun setelah selimut jenazah disingkap ternyata raga beliau telah raib, yang hadir hanyalah hamparan bunga-bunga. Konon kabarnya, bunga-bunga ini dibagi dua.
Kaum muslimin pengikut-pengikutnya menguburkannya secara tradisi Islam dan kaum Hindu mengkremasikannya secara Hindu. Seorang penyair Nannihal Singh Layal secara indah bersenandung tentang Sang Guru ini:
“ Murni adalah kehadirannya, Kemurnian adalah ajaran-ajarannya”.
“Kasih adalah kehadirannya, maka hanya kasih yang senantiasa diajarkannya”.
“Kesederhanaan adalah wujudnya, maka kesederhanaan adalah wacana-wacana ajaran-ajarannya”
Utusan Ilahi nan damai dan adil adalah kehadirannya, inkarnasi utama dan kesama-rataan adalah jalan dan petunjuk-petunjuknya, penuh dengan iman dan bakti.
Nanak menyabdakan: “Tuhan YME adalah yang terutama di atas segala-segalanya, Ialah Tuhan semuanya.“
Walaupun ajaran Sikh bersifat monotheistik, hanya berkeyakinan satu Tuhan, namun ajaran ini tetap berlandas dan bernafaskan Hindu Kuno dan menghormati tokoh-tokoh Rama, Krisna, dan para dewa-dewi yang hadir di Guru Granth Sahib. Tuhan YME disebut bersifat teramat suci, mulia, maha dalam segala-galanya, absolut (hakiki), hadir di mana saja, abadi, Maha Pencipta, asal muasal dari segala ciptaan. Tanpa status dan atribut, tanpa benci dan bersifat sama rata ke setiap ciptaan. Kaum Sikh berperilaku vegetarian di dalam Guru Dwara, namun banyak juga yang menyantap yang berjiwa di luar itu. Sebagian vegetarian dan melakukan puasa-puasa tertentu, dan dhyana (meditasi). Daging sapi adalah pantangan utama mereka, namun susu sapi adalah menu utama yang amat disucikan sama dengan kaum Hindu. Baik di India maupun di Indonesia Agama Sikh terdaftar sebagai bagian dari agama Hindu.
Ada faham dalam agama Sikh, yaitu hidup ini tidak bersifat dosa pada awal mulanya, dan hadir dari eksistensi yang murni dan akan selamanya murni. Bagi ajaran Sikh tidak ada kasta rendah maupun tinggi, tidak ada manusia pendosa maupun suci.
Tuhan Yang Maha Esa
“Tuhan hanyalah satu (Eka, Ekoankar), namun bentuk-bentukNya tak terbatas, (Satnam, Kartha-purkh, dsb). Ia adalah Sang Pencipta, Ia juga yang bermanifestasi dalam wujud-wujud manusia, jauh dari kematian dan lepas dari kelahiran yang berulang-ulang”.
“Hanya satu YME, Sang Pencipta, Penyebab dari semuanya. Ia telah menciptakan semesta raya dan isinya melalui KehendakNya yang senantiasa aktif. Barang siapa sadar akan misteri agung dari yang satu namun banyak ini, akan menyatu dengan-Nya”.
“Ia yang Maha Hakiki ini hadir tanpa kata-kata tanpa wujud dan tanpa nama. Sewaktu bermanifestasi Ia disebut Sabda (Sabd), Sabda adalah asal muasal seluruh ciptaan. Sabda adalah Omkara (Ekoankar), simbolnya Om dalam aksara Sind/Punjabi Kuno”
“Barangsiapa berpasrah total kepadaNya, maka ia akan mencapai tujuan, tidak ada jalan lain, Manusia mendapatkan kehendakNya melalui hubungan dengan Sabda Suci. Asal mula penciptaan dan pralaya (kiamat) berasal dari Sabda. Demikian juga nantinya penciptaan dan daur – ulangnya akan berawal dan berakhir dengan Sabda”.
“Tidak ada seorang pun yang dapat menjabarkanNya melalui logika duniawi ini, walaupun orang tersebut mencobanya selama ratusan tahun”.
“Rasa cukup tidak akan pernah terpuaskan walaupun dengan menghabiskan seluruh kekayaan dunia materi ini”.
“Seseorang tidak akan mencapai Tuhan melalui nalar pemikirannya (logika manusia)”.
“Bagaimanakah caranya agar seseorang dapat memahami Kebenaran dan menembus awan Kebodohan? Ada jalannya wahai Nanak, yaitu dengan menyelaraskan kehendak orang tersebut dengan KehendakNya, yang sebenarnya sudah direkayasa olehNya juga (dari awal penciptaan ini)”
“Semua di dunia ini adalah wujud-wujud manifestasi-manifestasi kehendakNya, namun Kehendaknya ini tidak dapat dijabarkan oleh siapa pun juga. Melalui Kehendak-Nya maka materi dipercepat menuju ke arah kehidupan”.
“Melalui KehendakNya keagungan dapat tercapai, melalui KeagunganNya juga ada yang dilahirkan pada posisi yang tinggi dan ada juga pada posisi yang rendah”.
“Melalui KehendakNya, suka dan duka direkayasa, melalui KehendakNya juga yang suci mendapatkan keselamatan”.
“Melalui KehendakNya mereka-mereka yang batil berkelana terus dalam kelahiran-kelahiran yang tidak terhentikan. Kesemuanya ini hadir dalam KehendakNya, tiada satu pun yang dapat eksis tanpa kehendakNya”.
“Wahai Nanak, seseorang yang telah selaras nadanya dengan KehendakNya, terbebas secara tuntas dari berbagai ego-egonya”.
“Ada yang melantunkan kidung- kidung keagunganNya, sesuai dengan KehendakNya, ada yang berkidung akan Kedashyatan-Nya, dan merasakan kedashyatan ini sebagai tanda-tanda yang berasal dariNya. Ada juga yang menyenandungkan kidung-kidung yang menggambarkan-Nya sebagai Yang Maha Tanpa Batas”.
“Ada yang bernyanyi bahwasanya, Ia mampu merubah debu menjadi kehidupan dan kehidupan kembali menjadi debu (tanah). Ia pun Sang Pencipta (Brahma), Shiwa (Sang Penghancur), dan Wisnu (Sang Pengayom) dan Pemberi kehidupan ini”.
Nanak menyabdakan: “Tuhan YME adalah yang terutama di atas segala-segalanya, Ialah Tuhan semuanya.“
Walaupun ajaran Sikh bersifat monotheistik, hanya berkeyakinan satu Tuhan, namun ajaran ini tetap berlandas dan bernafaskan Hindu Kuno dan menghormati tokoh-tokoh Rama, Krisna, dan para dewa-dewi yang hadir di Guru Granth Sahib. Tuhan YME disebut bersifat teramat suci, mulia, maha dalam segala-galanya, absolut (hakiki), hadir di mana saja, abadi, Maha Pencipta, asal muasal dari segala ciptaan. Tanpa status dan atribut, tanpa benci dan bersifat sama rata ke setiap ciptaan. Kaum Sikh berperilaku vegetarian di dalam Guru Dwara, namun banyak juga yang menyantap yang berjiwa di luar itu. Sebagian vegetarian dan melakukan puasa-puasa tertentu, dan dhyana (meditasi). Daging sapi adalah pantangan utama mereka, namun susu sapi adalah menu utama yang amat disucikan sama dengan kaum Hindu. Baik di India maupun di Indonesia Agama Sikh terdaftar sebagai bagian dari agama Hindu.
Ada faham dalam agama Sikh, yaitu hidup ini tidak bersifat dosa pada awal mulanya, dan hadir dari eksistensi yang murni dan akan selamanya murni. Bagi ajaran Sikh tidak ada kasta rendah maupun tinggi, tidak ada manusia pendosa maupun suci.
Tuhan Yang Maha Esa
“Tuhan hanyalah satu (Eka, Ekoankar), namun bentuk-bentukNya tak terbatas, (Satnam, Kartha-purkh, dsb). Ia adalah Sang Pencipta, Ia juga yang bermanifestasi dalam wujud-wujud manusia, jauh dari kematian dan lepas dari kelahiran yang berulang-ulang”.
“Hanya satu YME, Sang Pencipta, Penyebab dari semuanya. Ia telah menciptakan semesta raya dan isinya melalui KehendakNya yang senantiasa aktif. Barang siapa sadar akan misteri agung dari yang satu namun banyak ini, akan menyatu dengan-Nya”.
“Ia yang Maha Hakiki ini hadir tanpa kata-kata tanpa wujud dan tanpa nama. Sewaktu bermanifestasi Ia disebut Sabda (Sabd), Sabda adalah asal muasal seluruh ciptaan. Sabda adalah Omkara (Ekoankar), simbolnya Om dalam aksara Sind/Punjabi Kuno”
“Barangsiapa berpasrah total kepadaNya, maka ia akan mencapai tujuan, tidak ada jalan lain, Manusia mendapatkan kehendakNya melalui hubungan dengan Sabda Suci. Asal mula penciptaan dan pralaya (kiamat) berasal dari Sabda. Demikian juga nantinya penciptaan dan daur – ulangnya akan berawal dan berakhir dengan Sabda”.
“Tidak ada seorang pun yang dapat menjabarkanNya melalui logika duniawi ini, walaupun orang tersebut mencobanya selama ratusan tahun”.
“Rasa cukup tidak akan pernah terpuaskan walaupun dengan menghabiskan seluruh kekayaan dunia materi ini”.
“Seseorang tidak akan mencapai Tuhan melalui nalar pemikirannya (logika manusia)”.
“Bagaimanakah caranya agar seseorang dapat memahami Kebenaran dan menembus awan Kebodohan? Ada jalannya wahai Nanak, yaitu dengan menyelaraskan kehendak orang tersebut dengan KehendakNya, yang sebenarnya sudah direkayasa olehNya juga (dari awal penciptaan ini)”
“Semua di dunia ini adalah wujud-wujud manifestasi-manifestasi kehendakNya, namun Kehendaknya ini tidak dapat dijabarkan oleh siapa pun juga. Melalui Kehendak-Nya maka materi dipercepat menuju ke arah kehidupan”.
“Melalui KehendakNya keagungan dapat tercapai, melalui KeagunganNya juga ada yang dilahirkan pada posisi yang tinggi dan ada juga pada posisi yang rendah”.
“Melalui KehendakNya, suka dan duka direkayasa, melalui KehendakNya juga yang suci mendapatkan keselamatan”.
“Melalui KehendakNya mereka-mereka yang batil berkelana terus dalam kelahiran-kelahiran yang tidak terhentikan. Kesemuanya ini hadir dalam KehendakNya, tiada satu pun yang dapat eksis tanpa kehendakNya”.
“Wahai Nanak, seseorang yang telah selaras nadanya dengan KehendakNya, terbebas secara tuntas dari berbagai ego-egonya”.
“Ada yang melantunkan kidung- kidung keagunganNya, sesuai dengan KehendakNya, ada yang berkidung akan Kedashyatan-Nya, dan merasakan kedashyatan ini sebagai tanda-tanda yang berasal dariNya. Ada juga yang menyenandungkan kidung-kidung yang menggambarkan-Nya sebagai Yang Maha Tanpa Batas”.
“Ada yang bernyanyi bahwasanya, Ia mampu merubah debu menjadi kehidupan dan kehidupan kembali menjadi debu (tanah). Ia pun Sang Pencipta (Brahma), Shiwa (Sang Penghancur), dan Wisnu (Sang Pengayom) dan Pemberi kehidupan ini”.
Sumber
Majalah Raditya
No comments: