Hati-Hati! Fitnah Wanita
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita . (HR. Bukhry-Muslim)
Di kalangan peneliti hadis nabawi, Shahih Al Bukhari adalah sebuah antologi hadis yang diterima sekaligus dikagumi sepanjang masa. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat mereka kepada Imam Al Bukhari, ada beberapa kritik yang mereka ajukan terkait dengan beberapa hadis dalam karya tersebut. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imran bin Hittan As Sadusi. Ternyata, hadis-hadis yang diriwayatkan Imran bin Hittan didapati pula di dalamSunan Abi Dawud dan Jami’ At Tirmidzi.
kritik para pakar ilmu hadis itu mengacu kepada diri periwayat hadis, bukan isi hadisnya. Hal inilah yang mengundang tanya pada kita. Siapa Imran bin Hittan yang dimaksud?
Imran bin Hittan As Sadusi Al Basari adalah salah seorang yang cerdas. Ia pernah mendatangi Aisyah Al Humaira, Abu Musa Al Asyari, dan Abdullah bin Abbas. Kepada ketiga sahabat Nabi Muhammad ini, Imran bin Hittan belajar dan mendapatkan hadis-hadis Nabi Muhammad. Karena hadis-hadis itu pula kemudian, ia didatangi oleh pemuka-pemuka generasi Tabiin seperti Muhammad bin Sirin, Qatadah bin Diamah As Sadusi dan Yahya bin Abi Katsir. Selain pernah belajar langsung kepada sahabat-sahabat Nabi Muhammad, Imran dikenal sebagai penyair yang genial; ia bisa menggubah syair-syair Arab yang bagus. “Imran bin Hittan,” puji Al Farazdaq suatu hari, “bisa berkata-kata dengan tutur-kata kita. Tapi kita tak pernah bisa bertuturkata dengan kata-katanya.” Al Farazdaq dikenal sebagai salah seorang penyair besar Arab. Akan tetapi, reputasi Imran akhirnya hancur berantakan setelah ia menjadi pengikut Khawarij.
khawarij adalah salah satu kelompok yang menyempal dari barisan kaum muslimin. Mereka senang dan gampang mengafir-ngafirkan pemeluk Islam yang melakukan suatu dosa besar selain syirik dan memvonisnya kekal di dalam neraka jika tidak bertobat sebelum meninggal dunia. Karena itulah, mereka membolehkan membunuh siapa saja yang dianggap kafir, meskipun itu orang Islam atau para utusan diplomatik negara-negara non-muslim atau hanya sekedar para pelancong non-muslim.
Bermula dari seorang wanita yang dilihatnya suatu hari, Imran terpesona dengan kecantikannya. Muncul hasrat untuk menikahi wanita itu. Meski telah diberitahu bahwa wanita itu pengikut kelompok Khawarij, Imran tidak peduli. “Akan kupengaruhi dia,” kata Imran. Dengan kapasitas kecerdasan yang dimilikinya, Imran bertekad menyadarkan wanita itu setelah dinikahi nanti. Sebagai seorang istri, tentu saja akan mudah bagi Imran untuk menasehati dan mengajaknya bertobat dari keyakinan yang dipeluk selama ini. Ternyata tidak mudah. Yang terjadi kemudian justru Imran-lah yang dipengaruhi oleh istri tersebut. Lambat laun, Imran pun berubah. Dan sejak saat itu, ia bergabung ke dalam barisan Khawarij dan menjadi salah seorang pembesar yang pernah dimiliki kelompok itu sepanjang sejarah. Banyak orang yang tidak percaya.
Tapi, bagaimana pun, perubahan sikap Imran menjadi perbincangan orang ramai waktu itu sampai khalifah Abdul Malik bin Marwan pun tahu. Menghindari panggilan khalifah, Imran pergi ke utara Jazirah Arab. Pada tahun 84 Hijriah, Imran meninggal dunia.
Dari semula yang menghormati Ali bin Abi Thalib, Imran menjadi pencelanya. Dalam salah satu syair yang digubahnya, Imran menjelek-jelekkan menantu Nabi Muhammad itu. Imran bahkan memuji orang yang membunuh Ali bin Abi Thalib sebagai pembunuh yang diberi cahaya terang oleh Allah. Sikap Imran demikian termasuk salah satu ciri khas orang-orang Khawarij waktu itu. Mereka tidak menyukai Ali bin Abi Thalib dan menganggapnya boleh dibunuh. Di mata mereka, Ali telah kafir karena kebijakannya dalam perang Shiffin—satu perang saudara yang terjadi antara Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Bagi para pencari hadis dan pakar ilmu hadis, orang-orang seperti Imran adalah mereka yang diragukan keabsahan hadis-hadisnya. Biasanya, para pengikut kelompok sesat memalsukan atau memelintirkan hadis-hadis yang mereka sampaikan untuk membenarkan ideologi dan aksi-aksi mereka. Imam Safei termasuk imam kaum muslimin yang meragukan hadis-hadis mereka. Bahkan, disebutkan di dalam Al-Ba’its Al-Hatsits Syarhu Ikhtishar ‘Ulum Al-Hadits, Imam Safei menolak mentah-mentah hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang Syiah.
Kisah yang serupa juga terjadi pada orang yang telah dipuji Imran itu. Karena cinta pula, Abdurrahman bin Muljam bersedia membunuh Ali bin Abi Thalib. Padahal, waktu itu, Ali adalah pemimpin kaum muslimin (baca: amirul mukminin). Ali menjabat sebagai khalifah setelah khalifah Usman bin Affan dibunuh oleh orang-orang Khawarij.
Semula, sebagaimana dikatakan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis, Abdurrahman bin Muljam adalah seorang yang pandai membaca Al Qur’an. Ia diminta oleh Umar bin Khattab untuk mengajarkan Al Qur’an kepada orang-orang yang baru masuk Islam di daerah yang baru ditaklukkan. Masa pemerintahan Umar dikenal sebagai masa yang penuh dengan pembukaan daerah-daerah baru. Dan seorang pengajar Al Qur’an waktu itu adalah orang yang hafal Al Qur’an sekaligus pandai membaca dan memahami kandungannya. Sayangnya, di masa pemerintahan Ali, Abdurrahman tergabung ke dalam barisan Khawarij.
Ketika perang antara pasukan Ali dan orang-orang Khawarij terjadi di Nahrawan, Abdurrahman termasuk orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri dari kematian. Ia berencana membalaskan dendam rekan-rekannya yang terbunuh kepada Ali. Rencana itu makin menguat, ketika suatu hari Abdurrahman bertemu dengan seorang wanita cantik di masjid kota Kufah. Ayah dan kakak wanita ini terbunuh pada perang di Nahrawan. Terpikat oleh kecantikannya, Abdurrahman berusaha meminang wanita itu. Ternyata, mahar yang diajukan sebagai syarat pernikahan mereka adalah uang 3000 dirham, sepasang budak, dan kematian Ali bin Abi Thalib.
Abdurrahman akhirnya menyanggupi mahar untuk wanita itu. Berbekal pedang tajam yang telah diasah selama 40 hari, ia mengintai rumah Ali. Ketika Ali keluar untuk mengimamin salat Subuh di masjid Kufah, Abdurrahman menghantam kepala Ali dengan pedang itu. Peristiwa ini terjadi pada malam 17 Ramadan tahun 40 Hijriah. Abdurrahman sendiri dihukum mati tidak lama kemudian. Satu hal yang menarik, dalam melaksanakan rencananya, Abdurrahman menggunakan kamuflase sedemikian rupa. Ia ingin teman-temannya sesama kelompok Khawarij tidak mengetahui dirinya ketika hendak menjalankan rencana itu. Dari sini, kita pun tahu, kamuflase adalah salah satu ciri orang-orang Khawarij dulu yang kemudian diwariskan ke para penerus mereka. Bahwa kelompok-kelompok Islam-teroris sekarang ini juga sering menggunakan kamuflase, itu tidaklah mengherankan kita.
Ketahuialah pembaca yang budiman, ciri-ciri yang paling kongkrit seorang wanita menjadi fitnah atapun anda (akhwat) menjadi fitnah bagi laki-laki adalah apabila laki-laki yang dekatedngannya atapun dikenalnya akhlak dan perilakunya berubah menjadi buruk dan itu sebab wanita yang dekat dengannya maka sudah dapat diketahui bahwa wanita itu sudah ,menjadi fitnah bagi laki-laki itu. Maka apa bila wanita itu menyadari bahwa laki-laki yang dia kenal baik berubah menjadi buruk segeralah beristighfar sebab kamu (wanita) sudah menjadi fitnah bagi laki-laki itu. maka harus ada saling-nasihat menasihati dalam hal ini.
KIAT AGAR TIDAK TERBAWA FITNAH WANITA DAN AGAR WANITA TIDAK MENJADI FINAH BAGI LAKI-LAKI
1. Tidak berkhalwat
2. Jangan terlalu menebar senyum ke lawan jenis
3. Jangan sering berkomunikasi terhadap lawan jenis
4. Jangan terlalu banyak curhat kepada lawan jenis
5. Saling menjaga pandangan dan menutup aurat da berhijab
6. Sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat dan dzikrullah dll.
Demikian tulisan ini diangkat sebagai nasihat untuk menjaga diri dari berbagai fitnah, “agama adalah nasihat” (HR. Muslim). dan tulisan ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan maka aku mohon koreksinya dan nasihat yang baik dari anda semua.
ditulis oleh:
Omar Ibrahim al-Imanulmuslim
http://pembelasalafy.wordpress.com/2011/12/27/awasa-fitnah-wanita/
No comments: