Biografi Ulugh Beg (Ahli Ilmu Falak Pengembang Observatorium)



Beliau ialah Mohammad Taragay ibnu Shah Rukh dikenal dengan nama Ulugh Beg (Bahasa Persia: میرزا محمد طارق بن شاہرخ الغ‌بیگ‎ – Mīrzā Muhammad Tāraghay bin Shāhrukh Uluġ Beg) adalah Sultan Khorasan dan ahli astronomi dan metematika. Ulugh Beg dilahirkan di Soltaniyah, Iran pada tahun 1394 dan meninggal pada tahun 1449 di Samarkand, Uzbekistan.

Cucu kepada Timurlane (1336-1405), panglima Mongol yang amat terkenal. Beliau memerintah Empayar Timurid dari tahun 1447 sehingga 1449. Dalam konflik perebutan kuasa pemerintahan zamannya beliau telah di bunuh oleh anaknya, Abdul Latif yang kemudian menggantinya memerintah Empayar Timurid di Samarkand (Tajikistan).

Sumbangan Ulugh Beg

Ia adalah cucu Timur Leng yang disebut sebagai penakluk Asia. Dia diamanahkan ayahnya untuk menjadi raja di daerah Samarkand, Uzbekistan. Sesuai dengan minatnya yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, dia bangun kota tersebut menjadi sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan muslim. Sampai sekarang bangunan-bangunan dan monumen-monumen peninggalan Ulugh Beg dapat kita lihat di kota Samarkand. Di sanalah ia menulis lirik-lirik syair, buku-buku sejarah dan mengkaji Qur’an. Meskipun demikian, astronomi dan matematika merupakan bidang utama yang sangat menarik perhatiannya. Ia turun tangan secara langsung melakukan kajian dan pengamatan tentang bintang-bintang. Pada tahun 1420 ia membangun sebuah observatorium di Samarkand untuk mengobservasi planet-planet dan bintang-bintang.

Di observatorium inilah Ulugh Beg dan timnya mewujudkan cinta mereka pada Tuhan dengan sungguh-sungguh bekerja dan beribadah. Dari hasil observasi itu mereka menyiapkan tabel-tabel astronomi matahari, bulan dan planet-planet lain yang telah diamati dengan tingkat kecermatan tinggi, yang akurasinya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil pengamatan astronom modern yang menggunakan berbagai teleskop yang canggih. Dari hasil pengamatan dan perhitungannya ia dan timnya juga mengoreksi perhitungan yang pernah diperbuat astronom-astronom Romawi seperti Ptolemeus. Hasil-hasil observasi mereka terhimpun antara lain dalam kitab “Zij-i- Djadid-iSultani”.

Selain itu masih banyak kitab-kitab lain yang mereka tulis dalam bahasa Arab. Beberapa hasil karya mereka diterjemahkan oleh astronom-astronom Inggris dan Perancis beberapa ratus tahun kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa hasil observasi dan perhitungan mereka sangat canggih untuk ukuran zaman itu sehingga datanya masih sangat berguna ratusan tahun kemudian. Bangunan observatorium Ulugh Beg di Samarkand berwujud sebagai peralatan raksasa yang dirancang sedemikian rupa untuk mengamati bintang-bintang di satu lokasi yang tetap di cakrawala. Interiornya berupa sebuah terowongan batu yang cukup lebar dan panjang di mana pangkalnya berada di bawah tanah dan berujung pada alam terbuka beratapkan langit. Di dalamnya dilengkapi dengan 2 (dua) jeruji batu yang ditempatkan pada posisi tepat sehingga memberi hasil yang maksimal dalam menghitung ketinggian jarak bintang-bintang yang diamati secara cermat.

Observatorium Ulugh Begh
Observatorium Ulugh Beg di Samarkand yang dibangun atas dasar ilmu ilham yang dianugerahkan Tuhan terbukti sangat canggih untuk ukuran zaman itu, sehingga peralatan seperti ini masih ditiru dan digunakan oleh astronom-astronom Eropa lebih 100 tahun kemudian, diantaranya observatorium Uraniborg (1576) dan observatorium Stierneborg (1584). Tidak hanya dari segi penampilan fisik dan arsitekturnya yang mencontohi observatorium Ulugh Beg melainkan juga dari sisi kualitas dan kuantitas peralatan dan bahkan sampai manajemen operasinya.

Mirza Ulugh Begh: Sultan, Astronom, dan Ahli Matematika

TAHUN 1908, di bawah reruntuhan kota kuno Afrasiyab, Samarkand, Vladimir Viyatkin, seorang arkeolog asal Rusia, terkesima menatap sebuah bentuk bangunan aneh menjulang di hadapannya. Dari hasil penggaliannya itu, akhirnya ia dapat mengenali bangunan itu sebagai sextant atau kuadran berukuran raksasa. Arkeolog amatir itu akhirnya sadar bahwa ia sedang berada di sebuah observatorium peninggalan abad ke-15.

Puing-puing sisa observatorium Islam paling awal ini, adalah salah satu bukti kecintaan seorang raja pada ilmu pengetahuan khususnya ilmu astronomi. Observatorium luar biasa ini dibangun pada tahun 1420 oleh seorang penguasa Timurid bernama Ulugh Begh.

Ulugh Begh, yang berarti ”Penguasa Agung”, pada masanya selain dikenal sebagai raja atau sultan penebar kasih dan perdamaian di Asia Tengah, ia pun menguasai ilmu astronomi dan matematika. Salah satu hasil karyanya yang brilian adalah ilmu trigonometri dan geometri bentuk bola.

Lahir di Sultaniyeh, Persia (kini Iran) pada tahun 1394, dengan nama Mirza Mohammad Taregh bin Shahrukh. Dia adalah cucu dari Amir Timur atau yang lebih dikenal sebagai Timur Leng, sang penakluk dan pendiri kekaisaran Timurid di Asia Tengah. Mirza Ulugh Begh adalah anak tertua dari Shah Rukh, mereka berasal dari suku Mongol Barlas dari Transoxiana (kini Uzbekistan). Sedangkan ibunya seorang bangsawan Goharshad dari Persia.

Semasa anak-anak, Mirza mengembara ke tempat-tempat penting di Timur Tengah dan India bersama kakeknya, Amir Timur, ketika memperluas kekuasaannya di wilayah tersebut. Sepeninggal kakeknya, Mirza kecil menetap di Samarkand yang pada waktu itu menjadi ibukota kerajaan Timurid.

Pada usia 16 tahun, Mirza Mohammad sudah menjadi gubernur di Samarkand (1409). Bahkan pada tahun 1411 ia menjadi penguasa penuh seluruh Mavarannahr (kini Uzbekistan, Tajikistan, dan sebagian Kazakhstan).

Sang penguasa berusia remaja ini berhasil mengubah kota Samarkand, menjadi sebuah pusat intelektual bagi kerajaan. Pada 1417-1420 ia pun membangun madrasah (universitas) yang hingga kini masih berdiri megah di Registan Square, Samarkand, Uzbekistan. Kala itu madrasah ini ramai dikunjungi para astronom dan matematikawan Islam untuk belajar. Salah seorang hasil didikan Ulugh Begh adalah Ghiyath al-Kashi, seorang ahli matematika terkemuka.

Selain matematika, astronomi adalah ilmu yang paling menarik minat sang sultan, dan kecintaannya dibuktikan pada tahun 1420, dengan mendirikan sebuah observatorium kolosal, yang ia namai Gurkhani Zij, sebuah observatorium mirip Uraniborg buatan Tycho Brahe. Gurkhani berbentuk busur seperempat lingkaran (kuadran) berukuran raksasa yang melengkung dari ruang bawah tanah hingga menonjol di permukaan tanah.

Walaupun observatorium itu tidak dilengkapi dengan teleskop, instrumennya mampu meningkatkan keakuratan dalam pengoperasiannya. Kuadran atau sextant raksasa ini memiliki jari-jari sekitar 36 m, sementara tingginya dari dasar mencapai 40 m. Berkat observatorium inilah pada 1437 Ulugh Begh berhasil menyusun katalog bintang ”Zij-i Sultani” yang memuat sebanyak 994 bintang, serta mengoreksi berbagai kesalahan yang yang ada pada katalog bintang sebelumnya.

Ulugh Begh pun mampu menentukan lamanya tahun sideris (rotasi bumi terhadap bintang-bintang) yaitu sebesar 365,2570370... hari = 365 hari 6 jam 10 menit 8 detik. Nilai ini kemudian diperbaiki 28 detik pada tahun 1525 oleh Nicolaus Copernicus.

Dalam bidang matematika, Ulugh Begh berhasil menyusun secara akurat tabel trigonometri untuk nilai sinus dan tangen dengan ketepatan hingga 8 tempat desimal.

Namun, semangat dan keberanian Ulugh Begh menguasai sains tidaklah sepadan dengan kepiawaiannya dalam pemerintahan seperti halnya Timur Leng kakeknya atau Jengis Khan moyangnya, tentara Ulugh Begh mengalami banyak kekalahan dalam berbagai pertempuran melawan musuh-musuhnya. Bahkan raja pecinta ilmu pengetahuan itu pun harus mengakhiri hidupnya di tangan anaknya sendiri, Abdul Latif, ketika dalam perjalanan menuju Mekah. Observatorium kebanggaannya pun ikut dihancurkan, kecuali bagian yang berada di bawah tanah, sampai akhirnya ditemukan oleh arkeolog amatir yang juga seorang guru sekolah dasar pada 1908.

Nama Ulugh Begh kemudian direhabilitasi oleh saudaranya, Babur, seorang pendiri kerajaan Mogul di India, dan menempatkan sisa jasadnya di Makam Timur, Samarkand.

Untuk menghormati pencapaian sang sultan dalam astronomi, pada 1830 sebuah kawah di Bulan dinamai ìUlugh Beighî oleh astronom Jerman Johann Heinrich von Madler pada peta Bulan buatannya.

No comments:

Powered by Blogger.