Agama Samaritan (Kaum Samaritan - שומרונים)
Samaritan adalah nama sebuah komunitas agama kuno yang memisahkan diri dari agama Yahudi sekitar 2.000 tahun yang lalu dan bahwa penganut agama ini masih ada sampai sekarang.
Komunitas Samaritan telah hidup di Timur Tengah selama ribuan tahun, tetapi mereka sekarang harus menemukan cara-cara baru untuk menjamin kelangsungan hidup mereka.
Kaum Samaritan hidup di daerah Tepi Barat Palestina atau daerah gunung Gerizim. Gunung Gerizim merupakan kiblatnya kaum Samaritan, Daerah itu adalah tempat paling suci bagi masyarakat Samaritan karena merupakan tempat rumah ibadah mereka pernah berdiri dan lokasi di mana Nabi Ibrahim, menurut kepercayaan mereka, hampir mengorbankan Ishak.
Kaum Samaria ( Ibrani : שומרונים Shomronim , Arab : السامريون sebagai-Sāmariyyūn ) adalah etnoreligius grup dari Levant , keturunan dari penduduk Semit kuno daerah itu. Agama orang Samaria adalah penganut Samaritanisme , sebuah agama Abrahamik/Ibrahimi yang terkait erat dengan Yudaisme/Yahudi .Berdasarkan Taurat Samaria, Samaria menegaskan ibadah mereka adalah agama benar/asli.
Baca selengkapnya seputar Agama Yahudi di postingan sebelumnya
Sedangkan nama Shomronim tampaknya berasal dari konsentrasi geografis masyarakat di Shomron , Anchor Bible Dictionary menyatakan bahwa hal itu mungkin berasal dari istilah Ibrani shamerim שַמֶרִים, "Keepers [Hukum]."
Sebagaimana Yahudi, orang Samaritan percaya akan kedatangan al Masih/Mesiah yang mereka sebut tahib atau restorer. Tapi berbeda dengan Yahudi, Mesiah tidak datang dari keturunan Daud, melainkan dari keturunan Harun, suku Lewi.
Samaritan tidak memakan makanan Muslim, dan diperbolehkan memakan makanan Yahudi, tapi tidak dianjurkan. Kitab sucinya hanya 5 Kitab Musa yang ditulis dengan aksara Ibrani kuno dan menolak Kitab Yahudi lainnya. Perbedaannya dengan Taurat Ibrani terutama pada 10 perintah Tuhan, dimana pada Taurat Samaritan ada penambahan supaya beribadah di gunung Gerizim (menurut Samaritan, Yahudi “mengkorupsi” 10 perintah hingga hanya tinggal 9 saja…………!). Samaritan masih menggunakan bahasa Ibrani Kuno dalam ibadahnya.
Gunung Gerizim (Samaritan Hebrew Ar-garízim, Arabic جبل جرزيم Jabal Jarizīm, Tiberian Hebrew הַר גְּרִזִּים Har Gərizzîm, Standard Hebrew הַר גְּרִיזִּים Har Gərizzim) adalah nama sebuah gunung di Samaria yang disebut di dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Gunung ini menjadi tempat yang menjadi pusat peribadahan (Kiblatnya) orang-orang Samaria. Mereka melakukan ibadah kepada Tuhan di dekat gunung Gerizim ini dengan mendirikan sebuah Bait Tuhan.
Kaum Samaritan beribadah di gunung Gerizim |
Dalam synagoge Samaritan |
Synagoge Samaritan berbeda dengan Synagoge Yahudi, seperti dibawah ini:
Synagoge Yahudi yang mirip Gereja Kristen |
Taurat Samaria (Pentateukh Samaria; bahasa Inggris: Samaritan Pentateuch atau Samaritan Torah; bahasa Ibrani: תורה שומרונית, torah shomroniyt) adalah versi ke-5 kitab Taurat dalam bahasa Ibrani tetapi dengan aksara abjad Samaria, yang digunakan oleh orang-orang Samaria. Taurat Samaria mengandung sejumlah perbedaan dengan Teks Masoret, yaitu sumber utama Alkitab Ibrani, maupun terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, Septuaginta.
Ada tambahan bagian yang disebut gulungan Abisha (Abisha Scroll), yang dipakai di sinagoge Samaria di Nablus. Orang-orang Samaria percaya gulungan itu ditulis oleh Abisua bin Pinehas, cicit dari Imam Besar Harun (1 Tawarikh 6:50), 13 tahun setelah orang-orang Israel masuk ke tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun. Pakar Alkitab modern mengamati bahwa gulungan itu berisi sejumlah karya berbagai penulis dari abad-abad berbeda, yang paling tua sekitar abad ke-12 Masehi.
Yitzhaq ben Amram ben Shalma ben Tabia, Imam Besar orang Samaria, Nablus, c.1920. |
Populasi
Di abad ke lima ada lebih dari satu juta masyarakat Samaritan di sini.
Sekarang setelah selama ratusan tahun didiskriminasi dan dipaksa berpindah agama, hanya sekitar 700 orang yang masih ada.
Mereka mengaku sebagai keturunan bani Israil dan mereka merayakan sejumlah hari keagamaan serupa dengan agama Yahudi seperti Sukkot, yaitu mengenang kaum bani Israil yang harus hidup di padang pasir selama 40 tahun.
Bukan Yahudi!
Walaupun kaum Samaritan sudah memisahkan diri dari agama Yahudi 2.000 tahun lalu, mereka sering disangka Yahudi karena masih berbicara bahasa Ibrani kuno dan beribadah di sinagog.
Dan bagi orang Samaritan yang tinggal di Tepi Barat masalah ini menjadi besar.
"Orang Palestina tahu kami tinggal di antara komunitas Arab, tetapi di benak mereka kami dianggap Yahudi," kata Cohen, Pendeta Rabbi Samaritan.
"Dan karena kami juga fasih berbahasa Arab, orang Yahudi mengira kami Arab," tambahnya.
Mereka membangun hubungan baik dengan para tetangga Yahudi dan Palestina mereka dan mereka adalah satu-satunya komunitas di kawasan itu yang memiliki kartu identitas Palestina dan Israel.
Ini berarti mereka boleh bepergian antara wilayah Israel dan Palestina dengan mudah. Dan sebagian Samaritan yang berbakat bisnis menggunakan status unik mereka untuk memberikan pelayanan pengiriman barang antara kedua wilayah itu.
Seorang eksportir suku cadang mobil di Nablus yang mengekspor ke Nazareth dan Haifa, Ibrahim, mempekerjakan seorang Samaritan untuk membawa dagangannya ke Israel.
"Bila kita membutuhkan seorang pengemudi Samaritan, anda tinggal menelpon mereka saja, dan mereka membawa barang-barang itu di mobil mereka dan kembali lagi ke Nablus tanpa harus diperiksa," katanya.
Pernikahan
Sebagian orang mengatakan Samaritan harus membuka diri
Di tahun 1920 jumlah mereka jatuh menjadi 100 orang. Komunitas ini mengalami banyak kelahiran cacat karena memiliki tradisi hanya menikahi orang Samaritan lain yang jumlahnya sedikit, dan mereka tidak membuka diri bagi orang-orang lain yang ingin masuk agama mereka.
Sekarang sebagian dari mereka mengatakan, bila ingin tetap eksis, mereka harus terbuka kepada orang luar.
Cohen mengatakan, karena saat ini jauh lebih banyak laki-laki daripada perempuan, mereka harus mencari calon istri dari luar komunitas.
Sebagian Samaritan menggunakan internet untuk mencari istri dari negara-negara lain bahkan dari tempat jauh seperti Ukraina, dimana sang wanita kemudian masuk ke dalam agama Samaritan dan menikah dengan seorang laki-laki Samaritan.
Seorang wanita lain dari Amerika mencatat sejarah dengan menjadi orang pertama yang masuk ke agama Samaritan tanpa menikahi penganut agama itu.
Wanita bernama Sharon Sullivan itu sekarang tinggal di tengah komunitas itu bersama empat anaknya.
Pendeta Tertinggi, Elazar b. Tsedaka b. Yitzhaq |
No comments: