Biografi Abdul Latief Al-Baghdadi (Speasialis Ahli Anatomi)
Nama lengkap Abdul Latief al-Baghdadi adalah Muwaffaq al-Din Muhammad 'Abd al-Latif ibn Yusuf al-Baghdadi (Arabic: موفق الدين محمد عبد اللطيف بن يوسف البغدادي; 1162–1231). Dia biasa dipanggil dengan Ibnul Lubad dan Al-Baghdadi. Ia dilahirkan pada tahun 557 H/1162 M di Darbul Faludzaj, Baghdad (Ini berdasarkan keterangan yang mengatakan bahwa keluarganya bermukim di Mosul).
Sejak kecil ia telah mempelajari alquran dan ilmu agama dari al-Wajih al-Wasiti dari Mausil. Menjelang dewasa, ia melanjutkan pendidikannya dengan mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat. Salah seorang gurunya adalah Ibnu Tilmiz. Selanjutnya, ia pergi ke Damaskus dan Mesir. Di sana, ia mendalami ilmu-ilmu agama, kedokteran, sastra, dan filsafat.
Abdul Latief adalah seorang ahli anatomi, sastrawan, dan filosof. Beliau merupakan seorang doktor, ahli sejarah dan seorang yang ahli dalam kesastraan Iraq. Beliau juga sangat menonjol dalam bidang nahwu, bahasa dan ilmu kalam. Namanya terkenal sebagai ahli anatomi pertama yang mendeskripsikan tengkorak kepala manusia dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah, secara lengkap dan akurat. Sepanjang hidupnya, Abdul Latief sangat tekun mempelajari ilmu kedokteran. Ia meneliti sejumlah karya para ahli medis Yunani dan mengembangkannya melalui banyak penelitian. Selain itu, ia juga mengembangkan kajian tentang tulang manusia, khususnya tulang rahang bawah. Selama berada di Mesir, ia menganalisa Teori Galenus mengenai tulang bawah dan tulang yang menghubungkan tulang punggung dengan tulang kaki, sebelum kemudian berhasil menyempurnakannya. Penelitiannya di bidang ini memunculkan banyak temuan yang mengejutkan.
Di kemudian hari, sejumlah buku karya Abdul Latief banyak diterjemahkan dalam bahasa Latin dan disimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Inggris (1800). Pada tahun 1810, karya Abdul Latief juga diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Sebelum diterbitkan, karya tersebut diberi tambahan berupa sejumlah catatan penelitian Abdul Latief. Pada masa itu, karya tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa.
Abdul Latief juga dikenal sebagai sastrawan yang sering mengembara. Ia gemar menulis tentang budaya suatu daerah dengan bahasa yang sangat indah. Oleh beberapa peneliti, bukunya yang berjudul Account of Egyptdinyatakan sebagai salah satu karya topografi terpenting pada abad pertengahan. Buku tersebut memuat sejumlah deskripsi yang menarik tentang bencana kelaparan yang terjadi ketika Sungai Nil dilanda kekeringan (1200-1202). Saat itu, ia sedang berada dalam perjalanan menuju Mesir dan menyaksikan sendiri bencana tersebut.
Sebagai seorang sastrawan, Abdul Latief sangat terkesan dengan karya-karya Ibnu Sina. Meskipun demikian, ia pernah mengkritik sejumlah karya Ibnu Sina. Di sisi lain, Abdul Latief juga sangat mengagumi Aristoteles. Dalam beberapa karya filsafat dan sastranya, terlihat pengaruh sang ilmuwan Yunani tersebut. Abdul Latief juga pernah mengkritik karya ilmuwan Yunani, Galen, dengan tajam. Selain menulis kritikan, Abdul Latief menerjemahkan sejumlah karya para pemikir Yunani, seperti Hippocrates.
Semasa hidupnya, Abdul Latief telah menghasilkan 173 buku yang mencakup bidang kedokteran, sastra, geografi, filsafat, matematika, sains, dan sejarah. Selain itu, ia juga menulis kisah perjalanannya ke berbagai tempat dalam bentuk buku. Para ilmuwan Barat menggambarkan sosok Abdul Latief sebagai seorang genius yang gemar melakukan penelitian dan akrab dengan kajian ilmiah. Ia menulis sebuah buku otobiografi tentang dirinya sendiri.
Kerena kepiawaiannya, dia diangkat oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi mengisi pengajian di masjid besar yang terdapat di kota itu. Anak-anak Shalahuddin juga mengangkatnya sebagai guru tetap di masjid tersebut serta menambah gaji bulanannya.
Pada tahun 586 H/1190 M dia bepergian ke kota Cairo. Namun sebelum dia diangkat menjadi guru tetap di masjid Damaskus, dia sudah pernah berkunjung ke kota Cairo bersama Al-Aziz Ibnu Shalahuddin. Sewaktu berada di kota tersebut, pada waktu pagi dia mengajar ilmu-ilmu agama dan bahasa. Sedangkan di waktu siang dia mengajar ilmu kedokteran. Pada saat Al-Baghdadi berada di Mesir untuk kedua kalinya, di negeri ini terjadi bencana kelaparan disebabkan sungai Nil yang tidak mengalami pasang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 597 H11201 M. Pada tahun yang sama bencana lain datang menyusul, yaitu bencana gempa bumi. Kedua peristiwa ini diabadikan oleh Al-Baghdadi di dalam bukunya "Al-Ifadah Wa Al-I'tibar."
Pada tahun 6041-1/1207 M Al-Baghdadi pindah ke Palestina untuk mengajar di Masjid Al-Aqsha. Setelah tugasnya berakhir, is pulang ke Damaskus untuk mengajar di sekolah Al-Aziziah. Di sinilah namanya menjadi populer dalam dunia kedokteran dan muridnya semakin banyak. Setelah itu, dia bepergian ke Halb (Aleppo), kemudian dia bepergian ke Armenia dan Turki.
Abdullathif Al-Baghdadi wafat di Baghdad pada tahun 629 H/ 1232 M dalam usia 69 tahun, dalam perjalanan menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Empat puluh lima tahun dari usianya telah dia manfaatkan untuk melakukan penjelajahan ke berbagai negeri Arab dan Islam.
Sejak kecil ia telah mempelajari alquran dan ilmu agama dari al-Wajih al-Wasiti dari Mausil. Menjelang dewasa, ia melanjutkan pendidikannya dengan mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat. Salah seorang gurunya adalah Ibnu Tilmiz. Selanjutnya, ia pergi ke Damaskus dan Mesir. Di sana, ia mendalami ilmu-ilmu agama, kedokteran, sastra, dan filsafat.
Abdul Latief adalah seorang ahli anatomi, sastrawan, dan filosof. Beliau merupakan seorang doktor, ahli sejarah dan seorang yang ahli dalam kesastraan Iraq. Beliau juga sangat menonjol dalam bidang nahwu, bahasa dan ilmu kalam. Namanya terkenal sebagai ahli anatomi pertama yang mendeskripsikan tengkorak kepala manusia dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah, secara lengkap dan akurat. Sepanjang hidupnya, Abdul Latief sangat tekun mempelajari ilmu kedokteran. Ia meneliti sejumlah karya para ahli medis Yunani dan mengembangkannya melalui banyak penelitian. Selain itu, ia juga mengembangkan kajian tentang tulang manusia, khususnya tulang rahang bawah. Selama berada di Mesir, ia menganalisa Teori Galenus mengenai tulang bawah dan tulang yang menghubungkan tulang punggung dengan tulang kaki, sebelum kemudian berhasil menyempurnakannya. Penelitiannya di bidang ini memunculkan banyak temuan yang mengejutkan.
Di kemudian hari, sejumlah buku karya Abdul Latief banyak diterjemahkan dalam bahasa Latin dan disimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Inggris (1800). Pada tahun 1810, karya Abdul Latief juga diterjemahkan dalam bahasa Perancis. Sebelum diterbitkan, karya tersebut diberi tambahan berupa sejumlah catatan penelitian Abdul Latief. Pada masa itu, karya tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa.
Abdul Latief juga dikenal sebagai sastrawan yang sering mengembara. Ia gemar menulis tentang budaya suatu daerah dengan bahasa yang sangat indah. Oleh beberapa peneliti, bukunya yang berjudul Account of Egyptdinyatakan sebagai salah satu karya topografi terpenting pada abad pertengahan. Buku tersebut memuat sejumlah deskripsi yang menarik tentang bencana kelaparan yang terjadi ketika Sungai Nil dilanda kekeringan (1200-1202). Saat itu, ia sedang berada dalam perjalanan menuju Mesir dan menyaksikan sendiri bencana tersebut.
Sebagai seorang sastrawan, Abdul Latief sangat terkesan dengan karya-karya Ibnu Sina. Meskipun demikian, ia pernah mengkritik sejumlah karya Ibnu Sina. Di sisi lain, Abdul Latief juga sangat mengagumi Aristoteles. Dalam beberapa karya filsafat dan sastranya, terlihat pengaruh sang ilmuwan Yunani tersebut. Abdul Latief juga pernah mengkritik karya ilmuwan Yunani, Galen, dengan tajam. Selain menulis kritikan, Abdul Latief menerjemahkan sejumlah karya para pemikir Yunani, seperti Hippocrates.
Semasa hidupnya, Abdul Latief telah menghasilkan 173 buku yang mencakup bidang kedokteran, sastra, geografi, filsafat, matematika, sains, dan sejarah. Selain itu, ia juga menulis kisah perjalanannya ke berbagai tempat dalam bentuk buku. Para ilmuwan Barat menggambarkan sosok Abdul Latief sebagai seorang genius yang gemar melakukan penelitian dan akrab dengan kajian ilmiah. Ia menulis sebuah buku otobiografi tentang dirinya sendiri.
Kerena kepiawaiannya, dia diangkat oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi mengisi pengajian di masjid besar yang terdapat di kota itu. Anak-anak Shalahuddin juga mengangkatnya sebagai guru tetap di masjid tersebut serta menambah gaji bulanannya.
Pada tahun 586 H/1190 M dia bepergian ke kota Cairo. Namun sebelum dia diangkat menjadi guru tetap di masjid Damaskus, dia sudah pernah berkunjung ke kota Cairo bersama Al-Aziz Ibnu Shalahuddin. Sewaktu berada di kota tersebut, pada waktu pagi dia mengajar ilmu-ilmu agama dan bahasa. Sedangkan di waktu siang dia mengajar ilmu kedokteran. Pada saat Al-Baghdadi berada di Mesir untuk kedua kalinya, di negeri ini terjadi bencana kelaparan disebabkan sungai Nil yang tidak mengalami pasang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 597 H11201 M. Pada tahun yang sama bencana lain datang menyusul, yaitu bencana gempa bumi. Kedua peristiwa ini diabadikan oleh Al-Baghdadi di dalam bukunya "Al-Ifadah Wa Al-I'tibar."
Pada tahun 6041-1/1207 M Al-Baghdadi pindah ke Palestina untuk mengajar di Masjid Al-Aqsha. Setelah tugasnya berakhir, is pulang ke Damaskus untuk mengajar di sekolah Al-Aziziah. Di sinilah namanya menjadi populer dalam dunia kedokteran dan muridnya semakin banyak. Setelah itu, dia bepergian ke Halb (Aleppo), kemudian dia bepergian ke Armenia dan Turki.
Abdullathif Al-Baghdadi wafat di Baghdad pada tahun 629 H/ 1232 M dalam usia 69 tahun, dalam perjalanan menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Empat puluh lima tahun dari usianya telah dia manfaatkan untuk melakukan penjelajahan ke berbagai negeri Arab dan Islam.
Pendidikan dan Para Gurunya
Pada masa kanak-kanak, Al-Baghdadi sudah mem-pelajari hadits, nahwu, bahasa, dan ilmu kalam. Dia adalah seorang anak yang giat belajar dan gemar terhadap ilmu serta tidak suka menghabiskan waktunya hanya dengan bermain dan bersenda gurau. Dia belajar kepada Syaikh Kamaluddin Al-Anbari dan muridnya, Al-Wasithi. Di kota Mosul, dia belajar ilmu matematika dan fikih kepada Syaikh Al-Kamal bin Yunus. Kemudian di Mesir, dia menjalin hubungan baik dengan seorang filsuf Yahudi terkenal yang bernama Musa Ibnu Maimun dan juga dengan Abu Al Qasim Asy Syari'i. Sedangkan ketika berada di kota Damaskus, dia menyempatkan diri untuk mempelajari buku-buku Yunani tentang kedokteran dan filsafat.
Penemuan-penemuan AI-Baghdadi
1. Dalam ilmu Anatomi: Al-Baghdadi berhasil menyimpulkan bahwa tulang rahang bawah hanya terdiri dari satu tulang. Dengan demikian ia telah membantah pendapat Galenus dan para dokter yang sependapat dengannya. Al-Baghdadi berkata, "Semua ilmuwan telah berkesimpulan bahwa tulang rahang bawah terdiri dari dari dua tulang dengan persendian yang kuat di langit-langit mulut. Sedangkan yang kita saksikan dari bentuk organ tubuh, ia hanya mempunyai satu tulang dan tidak memiliki persendian.
2. Al-Baghdadi berhasil membedakan semua bagian tempurung kepala secara detil, mulai dari bagian terkecil hingga bagian yang paling menonjol. Karya tulis Al-Baghdadi tentang bagian tengkorak merupakan suatu bukti kuat akan adanya praktik operasi tempurung kepala pada masa Islam dan seka-ligus membantah apa yang pernah dikatakan oleh para orientalis Barat bahwa para dokter Arab hanya menukil cara operasi tersebut di atas kertas tanpa terlibat secara langsung.
Karya Tulis AI-Baghdadi
Ibnu Abu Ushaibi'ah di dalam 'Uyun Al-Anba` mengatakan bahwa Al-Baghdadi mempunyai karya tulis dalam ilmu bahasa, fikih, sastra, tauhid, sejarah, pendidikan, kedokteran, matematika, pertambangan, filsafat, mantiq, dan politik. Di antara sebagian karyanya adalah sebagai berikut:
Untuk mengatakan yang sebenarnya, saya telah membaca tesis terakhir dan kami dapatkan masih ada hubungannya dengan ilmu itu. Karena tesis ini menjelaskan tentang penyakit diabetes (penyakit kencing manis). Tesis ini juga membahas tentang teori pergaulan, keadaan cuaca yang panas, dan tingkat kelembaban badan, serta lainnya dari berbagai pemikiran Yunani yang merupakan "titik hitam" satu-satunya dalam lembaran kedokteran Arab yang putih jernih. Namun kita tidak bisa lari untuk meminta maaf kepada Al-Baghadadi dan para ilmuwan yang hidup pada masanya dan setelahnya, karena pemahaman tentang penyakit yang berhubungan dengan tugas-tugas anggota badan tidak mustahil telah ditemukan sebelum masa sekarang, mengingat pada saat itu telah ada ilmu psikologi, kimia, dan histologi, sehingga juga memungkinkan diketahuinya sebab¬sebab penyakit kencing manis dan juga ditemukan cara pengobatannya.
Buku "Al-Ifadah Wa AI-I'tibar"
Buku ini secara lengkap berjudul seperti yang telah kami sebutkan, yaitu suatu buku kecil akan tetapi sangat jelas dalam menggambarkan pemikiran Al-Baghdadi dan orientasinya - sebagaimana dia juga memiliki pengetahuan yag penting tentang sebagian peristiwa yang terjadi di Mesir. Dalam buku ini, Al-Baghdadi menulis tentang rakyat Mesir, keadaan tanahnya, sungai Nil, tumbuhannya, pertaniannya, hewan-hewan yang ada di dalamnya, berbagai macam peninggalan sejarahnya, pola hidup masyakaratnya, cara makan, tempat tinggal dan lain-lainnya. Dia menceritakan tentang dua peristiwa yang menimpa Mesir pada tahun 597 H (1201 M). Kedua peristiwa ini adalah kelaparan yang diakibatkan oleh paceklik dan gempa bumi. Selain itu, buku ini juga berisi tentang catatan-catatan kedokteran penting dan berbagai pemikiran Al-Baghdadi yang unggul dari pemikiran para ilmuwan pada masanya.
Beberapa Artikel Petikan dari Buku "AI-Ifadah Wal I'tibar"
Tentang tumbuh-tumbuhan: Dia mengatakan tentang pohon jamiz (ficus sycamorus) "Di antara pepohonan yang ada di Mesir adalah pohon jamiz yang sangat banyak dan bertebaran di berbagai tempat. Saya pernah melihat pohon seperti ini di Asqalan dan tepi pantai, buahnya seperti buah tin darat. Buahnya menempel di dahan dan bukan di bawah daun. Beberapa hari sebelum tiba masa panen, biasa seseorang membawa besi dan menepukkan kepadanya sebiji demi sebiji sehingga dia mengeluarkan getah putih, kemudian dibiarkan begitu saja. Buah bisa menjadi dengan cara dikeluarkan getahnya seperti ini. Bahkan ada buahnya yang sangat manis melebihi manisnya buah tin. Pohon dari buah ini besar seperti pohon kelapa. Apabila getah buah ini mengenai baju, ia akan menjadi warna merah ketika kering. Pohonnya bisa dijadikan bahan bangunan dan dibuat pintu serta perkakas rumah lainnya. Pohon ini bertahan sepanjang masa dan tahan hidup sekalipun tidak ada air dan diterpa terik matahari."
Tentang hewan: Dia mengatakan tentang kuda laut, "Di antara berbagai jenis hewan, ada hewan bernama kuda laut. Hewan ini biasanya hidup di kedalaman tanah, terutama di laut Dimyat. Hewan ini bentuknya besar, sangat kuat, mengikuti perahu, dan mampu untuk menghancurkannya. Dia lebih mirip dengan kerbau. Akan tetapi dia tidak memiliki tanduk. Suaranya menyerupai suara keledai. Dia berbadan besar, bergigi taring yang tajam, berbadan lebar, kakinya pendek, lompatannya kuat, dorongannya kencang, dan sangat menakutkan sekali."
Tentang peninggalan bersejarah: Dia mengatakan tentang piramid, "Apabila Anda renungkan niscaya Anda menjumpai bahwa pikiran cemerlang telah dimanfaatkan untuk membuat piramid itu, dan akal yang jernih telah berpikir keras merancangnya. Kemampuan arsitektur yang handal telah menjadikannya karya yang besar. Piramid ini seolah-olah memberitahukan tentang keadaan penduduk negerinya, berbicara dan memberitahukan tentang kecerdasan akal mereka, serta menggambarkan tentang prilaku hidup mereka. Hal itu, karena mereka membuatnya berbentuk kerucut, yang dimulai dengan kaedah segi empat kemudian berakhir pada satu titik.
Di antara keistimewaan bentuk kerucut adalah bahwa tumpuan berat terletak di bagian tengahnya. Jadi ia berdiri sendiri dan juga bersandar pada dirinya sendiri. Antara satu bagian dengan bagian lainnya saling memperkokoh pendiriannya. Ia tidak memiliki sisi yang membuat bisa jatuh. Yang menarik dari piramid ini adalah karena bentuknya segi empat yang mengarah kepada empat penjuru mata angin, sehingga angin bisa membelah ketika dia membentuk sudutnya. Ketika kita melihat atap piramid, mari kita lihat dua piramid yang besar.
Orang-orang yang pernah mengukurnya mengatakan bahwa masing-masing ruasnya adalah adalah empat ratus depa, baik panjang maupun luasnya. Sedangkan tinggi tiang-tiangnya adalah empat ratus depa. Ini semua dengan ukuran depa orang kulit hitam. Kerucut terpotong di bagian atasnya dan ini diperkirakan mencapai sepuluh depa. Namun ketika saya menyaksikan kedua piramid tersebut bersama seorang teman pemanah, dia mengarahkan panahnya ke atasnya lalu menembakkannya, akan tetapi panah itu tidak mencapai pertengahannya. Dia kemudian memberitahukan saya bahwa di kampung ada orang yang biasa memanjat piramid tanpa mengalami kesulitan. Kami menemui orang itu dan mengajaknya untuk memanjat piramid. Dia memanjatnya layaknya memanjat tangga, bahkan dia bisa bergerak cepat dan mendaki dengan sandalnya. Sebelumnya saya sudah menyuruhnya agar apabila dia sampai ke puncaknya, dia hendaknya mengukurnya dengan kain serbannya.
Ketika dia turun, kami mendepai kain serban itu dan ternyata hanya sebelas depa dengan ukuran tangan. Padahal sebelumnya saya mendengar orang yang menghitung tingginya mengatakan bahwa tinggi tiangnya adalah tiga ratus tujuh belas depa, dan ruas masing-masing atap yang berbentuk segi tiga adalah empat ratus enam puluh depa. Saya melihat ukuran ini salah. Akan tetapi kalau dia menghitungnya empat ratus depa, maka ini benar. Dan, andaikan saya mampu memanjatnya, saya akan mengukurnya sendiri."
Pembicaraannya tentang piramid dipenuhi dengan ide-ide cemerlang yang menunjukkan pada ketelitiannya dalam mengamati. Dari perkataannya ini jelas bahwa dia adalah seorang pemerhati peninggalan-peninggalan bersejarah. Sebagaimana dia juga mengatakan pernyataan sebagai berikut:
"Raja Utsman bin Yusuf ketika memerdekakan diri setelah ayahnya wafat, para sahabatnya yang bodoh membisikkan kepadanya agar merobohkan peninggalan-peninggalan ini. Maka dimulailah pembongkaran pada piramid yang paling kecil."
Menurut sebagian penulis, apa yang dikatakan oleh Al-Baghdadi pada pernyataan di atas cukup menjadi bukti baginya sebagai pemerhati peninggalan bersejarah dan luasnya pandangannya.
Dia menambahkan dalam bukunya, "Para raja masih mempertahankan berdirinya peninggalan-peninggalan bersejarah ini dan memeliharanya dari kerusakan, sekalipun orang-orang yang membangun piramid-piramid itu adalah musuh Tuhannya. Mereka melakukan itu karena ingin melestarikan sejarah yang dapat dijadikan pelajaran. Misalnya, piramid-piramid ini menjadi saksi atas diturunkannya beberapa kitab suci. Al-Qur'an sendiri menyebutkan tentang piramid-piramid itu dan keadaan penduduknya. Selain itu, piramid meru¬pakan simbol kesabaran dan ketabahan dalam meng-hadapi bencana. Di samping, is juga menunjukkan tentang kisah dan perjalanan umat di masa lampau yang memiliki ilmu dan pemikiran yang jernih sehingga mampu membangun piramid ini. Semua ini menarik untuk diketahui. Sedangkan pada masa sekarang, orang-orang banyak melakukan sesuatu karena mengikuti hawa nafsunya."
Tentang sungai Nil, Al-Baghdadi mengatakan, "Sungai ini memiliki dua keistimewaan. Pertama, sungai ini merupakan sungai terpanjang di dunia, karena mata airnya bersumber dari gunung Al-Qamar. Mereka mengatakan bahwa gunung ini berada di seberang garis katulistiwa dengan posisi 10 derajat dari garis lintang."
Pernyataan ini menunjukkan pada luasnya wawasan Al-Baghdadi. Padahal kesimpulan seperti ini harus dida-sarkan pada pengamatan geografi yang menyeluruh agar seseorang mengetahui bahwa sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia. Dan, pernyataan ini memang benar, bahkan setelah ditemukannya benua Amerika. Kesimpulan Al-Baghdadi ini ditemukan lebih dari enam ratus tahun sebelum penemuan geografi di benua Afrika. Seseorang tidak mungkin dengan mudah mengetahui hal ini, kecuali memang memiliki pengetahuan yang luas dan daya analisa yang tajam. Mari kita lihat pernyataan Al-Baghdadi berikut ini, "Adapun keadaan lingkungan yang hijau menunjukkan tingkat curah hujan yang sedang. Karena sungai Nil pada masa lalu, apabila ada hujan deras, airnya meluap dan merusak tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya. Sedangkan apabila curah hujan berkurang, maka keadaan lingkungan yang hij au bisa bertahan lebih lama. Akan tetapi apabila hujan selalu deras, maka airnya akan membawa kotoran di rawa-rawa dan menyebar di mana-mana, sehingga merusak peman-dangan dan meninggalkan bekas-bekas yang kotor."
Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan ini menunjukkan pada pemahaman Al-Baghdadi tentang pengaruh pergerakan air dan sumber air pada kebersihan sungai Nil dari berbagai kotoran, seperti lumut, cacing, dan berbagai hewan kecil lainya. Selain itu, pernyataan ini juga menunjukkan pada kemampuannya dalam menyampaikan pendapat dengan baik dan jelas.
Metode AI-Baghdadi dalam Menulis dan Gaya Bahasanya
Al-Baghdadi merupakan seorang penulis unggulan. Dia menulis buku-bukunya dengan gaya bahasa yang khas dan mengikuti metode penulisan ilmiah yang baik. Di antaranya seperti buku-bukunya yang ditulis dalam bidang ilmu pe¬ngetahuan alam dan analisa terhadap berbagai fenomena alam dan manusia. Secara intelektual dan psikologis, dia memang dianggap profesional dalam penulisan di bidang ini. Gaya bahasanya sangat istimewa dan memiliki karakteristik berikut ini:
1. Konsisten dengan metode ilmiah: Tulisan-tulisan Al-Baghdadi dikenal tajam dan amanah. Secara berulang-ulang dia mengajak untuk banyak melakukan percobaan, pengamatan yang terus-menerus dan teliti serta mempergunakan metode meragukan pendapat orang lain. Hal ini sebagaimana yang dia jelaskan kepada orang yang mencari ilmu, "Saya nasehatkan kepadamu agar kamu tidak hanya belajar ilmu dari buku-buku saja, sekalipun kamu yakin kamu dapat memahaminya dengan baik. Kamu harus banyak memperhatikan dengan dirimu sendimu. Jangan hanya sekedar berbaik sangka, dan tunjukkan apa yang terdetik di dalam hatimu kepada para ilmuwan atau ulama tentang buku-buku karangannya. Kamu harus yakin, jangan tergesa-gesa, karena ketergesa-gesaan akan membuat celaka, dan jangan bertindak semena-mena karena kamu akan tergelincir. Orang yang tidak dekat kepada para ulama, dia tidak akan mendapatkan kemuliaan sepertinya. Orang yang tidak mempermalukannya tidak akan dicela oleh orang lain. Belajarlah terus, karena orang yang tidak merasakan sulitnya belajar, dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu."
Berikut ini salah satu contoh ketajaman analisa ilmiahnya dan metode penelitiannya dalam membandingkan antara cara mendayung yang dilakukan oleh para nelayan Mesir dan Iraq, "Para nelayan Mesir mendayung ke arah belakang. Jadi dalam mendayung mereka menyerupai orang-orang yang memintal tali yang berjalan, sedangkan dalam menggerakkan perahu mereka seperti menarik sesuatu yang berat dengan kedua tangannya, dan barang itu ada di belakangnya. Sedangkan cara mendayung para nelayan Iraq, mereka seperti orang yang mendorong sesuatu yang berat di hadapannya. Jadi perahu mereka bergerak ke arah perahu itu menghadap. Sedangkan perahu Mesir bergerak sesuai dengan arah nelayan itu menghadap. Cara mana yang lebih mudah diantara keduanya? Pembuktiannya menjadi pembahasan ilmu pengetahuan alam dan ilmu menggerakkan barang-barang berat."
2. Berani mengungkapkan pendapatnya: Sebelumnya kita telah menjelaskan bagaimana dia mengungkapkan pendapatnya secara ilmiah, bahkan sekalipun harus bertentangan dengan pendapat para ilmuwan besar.
3. Pemikiran dan pandangannya tentang fenomena alam dan kemanusiaan: Hal ini dapat dengan jelas kita lihat pada pandangan Al-Baghdadi tentang khurafat (tahayyul) yang beredar sekitar bangunan piramid dan berbagai macam peninggalan Mesir kuno. Dia mengatakan, "Apabila orang berakal melihat piramid ini, dia akan memiliki pandangan yang berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan orang awam tentang orang-orang terdahulu, yaitu bahwa umur mereka panjang dan badan mereka besar, atau mereka memiliki tongkat yang apabila dipukulkan ke batu akan pecah. Padahal menurut akal, itu tergantung kepada kemampuan tekhnik dan arsitektur yang dimilikinya, menyatunya keinginan dan kemampuan, ketekunan dalam bekerja, dan memiliki peralatan yang mampu menyelesaikan pekerjaan itu."
4. Keunggulan Al-Baghdadi dalam pemikiran ilmiahnya: Dalam tulisan-tulisan Al-Baghdadi kita menjumpai keunggulannya secara khusus dalam mengapresiasikan bentuk, gambar, dan peristiwa sehingga dengan mudah dapat tergambarkan oleh pembaca. Ini sekaligus menunjukkan pada kemampuan berpikirnya yang baik dan teratur, yang dapat kita kategorikan bahwa dia memiliki feeling morfologi yang tinggi. Tidak ada yang lebih menunjukkan hal itu, lebih dari tulisannya yang detil tentang piramid.
5. Amanah dan berhati-hati dalam keilmuannya: Keberanian tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan sikap hati-hati, amanah, dan kejujuran. Keberanian Al-Baghdadi secara ilmiah dibarengi dengan sikap kehatian-hatian dan kejujuran dalam mengutip suatu pernyataan. Hal itu sebagaimana yang dapat kita lihat dari tulisannya ketika berbicara tentang susunan kerangka tulang di daerah bokong (pantat), "Sedangkan tulang bokong, menurut Gelenus terdiri dari enam tulang, dan saya mendapatkan satu tulang dan saya menganggapnya bahwa tulang bokong itu satu. Lalu saya membandingkannya dengan mayat-mayat yang lain dan saya mendapatkan enam tulang sebagaimana yang dikatakan oleh Gelenus. Demikian juga pada kerangka-kerangka mayat lainnya saya mendapat seperti yang dikatakannya, kecuali pada dua kerangka mayat saya mendapatkan satu tulang. Semua tulang itu persendiannya sangat kuat, dan saya tidak percaya itu. Akan tetapi saya percaya akan menyatunya bagian persendian tulang paling bawah."
Demikian kita lihat ketelitian Al-Baghdadi ketika dia mengatakan dengan caranya sendiri, "Saya tidak yakin, dan bisa jadi pendapat saya tidak benar." Padahal sebenarnya, tulang bokong berdasarkan pembagiannya terdiri dari lima tulang yang lengket, seakan-akan berbentuk satu tulang, sehingga dengan demikian jumlahnya adalah enam. Sedangkan dua kerangka tulang bokong yang ditemukan oleh Al-Baghdadi yang terdiri dari satu tulang, maka sebenarnya ini karena kerangka tulang yang ditemukan oleh Al-Baghdadi masih baru dan belum terlepas antara satu tulang dengan lainnya.
6. Gaya bahasanya yang mudah dan tidak bertele-tele: Gaya bahasa Al-Baghdadi dalam tulisannya benar-benar sesuai dengan cara penulisan ilmiah dan dapat dengan mudah dipahami oleh akal seseorang. Gaya bahasanya lugas dan singkat, tidak bertele-tele, dan tidak memperhatikan kata-kata yang membuatnya dianggap berbeda dengan buku-buku pada masanya. Bahkan kita dapatkan gaya bahasanya lebih bagus dari gaya bahasa tokoh pencerahan, Rif'at Ath-Thahthawi, sekalipun jarak waktu telah memisahkan antara keduanya lebih dari enam ratus tahun.
Komentar Mereka Tentang AI-Baghdadi
Ignas Kratchkovski, seorang orientalis Rusia, berkata, "Dia adalah seorang ilmuwan yang amat teliti, memiliki kecenderungan yang besar untuk melakukan percobaan ilmiah, dan berwawasan luas."
Ibnu Abu Ushaibi'ah, seorang sejarawan, berkata, "Dia orang yang terkenal mempunyai banyak ilmu, berkepribadian luhur, dan mempunyai banyak karya tulis. Dia mahir dalam ilmu nahwu, bahasa Arab, ilmu kalam, dan kedokteran."
Sikap AI-Qafthi Terhadap AI-Baghdadi:
Dalam bukunya, "Ikhbar Al-Ulama' Bi Akbar Al-Hukama'," kita dapatkan Jamaluddin Abu Al-Hasan Al-Qafthi mengkritik Al-Baghdadi habis-habisan dan mengklaimnya bodoh disertai cercaan atas berbagai kekurangannya. Di antara yang dia katakan, misalnya; "Saya telah bertemu dengannya dan saya mencobanya, dan ternyata saya mendapatkan dia seperti orang buta yang meraba-raba, akan tetapi mengaku memiliki penglihatan yang tajam. Saya tidak percaya itu, hingga saya bertanya kepada sekolompok ilmuwan dalam berbagai macam disiplin ilmu. Mereka mengatakan tentang sesuatu yang hanpir sama dengan apa yang saya ketahui tentang Al-Baghdadi."
Di antara yang dikatakannya lagi, misalnya; "Pada tahun 628 H, dia pergi ke Iraq untuk melaksanakan ibadah haji. Dia menderita sakit ketika berada di Baghdad, lalu dia mengobati penyakitnya dengan caranya sendiri. Dia kemudian meninggal dunia pada tahun 629 H. Buku-bukunya dijual dan saya menemukan di dalam bukunya sesuatu yang sangat tidak berharga dan jauh dari sempurna. Kita berlindung kepada Allah dari berbagai fitnah dan tuduhan."
Dari sini jelas, bahwa Al-Qifti memiliki dendam pribadi dan sangat dengki kepada Al-Baghdadi karena namanya dimuat dalam buku biografi para ilmuwan. Padahal ini tentu suatu kewajaran, karena para penulis biografi akan menulis ilmuwan yang terkemuka dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap bodoh. Sebab apabila dia menulis biografi orang bodoh, tentu dia juga akan dikira bodoh. Dendam pribadi dan kedengkian Al-Qifthi ini juga diungkapkan oleh para penulis lain. Berikut pernyataan Abu Al-Falah Abdul Haya bin Al-Imad Al-Hambali dalam bukunya "Syadzrat Adz-Dzahab Fi Akhbar Min Dzahab," "Dalam buku ini dibahas Abu Muhamamd Al-Baghdadi yang bermadzhab Syafi'i, menguasai nahwu dan bahasa, kedokteran dan filsafat, dan banyak menulis buku-buku," hingga dia mengatakan, "Al-Qifti telah berusaha menjatuhkan, menzalimi, dan merampas hak-haknya."
Demikian juga yang dikatakan oleh seorang ahli fikih dan bahasa dari Mesir, Ibnu Maktum. Dia tidak percaya perkataan Al-Qifti seraya mengatakan, "Dari perkataannya, nampak bahwa Al-Qifthi berbohong dengan apa yang telah dikatakannya. Ini merupakan kebiasaannya dalam menyerang orang-orang yang hidup pada masanya dengan cara menjatuhkan martabatnya dan mengklaim bahwa dirinya mengetahui kedudukan para ilmuwan dan pengelompokannya. Tidak sedikit pun dari perkataan Al-Qifti tentang Al-Baghdadi yang mendekati kebenaran. Karena orang yang telah belajar dan membaca karyanya pasti akan mengetahui tentang hal itu."
Dalam hidup ini, memang ada orang yang selalu memiliki kebiasaan menjatuhkan orang lain, baik kepada kerabat, tetangga, dan orang-orang hidup pada masanya. Maka ketika dia mendengar seseorang meraih prestasi yang besar dalam satu bidang atau lebih lalu orang-orang mulai membicarakan dan menghormatinya, dia segera melakukan tindakan untuk mengingkarinya dan mengatakannya bodoh, tolol, dan sebagainya. Padahal sebenarnya yang bodoh adalah dirinya sendiri dan tidak mau melihat penghormatan orang lain kepadanya, atau barangkali karena pergaulannya yang bebas dia tidak lagi mampu membedakan antara kerabat, tetangga dan teman, sehingga apabila iri dan tidak suka, dia langsung menjatuhkannya.
AI-Baghdadi dan Dukun yang Mendatangkan Roh:
Al-Baghdadi adalah orang yang logis, realistis, dan ilmiah serta menolak khurafat (tahayul). Tidak ada seorang pun yang tahu mengapa dia dipilih oleh dukun Inggris, R. H. Sonders sebagai contoh dalam bukunya"Isti'adatush Shihhah Wal Hifaz Alaiha" yang diterbitkan pada tahun 1928 M. Dalam buku itu, dia mengaku bahwa roh Abdul Latif Al-Baghdadi bekerja sebagai penasehat spiritual dan bahwa dia selalu berkomunikasi dengan murid-muridnya dalam acara-acara menghadirkan roh, agar mereka mendapatkan nasehat berkenaan' dengan masalah kehidupan, pengetahuan filsafat, ilmu kesehatan, dan kedokteran. Ini semua tentu penuh dengan khufarat dan kebatilan tentang seorang Al-Baghdadi dan riwayat hidupnya. Namun anehnya, buku ini laris manis, sehingga seorang penulis, Sir Arthur Conan Doyle sempat mener-bitkan buku sejenis dan mempermainkan nama Al-Baghdadi dengan cara yang sama.
Dalam buku "The Eastern Key" yang diterbitkan di London pada tahun 1964, yang juga berisi terjemah buku "Al-I fadah Wa Al-I'tibar" dalam bahasa Inggris, para penulisnya mengatakan bahwa roh itu tetap kekal setelah jasad telah hancur. Mereka menegaskan bahwa roh mulia seperti roh Al-Baghdadi tidak hanya sekedar kekal, melainkan secara alami juga akan me¬ngemban risalah dalam memberikan petunjuk kepada manusia, mengobati penyakit, dan meringankan penderitaan mereka.
Dengan demikian, menurut mereka, Al-Baghdadi setelah matinya menjadi "guru dunia yang membimbing sekolompok orang untuk kemaslahatan manusia." Para penulis itu juga mengatakan bahwa pertama kali mereka berhubungan dengan rob Al-Baghdadi pada tahun 1957, dan dilakukan dengan acara ritual kerohanian, dan bahwa roh itu meminta kepada mereka kopi dari buku "Al-I fadah Wa Al-I'tibar" dan buku tersebut lalu dihadiahkan ke musium Britania. Mereka juga mengatakan bahwa roh itu berjanji mengirim seorang penerjemah untuk mener jemahkan buku itu ke dalam bahasa Inggris. Dia benar-benar menepati janji dan mengirim seorang yang ber-kebangsaan Irak menjadi penerjemah buku itu."
Kita mungkin dapat membayangkan bahwa roh Abdul Latif Al-Baghdadi, kalau memang bisa berbicara -dengan izin Allah dia akan mengatakan kepada orang-orang Barat yang melihat sebagai berikut,
“Wahai orang-orang barat angkat kakilah kalian dari negara-negara Islam dan negara-negara dunia ketiga yang miskin. Berhentilah menguasai harta dan kekayaan alam mereka! Berhentilah melakukan tipu daya, setiap kali mereka ingin menyelamatkan diri dari cengkraman kalian!
Berhentilah kalian dalam memperalat Palestina, dan kembalikanlah Palestina kepada pemilik yang sebenarnya, yang kalian siksa dengan tangan-tangan kalian dan melalui tangan anak angkat kalian "zionisme"
Berilah batasan yang jelas tentang "hak asasi manusia." Itulah kebiadaban yang kalian lakukan untuk menghancurkan negara-negara kecil dan merampas harta kekayaannya, kemudian terakhir kalian berteriak tentang hak-hak manusia.
Wahai orang-orang Barat, belajarlah menghormati agama orang lain dan mengakui nilai-nilai sosial yang luhur pada orang lain. Berhentilah mencampuri urusan orang lain dan bertindak semena-mena sesuai dengan keinginan hawa nafsu kalian yang justru semakin memicu timbulnya egoisme yang tak tertandingi.
Pada masa kanak-kanak, Al-Baghdadi sudah mem-pelajari hadits, nahwu, bahasa, dan ilmu kalam. Dia adalah seorang anak yang giat belajar dan gemar terhadap ilmu serta tidak suka menghabiskan waktunya hanya dengan bermain dan bersenda gurau. Dia belajar kepada Syaikh Kamaluddin Al-Anbari dan muridnya, Al-Wasithi. Di kota Mosul, dia belajar ilmu matematika dan fikih kepada Syaikh Al-Kamal bin Yunus. Kemudian di Mesir, dia menjalin hubungan baik dengan seorang filsuf Yahudi terkenal yang bernama Musa Ibnu Maimun dan juga dengan Abu Al Qasim Asy Syari'i. Sedangkan ketika berada di kota Damaskus, dia menyempatkan diri untuk mempelajari buku-buku Yunani tentang kedokteran dan filsafat.
Penemuan-penemuan AI-Baghdadi
1. Dalam ilmu Anatomi: Al-Baghdadi berhasil menyimpulkan bahwa tulang rahang bawah hanya terdiri dari satu tulang. Dengan demikian ia telah membantah pendapat Galenus dan para dokter yang sependapat dengannya. Al-Baghdadi berkata, "Semua ilmuwan telah berkesimpulan bahwa tulang rahang bawah terdiri dari dari dua tulang dengan persendian yang kuat di langit-langit mulut. Sedangkan yang kita saksikan dari bentuk organ tubuh, ia hanya mempunyai satu tulang dan tidak memiliki persendian.
2. Al-Baghdadi berhasil membedakan semua bagian tempurung kepala secara detil, mulai dari bagian terkecil hingga bagian yang paling menonjol. Karya tulis Al-Baghdadi tentang bagian tengkorak merupakan suatu bukti kuat akan adanya praktik operasi tempurung kepala pada masa Islam dan seka-ligus membantah apa yang pernah dikatakan oleh para orientalis Barat bahwa para dokter Arab hanya menukil cara operasi tersebut di atas kertas tanpa terlibat secara langsung.
Karya Tulis AI-Baghdadi
Ibnu Abu Ushaibi'ah di dalam 'Uyun Al-Anba` mengatakan bahwa Al-Baghdadi mempunyai karya tulis dalam ilmu bahasa, fikih, sastra, tauhid, sejarah, pendidikan, kedokteran, matematika, pertambangan, filsafat, mantiq, dan politik. Di antara sebagian karyanya adalah sebagai berikut:
- "Al IfadahWa Al-Ttibar Fi Al-Umur Al-Musyahadah Wa Al-Hawadits Al-Mu'ayinah Bi Ardhi Misr. Buku ini akan kita kupas secara panjang lebar.
- "Ath Thib Min Al-Kitab Wa As-Sunnah"
- "Maqalah Fi Al-Hawas"
- "Maqalah Fi Ba'dh Al-Masa'il Ath Thabi'iyyah"
- "Syarh Al-Fushul Abqarat Li Jalinius"
- "Syarh Al-Masa'il Hanin"
- "SyarhTagaddumah Al-Ma'rifah Li Abqarath"
- "Maqalah An Mahiyah Al-Makan Bihasbi Ra'yi Ibni Al Haitsam"
- "Risalah Fi Mujadilah Al-Hakimain Al-Kimiai Wa An-Nazhari"
- "Risalah Fi Al-Ma'adin Wa Ibthal Al-Kimia"
- "Kitab An Nashihatain Min Abdillah Bin Yusu f Ila An-Nas Kaffah Syathruhu Muwajjah Li Al Athibba' Wa Al-Akhar Li Al-Falasifah"
Untuk mengatakan yang sebenarnya, saya telah membaca tesis terakhir dan kami dapatkan masih ada hubungannya dengan ilmu itu. Karena tesis ini menjelaskan tentang penyakit diabetes (penyakit kencing manis). Tesis ini juga membahas tentang teori pergaulan, keadaan cuaca yang panas, dan tingkat kelembaban badan, serta lainnya dari berbagai pemikiran Yunani yang merupakan "titik hitam" satu-satunya dalam lembaran kedokteran Arab yang putih jernih. Namun kita tidak bisa lari untuk meminta maaf kepada Al-Baghadadi dan para ilmuwan yang hidup pada masanya dan setelahnya, karena pemahaman tentang penyakit yang berhubungan dengan tugas-tugas anggota badan tidak mustahil telah ditemukan sebelum masa sekarang, mengingat pada saat itu telah ada ilmu psikologi, kimia, dan histologi, sehingga juga memungkinkan diketahuinya sebab¬sebab penyakit kencing manis dan juga ditemukan cara pengobatannya.
Buku "Al-Ifadah Wa AI-I'tibar"
Buku ini secara lengkap berjudul seperti yang telah kami sebutkan, yaitu suatu buku kecil akan tetapi sangat jelas dalam menggambarkan pemikiran Al-Baghdadi dan orientasinya - sebagaimana dia juga memiliki pengetahuan yag penting tentang sebagian peristiwa yang terjadi di Mesir. Dalam buku ini, Al-Baghdadi menulis tentang rakyat Mesir, keadaan tanahnya, sungai Nil, tumbuhannya, pertaniannya, hewan-hewan yang ada di dalamnya, berbagai macam peninggalan sejarahnya, pola hidup masyakaratnya, cara makan, tempat tinggal dan lain-lainnya. Dia menceritakan tentang dua peristiwa yang menimpa Mesir pada tahun 597 H (1201 M). Kedua peristiwa ini adalah kelaparan yang diakibatkan oleh paceklik dan gempa bumi. Selain itu, buku ini juga berisi tentang catatan-catatan kedokteran penting dan berbagai pemikiran Al-Baghdadi yang unggul dari pemikiran para ilmuwan pada masanya.
Beberapa Artikel Petikan dari Buku "AI-Ifadah Wal I'tibar"
Tentang tumbuh-tumbuhan: Dia mengatakan tentang pohon jamiz (ficus sycamorus) "Di antara pepohonan yang ada di Mesir adalah pohon jamiz yang sangat banyak dan bertebaran di berbagai tempat. Saya pernah melihat pohon seperti ini di Asqalan dan tepi pantai, buahnya seperti buah tin darat. Buahnya menempel di dahan dan bukan di bawah daun. Beberapa hari sebelum tiba masa panen, biasa seseorang membawa besi dan menepukkan kepadanya sebiji demi sebiji sehingga dia mengeluarkan getah putih, kemudian dibiarkan begitu saja. Buah bisa menjadi dengan cara dikeluarkan getahnya seperti ini. Bahkan ada buahnya yang sangat manis melebihi manisnya buah tin. Pohon dari buah ini besar seperti pohon kelapa. Apabila getah buah ini mengenai baju, ia akan menjadi warna merah ketika kering. Pohonnya bisa dijadikan bahan bangunan dan dibuat pintu serta perkakas rumah lainnya. Pohon ini bertahan sepanjang masa dan tahan hidup sekalipun tidak ada air dan diterpa terik matahari."
Tentang hewan: Dia mengatakan tentang kuda laut, "Di antara berbagai jenis hewan, ada hewan bernama kuda laut. Hewan ini biasanya hidup di kedalaman tanah, terutama di laut Dimyat. Hewan ini bentuknya besar, sangat kuat, mengikuti perahu, dan mampu untuk menghancurkannya. Dia lebih mirip dengan kerbau. Akan tetapi dia tidak memiliki tanduk. Suaranya menyerupai suara keledai. Dia berbadan besar, bergigi taring yang tajam, berbadan lebar, kakinya pendek, lompatannya kuat, dorongannya kencang, dan sangat menakutkan sekali."
Tentang peninggalan bersejarah: Dia mengatakan tentang piramid, "Apabila Anda renungkan niscaya Anda menjumpai bahwa pikiran cemerlang telah dimanfaatkan untuk membuat piramid itu, dan akal yang jernih telah berpikir keras merancangnya. Kemampuan arsitektur yang handal telah menjadikannya karya yang besar. Piramid ini seolah-olah memberitahukan tentang keadaan penduduk negerinya, berbicara dan memberitahukan tentang kecerdasan akal mereka, serta menggambarkan tentang prilaku hidup mereka. Hal itu, karena mereka membuatnya berbentuk kerucut, yang dimulai dengan kaedah segi empat kemudian berakhir pada satu titik.
Di antara keistimewaan bentuk kerucut adalah bahwa tumpuan berat terletak di bagian tengahnya. Jadi ia berdiri sendiri dan juga bersandar pada dirinya sendiri. Antara satu bagian dengan bagian lainnya saling memperkokoh pendiriannya. Ia tidak memiliki sisi yang membuat bisa jatuh. Yang menarik dari piramid ini adalah karena bentuknya segi empat yang mengarah kepada empat penjuru mata angin, sehingga angin bisa membelah ketika dia membentuk sudutnya. Ketika kita melihat atap piramid, mari kita lihat dua piramid yang besar.
Orang-orang yang pernah mengukurnya mengatakan bahwa masing-masing ruasnya adalah adalah empat ratus depa, baik panjang maupun luasnya. Sedangkan tinggi tiang-tiangnya adalah empat ratus depa. Ini semua dengan ukuran depa orang kulit hitam. Kerucut terpotong di bagian atasnya dan ini diperkirakan mencapai sepuluh depa. Namun ketika saya menyaksikan kedua piramid tersebut bersama seorang teman pemanah, dia mengarahkan panahnya ke atasnya lalu menembakkannya, akan tetapi panah itu tidak mencapai pertengahannya. Dia kemudian memberitahukan saya bahwa di kampung ada orang yang biasa memanjat piramid tanpa mengalami kesulitan. Kami menemui orang itu dan mengajaknya untuk memanjat piramid. Dia memanjatnya layaknya memanjat tangga, bahkan dia bisa bergerak cepat dan mendaki dengan sandalnya. Sebelumnya saya sudah menyuruhnya agar apabila dia sampai ke puncaknya, dia hendaknya mengukurnya dengan kain serbannya.
Ketika dia turun, kami mendepai kain serban itu dan ternyata hanya sebelas depa dengan ukuran tangan. Padahal sebelumnya saya mendengar orang yang menghitung tingginya mengatakan bahwa tinggi tiangnya adalah tiga ratus tujuh belas depa, dan ruas masing-masing atap yang berbentuk segi tiga adalah empat ratus enam puluh depa. Saya melihat ukuran ini salah. Akan tetapi kalau dia menghitungnya empat ratus depa, maka ini benar. Dan, andaikan saya mampu memanjatnya, saya akan mengukurnya sendiri."
Pembicaraannya tentang piramid dipenuhi dengan ide-ide cemerlang yang menunjukkan pada ketelitiannya dalam mengamati. Dari perkataannya ini jelas bahwa dia adalah seorang pemerhati peninggalan-peninggalan bersejarah. Sebagaimana dia juga mengatakan pernyataan sebagai berikut:
"Raja Utsman bin Yusuf ketika memerdekakan diri setelah ayahnya wafat, para sahabatnya yang bodoh membisikkan kepadanya agar merobohkan peninggalan-peninggalan ini. Maka dimulailah pembongkaran pada piramid yang paling kecil."
Menurut sebagian penulis, apa yang dikatakan oleh Al-Baghdadi pada pernyataan di atas cukup menjadi bukti baginya sebagai pemerhati peninggalan bersejarah dan luasnya pandangannya.
Dia menambahkan dalam bukunya, "Para raja masih mempertahankan berdirinya peninggalan-peninggalan bersejarah ini dan memeliharanya dari kerusakan, sekalipun orang-orang yang membangun piramid-piramid itu adalah musuh Tuhannya. Mereka melakukan itu karena ingin melestarikan sejarah yang dapat dijadikan pelajaran. Misalnya, piramid-piramid ini menjadi saksi atas diturunkannya beberapa kitab suci. Al-Qur'an sendiri menyebutkan tentang piramid-piramid itu dan keadaan penduduknya. Selain itu, piramid meru¬pakan simbol kesabaran dan ketabahan dalam meng-hadapi bencana. Di samping, is juga menunjukkan tentang kisah dan perjalanan umat di masa lampau yang memiliki ilmu dan pemikiran yang jernih sehingga mampu membangun piramid ini. Semua ini menarik untuk diketahui. Sedangkan pada masa sekarang, orang-orang banyak melakukan sesuatu karena mengikuti hawa nafsunya."
Tentang sungai Nil, Al-Baghdadi mengatakan, "Sungai ini memiliki dua keistimewaan. Pertama, sungai ini merupakan sungai terpanjang di dunia, karena mata airnya bersumber dari gunung Al-Qamar. Mereka mengatakan bahwa gunung ini berada di seberang garis katulistiwa dengan posisi 10 derajat dari garis lintang."
Pernyataan ini menunjukkan pada luasnya wawasan Al-Baghdadi. Padahal kesimpulan seperti ini harus dida-sarkan pada pengamatan geografi yang menyeluruh agar seseorang mengetahui bahwa sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia. Dan, pernyataan ini memang benar, bahkan setelah ditemukannya benua Amerika. Kesimpulan Al-Baghdadi ini ditemukan lebih dari enam ratus tahun sebelum penemuan geografi di benua Afrika. Seseorang tidak mungkin dengan mudah mengetahui hal ini, kecuali memang memiliki pengetahuan yang luas dan daya analisa yang tajam. Mari kita lihat pernyataan Al-Baghdadi berikut ini, "Adapun keadaan lingkungan yang hijau menunjukkan tingkat curah hujan yang sedang. Karena sungai Nil pada masa lalu, apabila ada hujan deras, airnya meluap dan merusak tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya. Sedangkan apabila curah hujan berkurang, maka keadaan lingkungan yang hij au bisa bertahan lebih lama. Akan tetapi apabila hujan selalu deras, maka airnya akan membawa kotoran di rawa-rawa dan menyebar di mana-mana, sehingga merusak peman-dangan dan meninggalkan bekas-bekas yang kotor."
Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan ini menunjukkan pada pemahaman Al-Baghdadi tentang pengaruh pergerakan air dan sumber air pada kebersihan sungai Nil dari berbagai kotoran, seperti lumut, cacing, dan berbagai hewan kecil lainya. Selain itu, pernyataan ini juga menunjukkan pada kemampuannya dalam menyampaikan pendapat dengan baik dan jelas.
Metode AI-Baghdadi dalam Menulis dan Gaya Bahasanya
Al-Baghdadi merupakan seorang penulis unggulan. Dia menulis buku-bukunya dengan gaya bahasa yang khas dan mengikuti metode penulisan ilmiah yang baik. Di antaranya seperti buku-bukunya yang ditulis dalam bidang ilmu pe¬ngetahuan alam dan analisa terhadap berbagai fenomena alam dan manusia. Secara intelektual dan psikologis, dia memang dianggap profesional dalam penulisan di bidang ini. Gaya bahasanya sangat istimewa dan memiliki karakteristik berikut ini:
1. Konsisten dengan metode ilmiah: Tulisan-tulisan Al-Baghdadi dikenal tajam dan amanah. Secara berulang-ulang dia mengajak untuk banyak melakukan percobaan, pengamatan yang terus-menerus dan teliti serta mempergunakan metode meragukan pendapat orang lain. Hal ini sebagaimana yang dia jelaskan kepada orang yang mencari ilmu, "Saya nasehatkan kepadamu agar kamu tidak hanya belajar ilmu dari buku-buku saja, sekalipun kamu yakin kamu dapat memahaminya dengan baik. Kamu harus banyak memperhatikan dengan dirimu sendimu. Jangan hanya sekedar berbaik sangka, dan tunjukkan apa yang terdetik di dalam hatimu kepada para ilmuwan atau ulama tentang buku-buku karangannya. Kamu harus yakin, jangan tergesa-gesa, karena ketergesa-gesaan akan membuat celaka, dan jangan bertindak semena-mena karena kamu akan tergelincir. Orang yang tidak dekat kepada para ulama, dia tidak akan mendapatkan kemuliaan sepertinya. Orang yang tidak mempermalukannya tidak akan dicela oleh orang lain. Belajarlah terus, karena orang yang tidak merasakan sulitnya belajar, dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu."
Berikut ini salah satu contoh ketajaman analisa ilmiahnya dan metode penelitiannya dalam membandingkan antara cara mendayung yang dilakukan oleh para nelayan Mesir dan Iraq, "Para nelayan Mesir mendayung ke arah belakang. Jadi dalam mendayung mereka menyerupai orang-orang yang memintal tali yang berjalan, sedangkan dalam menggerakkan perahu mereka seperti menarik sesuatu yang berat dengan kedua tangannya, dan barang itu ada di belakangnya. Sedangkan cara mendayung para nelayan Iraq, mereka seperti orang yang mendorong sesuatu yang berat di hadapannya. Jadi perahu mereka bergerak ke arah perahu itu menghadap. Sedangkan perahu Mesir bergerak sesuai dengan arah nelayan itu menghadap. Cara mana yang lebih mudah diantara keduanya? Pembuktiannya menjadi pembahasan ilmu pengetahuan alam dan ilmu menggerakkan barang-barang berat."
2. Berani mengungkapkan pendapatnya: Sebelumnya kita telah menjelaskan bagaimana dia mengungkapkan pendapatnya secara ilmiah, bahkan sekalipun harus bertentangan dengan pendapat para ilmuwan besar.
3. Pemikiran dan pandangannya tentang fenomena alam dan kemanusiaan: Hal ini dapat dengan jelas kita lihat pada pandangan Al-Baghdadi tentang khurafat (tahayyul) yang beredar sekitar bangunan piramid dan berbagai macam peninggalan Mesir kuno. Dia mengatakan, "Apabila orang berakal melihat piramid ini, dia akan memiliki pandangan yang berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan orang awam tentang orang-orang terdahulu, yaitu bahwa umur mereka panjang dan badan mereka besar, atau mereka memiliki tongkat yang apabila dipukulkan ke batu akan pecah. Padahal menurut akal, itu tergantung kepada kemampuan tekhnik dan arsitektur yang dimilikinya, menyatunya keinginan dan kemampuan, ketekunan dalam bekerja, dan memiliki peralatan yang mampu menyelesaikan pekerjaan itu."
4. Keunggulan Al-Baghdadi dalam pemikiran ilmiahnya: Dalam tulisan-tulisan Al-Baghdadi kita menjumpai keunggulannya secara khusus dalam mengapresiasikan bentuk, gambar, dan peristiwa sehingga dengan mudah dapat tergambarkan oleh pembaca. Ini sekaligus menunjukkan pada kemampuan berpikirnya yang baik dan teratur, yang dapat kita kategorikan bahwa dia memiliki feeling morfologi yang tinggi. Tidak ada yang lebih menunjukkan hal itu, lebih dari tulisannya yang detil tentang piramid.
5. Amanah dan berhati-hati dalam keilmuannya: Keberanian tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan sikap hati-hati, amanah, dan kejujuran. Keberanian Al-Baghdadi secara ilmiah dibarengi dengan sikap kehatian-hatian dan kejujuran dalam mengutip suatu pernyataan. Hal itu sebagaimana yang dapat kita lihat dari tulisannya ketika berbicara tentang susunan kerangka tulang di daerah bokong (pantat), "Sedangkan tulang bokong, menurut Gelenus terdiri dari enam tulang, dan saya mendapatkan satu tulang dan saya menganggapnya bahwa tulang bokong itu satu. Lalu saya membandingkannya dengan mayat-mayat yang lain dan saya mendapatkan enam tulang sebagaimana yang dikatakan oleh Gelenus. Demikian juga pada kerangka-kerangka mayat lainnya saya mendapat seperti yang dikatakannya, kecuali pada dua kerangka mayat saya mendapatkan satu tulang. Semua tulang itu persendiannya sangat kuat, dan saya tidak percaya itu. Akan tetapi saya percaya akan menyatunya bagian persendian tulang paling bawah."
Demikian kita lihat ketelitian Al-Baghdadi ketika dia mengatakan dengan caranya sendiri, "Saya tidak yakin, dan bisa jadi pendapat saya tidak benar." Padahal sebenarnya, tulang bokong berdasarkan pembagiannya terdiri dari lima tulang yang lengket, seakan-akan berbentuk satu tulang, sehingga dengan demikian jumlahnya adalah enam. Sedangkan dua kerangka tulang bokong yang ditemukan oleh Al-Baghdadi yang terdiri dari satu tulang, maka sebenarnya ini karena kerangka tulang yang ditemukan oleh Al-Baghdadi masih baru dan belum terlepas antara satu tulang dengan lainnya.
6. Gaya bahasanya yang mudah dan tidak bertele-tele: Gaya bahasa Al-Baghdadi dalam tulisannya benar-benar sesuai dengan cara penulisan ilmiah dan dapat dengan mudah dipahami oleh akal seseorang. Gaya bahasanya lugas dan singkat, tidak bertele-tele, dan tidak memperhatikan kata-kata yang membuatnya dianggap berbeda dengan buku-buku pada masanya. Bahkan kita dapatkan gaya bahasanya lebih bagus dari gaya bahasa tokoh pencerahan, Rif'at Ath-Thahthawi, sekalipun jarak waktu telah memisahkan antara keduanya lebih dari enam ratus tahun.
Komentar Mereka Tentang AI-Baghdadi
Ignas Kratchkovski, seorang orientalis Rusia, berkata, "Dia adalah seorang ilmuwan yang amat teliti, memiliki kecenderungan yang besar untuk melakukan percobaan ilmiah, dan berwawasan luas."
Ibnu Abu Ushaibi'ah, seorang sejarawan, berkata, "Dia orang yang terkenal mempunyai banyak ilmu, berkepribadian luhur, dan mempunyai banyak karya tulis. Dia mahir dalam ilmu nahwu, bahasa Arab, ilmu kalam, dan kedokteran."
Sikap AI-Qafthi Terhadap AI-Baghdadi:
Dalam bukunya, "Ikhbar Al-Ulama' Bi Akbar Al-Hukama'," kita dapatkan Jamaluddin Abu Al-Hasan Al-Qafthi mengkritik Al-Baghdadi habis-habisan dan mengklaimnya bodoh disertai cercaan atas berbagai kekurangannya. Di antara yang dia katakan, misalnya; "Saya telah bertemu dengannya dan saya mencobanya, dan ternyata saya mendapatkan dia seperti orang buta yang meraba-raba, akan tetapi mengaku memiliki penglihatan yang tajam. Saya tidak percaya itu, hingga saya bertanya kepada sekolompok ilmuwan dalam berbagai macam disiplin ilmu. Mereka mengatakan tentang sesuatu yang hanpir sama dengan apa yang saya ketahui tentang Al-Baghdadi."
Di antara yang dikatakannya lagi, misalnya; "Pada tahun 628 H, dia pergi ke Iraq untuk melaksanakan ibadah haji. Dia menderita sakit ketika berada di Baghdad, lalu dia mengobati penyakitnya dengan caranya sendiri. Dia kemudian meninggal dunia pada tahun 629 H. Buku-bukunya dijual dan saya menemukan di dalam bukunya sesuatu yang sangat tidak berharga dan jauh dari sempurna. Kita berlindung kepada Allah dari berbagai fitnah dan tuduhan."
Dari sini jelas, bahwa Al-Qifti memiliki dendam pribadi dan sangat dengki kepada Al-Baghdadi karena namanya dimuat dalam buku biografi para ilmuwan. Padahal ini tentu suatu kewajaran, karena para penulis biografi akan menulis ilmuwan yang terkemuka dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap bodoh. Sebab apabila dia menulis biografi orang bodoh, tentu dia juga akan dikira bodoh. Dendam pribadi dan kedengkian Al-Qifthi ini juga diungkapkan oleh para penulis lain. Berikut pernyataan Abu Al-Falah Abdul Haya bin Al-Imad Al-Hambali dalam bukunya "Syadzrat Adz-Dzahab Fi Akhbar Min Dzahab," "Dalam buku ini dibahas Abu Muhamamd Al-Baghdadi yang bermadzhab Syafi'i, menguasai nahwu dan bahasa, kedokteran dan filsafat, dan banyak menulis buku-buku," hingga dia mengatakan, "Al-Qifti telah berusaha menjatuhkan, menzalimi, dan merampas hak-haknya."
Demikian juga yang dikatakan oleh seorang ahli fikih dan bahasa dari Mesir, Ibnu Maktum. Dia tidak percaya perkataan Al-Qifti seraya mengatakan, "Dari perkataannya, nampak bahwa Al-Qifthi berbohong dengan apa yang telah dikatakannya. Ini merupakan kebiasaannya dalam menyerang orang-orang yang hidup pada masanya dengan cara menjatuhkan martabatnya dan mengklaim bahwa dirinya mengetahui kedudukan para ilmuwan dan pengelompokannya. Tidak sedikit pun dari perkataan Al-Qifti tentang Al-Baghdadi yang mendekati kebenaran. Karena orang yang telah belajar dan membaca karyanya pasti akan mengetahui tentang hal itu."
Dalam hidup ini, memang ada orang yang selalu memiliki kebiasaan menjatuhkan orang lain, baik kepada kerabat, tetangga, dan orang-orang hidup pada masanya. Maka ketika dia mendengar seseorang meraih prestasi yang besar dalam satu bidang atau lebih lalu orang-orang mulai membicarakan dan menghormatinya, dia segera melakukan tindakan untuk mengingkarinya dan mengatakannya bodoh, tolol, dan sebagainya. Padahal sebenarnya yang bodoh adalah dirinya sendiri dan tidak mau melihat penghormatan orang lain kepadanya, atau barangkali karena pergaulannya yang bebas dia tidak lagi mampu membedakan antara kerabat, tetangga dan teman, sehingga apabila iri dan tidak suka, dia langsung menjatuhkannya.
AI-Baghdadi dan Dukun yang Mendatangkan Roh:
Al-Baghdadi adalah orang yang logis, realistis, dan ilmiah serta menolak khurafat (tahayul). Tidak ada seorang pun yang tahu mengapa dia dipilih oleh dukun Inggris, R. H. Sonders sebagai contoh dalam bukunya"Isti'adatush Shihhah Wal Hifaz Alaiha" yang diterbitkan pada tahun 1928 M. Dalam buku itu, dia mengaku bahwa roh Abdul Latif Al-Baghdadi bekerja sebagai penasehat spiritual dan bahwa dia selalu berkomunikasi dengan murid-muridnya dalam acara-acara menghadirkan roh, agar mereka mendapatkan nasehat berkenaan' dengan masalah kehidupan, pengetahuan filsafat, ilmu kesehatan, dan kedokteran. Ini semua tentu penuh dengan khufarat dan kebatilan tentang seorang Al-Baghdadi dan riwayat hidupnya. Namun anehnya, buku ini laris manis, sehingga seorang penulis, Sir Arthur Conan Doyle sempat mener-bitkan buku sejenis dan mempermainkan nama Al-Baghdadi dengan cara yang sama.
Dalam buku "The Eastern Key" yang diterbitkan di London pada tahun 1964, yang juga berisi terjemah buku "Al-I fadah Wa Al-I'tibar" dalam bahasa Inggris, para penulisnya mengatakan bahwa roh itu tetap kekal setelah jasad telah hancur. Mereka menegaskan bahwa roh mulia seperti roh Al-Baghdadi tidak hanya sekedar kekal, melainkan secara alami juga akan me¬ngemban risalah dalam memberikan petunjuk kepada manusia, mengobati penyakit, dan meringankan penderitaan mereka.
Dengan demikian, menurut mereka, Al-Baghdadi setelah matinya menjadi "guru dunia yang membimbing sekolompok orang untuk kemaslahatan manusia." Para penulis itu juga mengatakan bahwa pertama kali mereka berhubungan dengan rob Al-Baghdadi pada tahun 1957, dan dilakukan dengan acara ritual kerohanian, dan bahwa roh itu meminta kepada mereka kopi dari buku "Al-I fadah Wa Al-I'tibar" dan buku tersebut lalu dihadiahkan ke musium Britania. Mereka juga mengatakan bahwa roh itu berjanji mengirim seorang penerjemah untuk mener jemahkan buku itu ke dalam bahasa Inggris. Dia benar-benar menepati janji dan mengirim seorang yang ber-kebangsaan Irak menjadi penerjemah buku itu."
Kita mungkin dapat membayangkan bahwa roh Abdul Latif Al-Baghdadi, kalau memang bisa berbicara -dengan izin Allah dia akan mengatakan kepada orang-orang Barat yang melihat sebagai berikut,
“Wahai orang-orang barat angkat kakilah kalian dari negara-negara Islam dan negara-negara dunia ketiga yang miskin. Berhentilah menguasai harta dan kekayaan alam mereka! Berhentilah melakukan tipu daya, setiap kali mereka ingin menyelamatkan diri dari cengkraman kalian!
Berhentilah kalian dalam memperalat Palestina, dan kembalikanlah Palestina kepada pemilik yang sebenarnya, yang kalian siksa dengan tangan-tangan kalian dan melalui tangan anak angkat kalian "zionisme"
Berilah batasan yang jelas tentang "hak asasi manusia." Itulah kebiadaban yang kalian lakukan untuk menghancurkan negara-negara kecil dan merampas harta kekayaannya, kemudian terakhir kalian berteriak tentang hak-hak manusia.
Wahai orang-orang Barat, belajarlah menghormati agama orang lain dan mengakui nilai-nilai sosial yang luhur pada orang lain. Berhentilah mencampuri urusan orang lain dan bertindak semena-mena sesuai dengan keinginan hawa nafsu kalian yang justru semakin memicu timbulnya egoisme yang tak tertandingi.
- Tahu dirilah kalian! Karena umur kekuasaan kalian di muka bumi ini baru saja tiga abad, sedangkan umur kekusaan bangsa lainnya mencapai ribuan tahun. Ingatlah bahwa roda waktu terus berputar, dan tidak ada suatu bangsa pun di muka bumi ini yang akan bertahan kekal di atasnya!
- Terakhir, apabila kalian memiliki niat untuk berdamai dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, maka lihat masyarakat kalian yang rusak dan tidak bermoral, agar kalian terbebas dari prilaku seks menyimpang dan terhindar dari penyakit AIDS akibat saling tukar dan ganti pasangan, dan agar anak-anak gadis kalian merasa terhormat dan tidak tenggelam ke dalam praktik seks bebas pada usianya yang sedang mekar.
No comments: