5 Fakta Kelam Tentang Natal Yang Jarang Diketahui

Tuesday, December 26, 2017

25 desember merupakan hari libur nasional untuk perayaan Natal di Indonesia. Natal sendiri diyakini sebagai hari raya bagi pemeluk agama kristen seluruh dunia. Perayaan ini juga dihiasi dengan pohon natal, lampu kerlap-kerlip, bagi-bagi kado, makan bersama hingga sinterklaus. Namun tahukah, jika dibalik keceriaan natal ternyata menyimpan sebuah fakta kelam yang belum banyak diketahui? inilah dia 5 fakta kelam tentang natal.


Asal Muasal Natal

Banyak orang percaya bahwa Natal adalah perayaan kelahiran Yesus. Tetapi, banyak sejarawan menyatakan bahwa tanggal lahir Yesus tidak diketahui. Menurut The Christian Book of Why, menyebutkan bahwa ”orang Kristen masa awal tidak mau mengkhususkan suatu tanggal untuk kelahiran Yesus” karena mereka mau ”memisahkan diri dari semua kebiasaan kafir”.


Iya, faktanya Perayaan Natal awalnya berasal dari festival pagan seperti Saturnalia (17-23 Desember), Kalend (1-5 Januari, awal dari Duabelas Hari Natal), dan Deus Sol Invictus atau Lahirnya dewa Matahari (25 Desember). Namun pada abad ke-4, ketika Gereja Katolik dibawah kuasa Raja konstantin memutuskan untuk mengakui kelahiran Yesus sebagai hari libur resmi, Paus Julius I memilih 25 Desember untuk Pesta Kelahiran Yesus yang bertepatan hari dewa matahari atau Solar Invicti untuk mendoktrin orang-orang Pagan Yunani bahwa Yesus adalah dewa Matahari itu.

Lebih lanjut malahan, tidak ada catatan dalam Alkitab bahwa Yesus pernah merayakan hari lahirnya sendiri ataupun orang lain. Dalam Lukas 22:19 Ia justru memerintahkan para pengikutnya untuk memperingati kematiannya.


Perbedaan Tanggal Perayaan Natal

Jika Gereja Katolik oleh Paus Julius I memilih tanggal 25 Desember sebagai perayaan Natal. Faktanya, tidak semua pengikut ajaran Kristen bernatal pada hari itu. Sebagian umat atau Gereja Ortodoks Timur masih tetap merayakan Natal pada 6 atau 7 Januari.

Gereja Kristen Ortodoks Armenia di berbagai negara, juga Kristen Coptic di Mesir, merayakan Natal pada 6 Januari. Kristen Ortodoks Timur di negara-negara bekas Uni Soviet merayakan Natal pada 7 Januari.

Ukraina sendiri baru mulai 2017 mengakui tanggal 25 Desember sebagai hari libur resmi untuk Natal. Sebelumnya Ukraina hanya mengakui secara resmi Natal pada 7 Januari.

Uskup Abraham dari Keuskupan Fayoum beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa perbedaan ini bersumber dari penggunaan kalender yang berbeda di kalangan lembaga gereja di seluruh dunia.

Kristen Ortodoks sendiri juga memiliki perayaan Natal yang berbeda dengan umumnya. Sebelum hari raya tiba, mereka berpuasa selama 43 hari. Baru setelah genap puasanya, mereka lantas bergembira menyambut Natal. Hal ini tentu berlainan dengan tradisi Natal yang dianut gereja di belahan bumi lain.

Asal Muasal Sinterklas

Sinterklas, tokoh yang selalu hadir di berbagai media ketika masa-masa Natal menjelang. Tokoh ini sangat identik sebagai sosok yang suka membagikan hadiah kepada setiap anak baik pada malam Natal. Nama Sinterklas atau Santa Claus pertama kali diperkenalkan pada sebuah cerita pendek di tahun 1773 di sebuah surat kabar New York. Nama itu terinspirasi dari Sinterklas versi Jerman, yang kemudian diputuskan untuk menjadi nama tetap untuk mengenang cerita Uskup Saint Nicholas.

Nama Santa Claus berbeda-beda di dunia. Kriss Kringle di Jerman, Le Befana di Italia, Pere Noel di Perancis, dan Deuskha Moroz di Russia.

Sebelum warna merah menjadi ciri khas Sinterklas, baju hijau adalah warna yang dipakai Sinterklas. Pakaian tradisionalnya berganti merah pada tahun 1930-an oleh Coca Cola pada kampanye iklannya, dan kemudian banyak produk-produk lain yang mengikuti. Coca Cola adalah perusahaan pertama yang menggunakan Santa Claus untuk promosi produk selama musim dingin.

Dan ternyata Sinterklas yang kita lihat sekarang merupakan kreasi yang muncul berabad-abad kemudian dan bukan bersumber dari ajaran ke keristenan.

Banyak Tradisi Natal Berasal Dari Kebiasaan non-Kristen

Banyak pakar setuju bahwa kebanyakan tradisi Natal berasal dari kebiasaan non-Kristen dan kafir. Termasuk Sinterklas, dan juga memajang daun mistletoe dan pohon Natal, bertukar kado, menyalakan lilin, membakar batang pohon natal, menggantung hiasan dedaunan, dan menyanyikan lagu-lagu Natal. Buku The Externals of the Catholic Church menyatakan pandangannya tentang kebiasaan-kebiasaan ini, disebutkan ”Ketika kita memberikan atau menerima hadiah Natal, dan menggantung hiasan dedaunan di rumah dan di gereja, berapa banyak dari kita yang tahu bahwa itu bisa jadi merupakan kebiasaan kafir?


Berdasarkan dari Kitab Amos pasal 5 ayat 21 dan 23, menyatakan bahwa sebenarnya ajaran murni Kristen tidak boleh bercampur dengan tradisi non-kristen. Termasuk penambahan-penambahan dalam Natal bahkan Natal itu sendiri.

Natal ini pernah mendapat tentangan dari orang Kristen Puritan di Inggris pada 1647. Demi menghapus elemen-elemen yang tidak alkitabiah, Inggris yang ketika itu dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan pernah melarang perayaan Natal.

Mereka menganggap perayaan Natal hanyalah festival kepausan (popish) yang tidak punya pembenarannya dalam Alkitab. Akhirnya, kaum Puritan di Inggris menggantinya dengan satu hari puasa. Akibat larangan perayaan Natal ini, kerusuhan meledak di sejumlah kota di Inggris.

Dalam bukunya The Battle for Christmas, Stephen Nissenbaum mengatakan bahwa Natal itu ”memang adalah perayaan kafir yang dibuat seolah-olah menjadi perayaan orang Kristen”.



Banyak Gereja Yang tidak Merayakan Natal

Melihat beberpa afakta diatas, sehingga beberapa sekte dalam kekristenan malah mengambil keputusan untuk tidak merayakan Natal. Gereja-gereja yang tidak merayakan Natal adalah aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent hari ke Tujuh, Gereja Baptis hari ke Tujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi Mesianik, Gereja Jemaat Allah Global Indonesia dan Saksi Yehovah.

Alasan mereka umumnya sama, mulai dari kontroversi tanggal perayaan natalnya, bercampur baur antara ajaran Kristen dan pagan, hingga penambahan-penambahan lainnya. Menurut mereka, Natal merupakan perayaan yang dibuat-buat oleh Gereja Katholik Roma bukan murni dari ajaran Yesus.

Nah, itulah sebabnya juga umat muslim tidak dibenarkan untuk mengucapkan selamat natal. Karena ini merupakan larangan dalam agama Islam. Tidak mengucapkan selamat natal juga bukan bagian dari intoleransi. Tindakan tidak toleran itu adalah ketika kamu memaksa umat muslim untuk melanggar larangan2 agama mereka termasuk mengucapkan selamat natal.

Sumber

No comments:

Powered by Blogger.