Kehebatan Linguistik Al-Quran Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 127
Pembahasan kali ini berhubungan mengenai Ijaz Al-Quran atau aspek kemu'jizatan Al-Quran. Supaya singkron dengan postingan sebelunya. Tulisan kali ini juga tidak jauh-jauh dari pembahasan artikel sebelumnya.
Topik kali ini kita akan membahas sisi mukjizat linguistik atau kebahasaan dalam surah Al-Baqarah ayat 127. Kemujizatan linguistik merupakan aspek ijaz yang dimiliki mutlak oleh Al-Quran. Maksudnya, tidak semua ayat Al-Quran memiliki kemukjizatan saintifik, historis, medis dan sebagainya kecuali ayat-ayat yang membicarakan mengenai itu. Namun aspek linguistik dimiliki oleh semua ayat Al-Quran, hanyasaja kita belum mampu menelaah untuk mengeluarkan semua sisi kemukjizatan itu.
Adanya tulisan ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa saya memahami betul seluk-beluk kebahasaan Al-Quran. Isi postingan ini selebihnya diekstrak dari bacaan dan kajian-kajian. Oleh karenanya apabila ada kesalahan mohon diperbaiki bersama.
Berikut kita masuk ke pembahasan surat Al-Baqarah ayat 127.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Ayat ini menceritakan mengenai perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk memugari bagunan baitullah yang disebut dengan Ka'bah serta dibantu oleh anaknya Ismail. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Ibrahim berkata kepada Ismail, “Wahai Ismail Allah memerintahkan sesuatu kepadaku” Ismail berkata “Lakukanlah perintah Rabbmu” Ibrahim bertanya, “Maukah kau membantuku?” Ismail menjawab, “Aku akan membantumu” Ibrahim berkata, “Allah memerintahkanku untuk membangun sebuah rumah di sini” Ibrahim menunjuk ke sebidang tanah yang tinggi dibanding tanah di sekitarnya. Pada saat itulah keduanya meninggikan fondasi2 Baitullah. Ismail menganbil batu-batu sedangkan Ibrahim membangun. Ketika bangunan sudah tinggi, maka Ismail meletakkan batu untuk Ibrahim. Ibrahim berdiri di atasnya sambil membina Baitullah, sementara Ismail menyediakan batu untuknya. Keduanya bekerja sambil berdoa, “Ya Allah terimalah dari kami amal kami. Sesungguhnya Engkau As Sami’ Al ‘Alim” Keduanya mengitari Baitullah sambil berdoa dengan doa tersebut.
Aspek sisi kemukjizatan linguistiknya sebenarnya berada pada susunan ayat ini. Jika kita lihat maka didapati ada dua tokoh yang terkandung dalam ayat ini, yaitu Nabi Ibrahim dan Ismail. Namun dalam penyajian ayatnya Nabi Ismail tidak disandingkan secara bergandengan dengan nama Nabi Ibrahim, melainkan dipisahkan dengan bunyi ayat الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ kemudian nama Ismail.
Pertanyaanya kenapa nama Ismail diakhirkan dalm ayat ini? kenapa Allah tidak menyandingkan kedua nama ini secara bergandengan seperti ini?
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ وَإِسْمَاعِيلُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
Bukankah yang membangun Ka'bah adalah mereka berdua?. Rahasianya terdapat dalam pemaknaannya. Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA dalam kajiannya desember 2016 menjelaskan, dalam bahasa Arab apabila ada perkerjaan dan dalam pekerjaan itu dikerjakan oleh dua subjek secara bersamaan itu artinya perannya sama. Namun apabila diakhirkan seperti ayat diatas itu berarti tokoh kedua berperan sebagai pembantu saja.
Karena yang memugari (yang meyarfa') adalah Nabi Ibrahim alaihissalam. Sedangkan Nabi Ismail hanya membantu Nabi Ibrahim seperti yang disebutkan dalam riwayatkan dari Ibnu ‘Abbas diatas.
Dari sini kita dapat merasakan sisi keajaiban linguistik Al-Quran. Ternyata Al-Quran dengan ayat yang pendek memiliki serat makna yang luas, termasuk informasi peran tokohnya. semoga pembahasan yang pendek ini membuat kita semakin bertambah iman dan bertambah rasa takjubkita kepada Al-Quran.
No comments: