Kehebatan Linguistik Al-Quran Pada Surah As-Shaff Ayat 5 dan 6

Wednesday, July 05, 2017

Setelah sebelumnya kita telah membahas mengenai kehebatan linguistik Al-Quran mengenai perbedaan lafadz imra'ah dan zaujah dan juga telah merasakan dahsyatkan kedalaman bahasa Al-Quran. Kini mari kita simak lagi topik yang sama yaitu kehebatan linguistik Al-Quran.

Sebelumnya terimakasih saya kepada Ustadz Nauman Ali Khan yang sudah menerangkan topik ini dalam sebuah seminar Al-Quran di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2013 yang lalu. Pembahasan kali ini kita akan main-main ke juz 28 tepatnya pasa surah As-Shaf ayat ke 5 dan ke 6. 

Surat As-Saf adalah surah ke-61 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Madaniyah dan terdiri atas 14 ayat. Dinamakan Ash Shaff, karena pada ayat 4 surat ini terdapat kata Shaffan yang berarti satu barisan. Ayat ini menerangkan apa yang diridhai Allah sesudah menerangkan apa yang dimurkai-Nya.

Pada ayat ke-lima dan ke-enam dalam surah ini menjelaskan mengenai peringatan Nabi Musa alaihissalam dan Nabi Isa alaihissalam kepada kaumnya yang membandel dari ajakan dakwah mereka.

إِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَد تَّعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَآءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.

Jika kita perhatikan maka akan kita dapati sebuah perbedaan yang kita anggap sederhana akan tetapi didalamnya memiliki makna yang dalam.

Dalam ayat ke-lima disebutkan إِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ yaitu Nabi Musa berkata kepada kaumnya "wahai kaumku".  Kemudian dalam ayat ke-enam disebutkan yaitu Nabi Isa berkata "wahai Bani Israil". Kedua perbedaan penyebutan ya qaumi dan ya Bani Israil akan menjadi topik fokus pembahasan kita.

Sebelumnya kita pasti mengetahui bahwa Nabi Musa dan Nabi Isa merupakan nabi yang berasal dari Bani Israil. Israil sendiri merupakan nama lain dari Nabi Ya'qub alaihissalam, banyak Nabi-Nabi yang berasal dari Bani Israil. Penyebutan Bani Israil karena secara tradisi, silsilah keturunan itu berasal dari ayah bukan dari ibu. Itulah sebabnya kenapa kita disebut bani Adam bukan bani Hawa.

Nabi Muhammad sendiri dikenal dari Bani Hasyim karena kakek beliau bernama Hasyim. Penggunaan kata bin dan binti dalam nama juga selalu disandarkan kepada Ayah.

Kembali lagi pada pembahasan ayatnya. Kenapa ada perbedaan penyebutan pada kedua ayat ini. Kenapa Nabi Musa berkata wahai kaumku dan kenapa Nabi Isa berkata wahai Bani Israil?.

Jawabannya adalah karena Nabi Isa tidak memiliki bapak, oleh karenanya ia dipanggin Isa bin Maryam. Dia tidak bisa memanggil umatnya dari Bani Israil dengan sebutan wahai kaumku seperti sebutan Nabi Musa. Karena secara teknis ia tidak memiliki ayah (silsilah) yang terbuhung kepada Nabi Israil (Ya'kub). Maka ia menyebutnya wahai bani Israil berhubung ia juga diutus untuk kaum itu.

Sedangkan Nabi Musa memiliki silsilah dari Bani Israil (memiliki ayah) dan juga diutus untuk kaum itu. Maka ia berhak memanggil dengan sebutan wahai kaumku. Kata kaumku mengidentifikasi pada kepemilikan, dan nabi Musa memiliki itu (silsilahnya). Apabila Nabi Isa memanggil dengan sebutan kaumku maka bisa saja orang-orang dari Bani Israil akan berkata bahwa ia tidak memiliki ayah (silsilah dari bani Israil) kenapa memanggil mereka sebagai kaum?.

Dari kedua ayat ini kita dapat simpulkan dan menjadi bukti bahwa Ayat Al-Quran tidak dibuat oleh manusia, sehingga bebas dari kesilapan insani.

No comments:

Powered by Blogger.