5 Fakta Tentang Qurban Yang Jarang Diketahui
Menjelang Iedul Adha pastinya tidak jauh-jauh dari persiapan dan prosesi Qurban. Dan sudah menjadi satu kesatuan bahwa Iedul Adha pasti selalu ada prosesi qurban. Berikut 5 fakta tentang qurban yang jarang diketahui.
1. Qurban Artinya Bukan Menyembelih
Jika kamu selama ini beranggapan bahwa kata Qurban itu berarti menyembelih hewan, maka itu salah. Qurban berasal dari bahasa Arab, yaitu qaruba-yaqrabu yang berarti dekat. Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Ibrahim Anis et.al, 1972).
Nah, Dalam bahasa Arab sendiri , hewan kurban disebut dengan istilah udh-hiyah atau adh-dhahiyah, dengan bentuk jamaknya al-adhâhi. Kata ini diambil dari kata dhuhâ, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00 (Ash Shan’ani, Subulus Salam, IV/89).
Jadi hubungan Qurban dengan Udhiyah adalah, Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub. Taqarrub berasal dari kata qurban juga yang berarti pendekatan diri kepada Allah.
2. Bukan Nabi Ibrahim Yang Pertama Kali Qurban
Prosesi qurban sejatinya bukan pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, melainkan Habil dan Qabil anaknya Nabi Adam. Pada saat itu, habil sebagai seorang peternak memberikan ternak terbaiknya untuk diqurbankan, sedangkan Qabil sebagai seoang petani memberikan hasil panen yang buruk dan qurbannya ditolak oleh Allah. Itulah sebab dalam berqurban diharuskan ikhlas dan memilih hewan terbaik atau tanpa cacat.
3. Qurban Bukan Hanya Islam
Tidak hanya agama Islam, agama Yahudi yang merupakan bagian dari agama Abrahamic juga melaksanakan prosesi Qurban dengan sebutan Kurbanot. Kurbanot Dalam Yahudi adalah istilah untuk pengorbanan yang dideskripsikan dan diperintahkan dalam Torah. Korban yang biasa dikorbankan adalah binatang, seperti domba atau kerbau, dan sering dimasak dan dimakan oleh pemberi persembahan, dengan sebagian diberi ke Kohanim dan sebagian dibakar ke mezbah (altar). Bedanya dengan ajaran Islam, ajaran Yahudi tidak hanya melakukan kurban dengan hewan tapi juga dengan Buah-buahan, dupa, dan sereal.
4. Jumlah Hewan Qurban Rasul
Pada haji wada’ Rasulullah shallahu alaihi wasallam pernah berqurban sebanyak 100 ekor unta. 63 ekor disembeli Rasul dan 37 ekor disembelih Ali bin Abi Thalib. Jumlah 63 ini juga merupakan firasat yang mana beliau akan meninggal pada usia 63 tahun sama seperti jumlah hewan yang diqurbankan.
Fakta lain juga menyebutkan bahwa tidak ada prosesi qurban di Saudi. Bukan berarti tidak ada ibadah quran, melainkan prosesi gotong-royong seperti di tanah air jarang sekali dijumpai disana. Disana bagi siapa yang ingin berqurban cukup memberikan uang bagi penyedia jasa dan daging qurabn pun diekspor ke negeri-negeri yang membutuhkan berhubung rakyat di Saudi umumnya makmur-makmur.
5. Secara Ilmiah, Metode Sembelih Dalam Islam Tidak Sakit
Berdasarkan penelitian Prof. Wilhelm dan Dr. Hazim dari Universitas Hannover jerman, membuktikan dari hewan yang disembelih dengan cara Islam tidak merasakan sakit dan dagingnya memenuhi prinsip Good Manufacturing Practise (GMP).
Itu juga karena cara Islam memberikan syarat agar menyembelih hewan dengan pisau yang sangat tajam dan dengan cara cepat.
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama, pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua, pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga, setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat, karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama, segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua, segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga, grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat, karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Lalu bagaimana dengan hewan yang meronta-ronta? Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Bagaimana menurut kalian? tulis di kolom komentar.
No comments: