Punya Pendapatan Tetap atau Istri Yang Mau Berbisnis

Saturday, September 09, 2017

Banyak temen-temen yang bertanya baik secara serius maupun nyinyir kepada saya, "kamu itu uda mampu nikah kenapa dilama-lamain?", ini merupakan salah satu dari sekian variasi pertanyaan dengan tujuan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan empuk yang ditanyakan kepada para jomblower se nusantara.

Kalau dikatakan sudah mampu, diakui memang sudah. Hanya saja harus melewati 2 syarat lagi untuk melegalkan pertanyaan diatas dan membuat bungkam. Nyatanya kalau bertanya soal mahar itu sudah aman, bahkan rumah untuk ditinggalipun sudah ada berserta isi (ya, isi untuk jomblo sih, belum lengkap amat). Hanya ada 2 syarat yang harus dipenuhi. Pertanya selesai kuliah, kedua glah keudro (bhs Aceh: mandiri sendiri), iya maksudnya dari segi finansial sudah mempunyai pendapatan yang tetap.

Saay ditanya, berapa minimal? 2 juta perbulan sudah cukup jawab Ayah seperti itu. Lumayan juga menurut saya, namun maslahnya apa nanti keluarga sebelah sana bakal mau menerima standar yang seperti ayah berikan? kan belum tentu.

Oleh karenanya dalam menimbang tentang syarat finansial ini ada dua kondisi sebagai alternatifnya. Satu, memang benar-benar punya pendapatan yang tetap. Dua, mempunyai istri yang mau dan suka berbisnis. Artinya kalau mau segera untuk nikah maka otomatis harus punya pendapatan tetap apabila istrinya tidak suka berbisnis. Ataupun memiliki istri yang suka berbisnis apabila belum punya pendapatan tetap.

Loh, kriterianya kenapa harus yang suka berbisnis? bukannya kita disuruh untuk memilih calon yang shalihah?. Harus bedakan dulu mana kondisi dan mana kriteria. Hal yang sedang dibicarakan ini adalah kondisi dimana kalau mau nikah harus punya pendapatan tetap atau istri yang suka berbisnis. Baru kemudian jatuhnya ke kriterianya, yang shalihah, taat agama, patuh suami dan menjadi ibu yang baik buat anak-anak. Nah, kalau misal istrinya tidak suka bisnis namun kriterianya ada, berarti saya harus mencari pendapatan tetap dulu. Tetapi jika sebaliknya akan mempercepat ke prosesi akad.

Lalu kenapa calonnya harus yang mau berbisnis?. Seperti saya bilang tadi ini soal kondisi. Dalam rumah tangga nafkah itu hal mutlak dan wajib. Disamping itu saya juga senang pada aktifitas berbisnis itu. Jadinya kalau istri juga mau berbisnis akan ada harmonisasi yang anggun dalam proses itu, dan itu indah karena saling memahami dan saling mengerti ditambah lagi saling melengkapi dan berjuang. Bukannya disetiap pria sukses selalu ada wanita dibaliknya?.

Namun, apabila juga tidak atau belum menjumpai wanita yang bisa memenuhi kondisi ini sepertinya saya harus menunggu sekian lama lagi untuk mencapai prosesi akad. Ditambah lagi aktifitas mencari karena belum ada. Dan itu sangat memakan waktu. Memang ada banyak yang saya jumpai beberapa orang yang sudah sesuai dengan kondisi diatas. Hanya saja ternyata hatinya terpaut kepada orang lain.

Dalam hal ini kita bisa ambil kesimpulan mutlak seorang pria harus bisa memberi nafkah. Karenanya setiap pria harus memiliki seni mencari nafkah. Mental bisnis itu harus dibangun, dan membangunnya pun butuh waktu lama. Jadi siapapun anda yang membaca tulisan ini, jika masih SMA atau semester awal mulailah berbisnis. Mulailah ancang-ancang, karena kedepan kamu akan menjumpai dinamika kehidupan yang harus dimaklumi.

No comments:

Powered by Blogger.