Usman Bin Affan Ternyata Memiliki Rekening Aktif Di Saudi Arabia Hingga Sekarang Dengan Saldo Milyaran Riyal Per-tahun

Monday, November 27, 2017

Siapa sangka, orang yang telah meninggal 1400 tahun yang lalu memiliki rekening bank di era modern ini dan juga aktif menyetorkan saldo. Bahkan setiap tahunnya dapat menyetorkan milyaran riyal Saudi. Bahkan sekarang ini dari tabungan tersebut didirikan sebuah hotel dengan income (pemasukan) sebanyak 50 juta riyal pertahun atau setara dengan Rp. 150 milyar rupiah.

Dalam sejarahnya bank baru didirikan secara firma pada tahun 1690 atas gagasan William Paterson yang kemudian direalisasikan oleh Charles Montagu.

Dengan begitu dapat difahami bahwa rekening yang satu ini adalah rekening bank tertua didunia yang masih aktif hingga kini.

Rekening itu dimiliki oleh manusia mulia yang telah dijamin surga yaitu Sayyidina Utsman bin Affan Dzunnurain. Selain sahabat dan kepala pemerintahan beliau adalah seorang pembisnis ulung.

Tidak tanggung-tanggung dalam al-Bidayah wa an-Nihayah Juz 7 halaman 214, Ibn Katsir menjelaskan bahwa total jumlah kekayaan Utsman jika dihitung-hitung bisa mencapai 2.532.942.750.000 (Dua Triliun, Lima Ratus Tiga Puluh Dua Milyar, Sembilan Ratus Empat Puluh Dua Juta, Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).

Rinciannya, beliau memiliki simpanan uang sebanyak 151 ribu dinar plus seribu dirham. Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar. Memiliki beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M).

Dalam keterangan lain, beliau memiliki tarikah 1 (tunai)  sebanyak 30 juta dirham atau setara 1,8 triliun, tarikah 2 (tunai) sebanyak 150.000 dinar atau setara 291 milyar. Sedekah sebanyak 200 ribu dinar atau setara 388 milyar. Unta dengan jumlah 1000 ekor yang jika ditunainkan sebanyak 7,7 milyar.

Ini belum seberapa jika ditambahkan dengan catatan dari kitab Muruj adz Dzahabi Jilid 1 halaman 435. Kekayaan Utsman setelah meninggal berupa 150.000 dinar dan 1.000.000 dirham ditemukan di rumahnya. Tanah-tanah yang bebas pajak tak ada batasnya. Nilai total aset yang dimiliki Utsman di Wadi al Qura dan Hunain adalah 100.000 dinar. Unta dan kuda tak terhitung banyaknya.

Ini juga belum termasuk beberapa catatan aset lainnya seperti hibah 950 unta untuk perlengkapan perang Tabuk/’Usrah dan aset tanah (dhiya’) dan kuda yang jumlahnya amat sangat banyak (Tarikh Ibn Khaldun, Jilid 1).  Serta pembelian lahan untuk sumur "Rumah" senilai 20.000 Dirham.


Aset berharga yang menjadi passive income amal jariyahnya itu adalah sumur rumah yang ia beli dengan harga 20.000 dirham yang mencapai nilai milyaran rupiah untuk satu sumur saja.

Kisahnya dahulu kota Madinah pernah mengalami paceklik, dan satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sumur rumah/raumah. Sayangnya sumur ini dimiliki oleh orang Yahudi, dan membagi dengan gratis untuk penduduk Yahudi namun menjualnya untuk kaum muslimin.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Maka bergegaslah Utsman untuk membeli sumur itu, namun Yahudi pemilik sumur menolaknya. Utsman lalu menawarkannya 20.000 dirham untuk setengah sumur. Maksudnya, sehari sumurnya milik Yahudi dan keesokannya milik Utsman. Melihat keuntungan yang besar itu lantas ia menerima tawarannya.

Akhirnya, Utsman malah membagi-bagi air sumur secara gratis kepada penduduk baik Yahudi dan Muslim. Namun, keesokannya Yahudi pemilik sumur melihat sumurnya sepi pembeli karena mereka sudah memiliki pasokan air dirumahnya.

Merasa rugi, akhirnya ia menjual seluruh sumurnya kepada Utsman. Utsman lalu membelinya dan mewakafkannya kepada ummat.

Singkat cerita, pada masa-masa berikutnya, wakaf Usman bin Affan terus berkembang. Bermula dari sumur terus melebar menjadi kebun nan luas. Kebun wakaf Usman dirawat dengan baik semasa pemerintahan Daulah Usmaniyah (Turki Usmani).

Setelah Kerajaan Arab Saudi berdiri, perawatan berjalan semakin baik. Alhasil, di kebun tersebut tumbuh sekitar 1550 pohon kurma.

Kerajaan Saudi, melalui Kementerian Pertanian, mengelola hasil kebun wakaf Usman tersebut. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Usman bin Affan.

Rekening atas nama Usman tersebut dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu, 'kekayaan' Usman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah. Sampai pada akhirnya dapat digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi.

Di atas tanah itulah, hotel Utsman bin Affan dibangun dari uang rekeningnya, tepat di samping masjid yang juga atas nama dirinya. Kabarnya, kini hotel tersebut dioperasikan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional. Melalui kontrak sewa ini, income tahunan yang diperkirakan akan diraih mencapai lebih 50 juta Riyal (Rp. 150 M).

Pengelolaan penghasilan tersebut akan tetap sama. Separuhnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan di ‘rekening’ Utsman bin Affan.


Masyaallah, inilah investasi akhirat yang nilainya luar biasa sebagai amal jariyyah. Dalam kitab At-Tibyan fi Adab hamalatil Quran halaman 38 Imam An-Nawawi mengatakan bahwa sahabat yang satu ini bahkan masih sempat tahajjud pada malamnya dan menghafal Al-Quran.

Utsman merupakan manusia paling beruntung, fid dunya hasanah wafil akhirah hasanah. Coba bayangkan, beliau sahabat Rasul, beristrikan dua anak rasul dan digelari Dzunnurain, seorang khalifah, saudagar kaya raya, dermawan luar biasa, tahajud tidak tinggal, penghafal quran, berhasil memushafkan Al-Quran, hidupnya berkah, ketika wafat amal jariyyahnya menumpuk dan dijamin surge lagi.

Manusia idaman mana yang serupa dengan yang satu ini? Utsman ya Utsman. Manusia paling beruntung. Lah, kita shalat aja masih bolong-bolong, uang jajan pun juga masih dari orang tua. ckckck.

No comments:

Powered by Blogger.